Lupakan HAM, Presiden Filipina Instruksikan Bunuh Pemberontak Komunis: Saya Siap Dipenjara

Presiden Filipina Rodrigo Duterte. foto: internet

Presiden Filipina Rodrigo Duterte dengan gagah dan lantang memerintahkan pasukan militer dan polisi untuk membantai kaum komunis di negara tersebut. Dia menginstruksikan pasukan bersenjata Filipina untuk menghabisi dan membunuh seluruh pemberontak kaum komunis.

semarak.co-Instruksi tersebut pun menimbulkan kekhawatiran akan adanya gelombang baru pertumpahan darah yang sebelumnya terjadi saat pemberantasan narkoba. Perintah pembantaian komunis tersebut disampaikan Rodrigo Duterte dalam pertemuan Pemerintah terkait penentangan komunisme.

Bacaan Lainnya

“Saya telah memberi tahu militer dan polisi bahwa jika mereka bertempur dengan pemberontak komunis, bunuh mereka. Pastikan kalian benar-benar membunuh dan menghabisi mereka, jika masih hidup,” tutur Duterte, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Aljazeera, Sabtu, 6 Maret 2021.

Meski begitu, Rodrigo Duterte tetap mengingatkan agar pasukan yang menghabisi anggota komunis tersebut tetap menyerahkan jasad mereka ke keluarga masing-masing. “Lupakan hak asasi manusia, itu perintah saya. Saya bersedia masuk penjara, itu bukan masalah,” ujarnya.

Duterte menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki keraguan untuk melakukan hal-hal yang memang harus dilakukan. Pada saat yang sama, dia juga menjanjikan pekerjaan, tempat tinggal, dan penghidupan bagi pemberontak komunis yang menyerah.

Dia juga memberikan pernyataan langsung yang ditujukan kepada para pemberontak komunis di Filipina. “Kalian semua bandit, kalian tidak memiliki ideologi. Bahkan China dan Rusia, semua kapitalis sekarang,” kata Duterte.

Perang terhadap pemberontakan komunis di Filipina telah terjadi sejak tahun 1968, dan merupakan salah satu pemberontakan Maoisme terlama di dunia. “Kalian telah bertempur selama 53 tahun terakhir, dan sekarang saya sudah memiliki cicit, sementara kalian masih berjuang,” ujar Duterte.

Berdasarkan data dari pasukan militer, pemberontakan komunis telah merenggut lebih dari 30.000 nyawa selama 53 tahun terakhir. Sejumlah Presiden Filipina pun telah berusaha, namun gagal mencapai kesepakatan damai dengan para pemberontak.

Sementara itu, Jose Maria Sison yang menjadi pemimpin pemberontak komunis, saat ini mengasingkan diri di Belanda. Saat mencalonkan diri sebagai Presiden pada tahun 2016, Rodrigo Duterte berjanji untuk mengakhiri pemberontakan melalui perundingan damai.

Usai menduduki jabatan tersebut, Rodrigo Duterte pun memerintahkan agar dapat berbicara langsung dengan komunis. Tetapi akhirnya dia mendapati pasukan militer dan para pemberontak sering terlibat dalam pertemuan bersenjata. “Kalian ingin menggulingkan Pemerintah? Kalian bahkan tidak memiliki kapal,” ucapnya.

 

sumber: babe.news (6 Maret 2021 pukul 16.26) dari pikiran rakyat.com di WAGroup PA Al-Wasliyah P.Brayan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *