Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (LLP-KUKM) Kementerian Koperasi dan (Kemenkop) dan UKM berupaya meningkatkan daya saing antarproduk para perajin lokal dengan produk luar negeri, yaitu dengan menjadikannya terpusat. Dengan memusatkan seluruh produk UKM di gedung SMESCO Indonesia menjadikan pemasaran menjadi lebih efektif.
Direktur Utama Ahmad Zabadi mengatakan, era pasar bebas menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku UKM di Indonesia. Usaha mengembangkan UKM di Indonesia bukan tanpa halangan. Salah satu kendala yang dialami pemerintah saat ini adalah kondisi SDM pelaku UKM yang masih belum merata. Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan pelaku UKM di Indonesia, nilai Zabadi, membuatnya lebih sulit dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
“Untuk lebih mudah memasarkan dengan men-display semua produk UKM di gedung SMESCO Indonesia. Dari sisi SDM kita masih kalah. Pelaku UKM kita basic pendidikannya dari data BPS hanya SD dan SMP, yakni 60–70 persen dari total UKM. Sangat besar pengaruhnya. Dengan basic yang masih rendah, kemampuan beradaptasi dengan perubahan menjadi lebih sulit,” ujar Zabadi saat menjadi pembicara talkshow bertajuk Peluang Akses Pasar di SMESCO, di Ungaran, Semarang, Sabtu (20/5) seperti dalam rilisnya, MInggu (21/5) petang.
Karena saat ini, lanjut Zabadi, masyarakat dituntut harus cepat beradaptasi. “Saat ini perbandingannya masih jauh dari pelaku UKM yang sudah memanfaatkan teknologi dan belum memanfaatkannya,” tulisnya.
Dengan jumlah warga negara ASEAN yang 40% merupakan penduduk Indonesia, lanjut dia, membuat tanah air menjadi pasar paling potensial. Sehingga dengan momentum MEA, banyak negara di ASEAN yang berebut untuk memasarkan produknya di Indonesia. “Cara kita untuk menangkis produk asing, yaitu dengan meningkatkan daya saing UKM kita,” katanya.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Semarang M. Natsir dalam kesempatan tersebut mengamini Zabadi. Saat ini, kata Natsir, belum banyak dari pelaku UKM di wilayahnya yang memanfaatkan perkembangan teknologi. ”Mereka sulit berkembang. Mereka masih terlalu pasrah,” imbuhnya.
Dari data Dinas setempat, jumlah UKM di Kabupaten Semarang sebanyak 63.146. Seluruh pelaku UKM tersebut masih menggunakan pemasaran yang konvensional. “Persoalan lain adalah tingkat SDM. Rata-rata masih mengenyam pendidikan di bawah SMP,” tutupnya. (lin)