Sejumlah media TV asing mempertanyakan adanya pembatasan dalam peliputan pertandingan di setiap cabang olahraga Asian Games 2018, tidak seperti pada setiap ajang multi event sebelumnya, namun hal itu dijawab panitia sebagai upaya melindungi pemegang hak siar.
Hal itu terungkap pada hari pertama kegiatan World Press Briefing, yaitu paparan kesiapan setiap bidang yang dikerjakan Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC) di Jakarta, Senin (2/4). Acara paparan ini diikuti sebanyak 200 perwakilan median asing dan dalam negeri yang akan meliput ajang multi event Asia, Agustus-September mendatang.
Dalam sesi tanya jawab dalam acara paparan ini, sejumlah perwakilan media TV asing membandingkan dengan peliputan ajang multi sebelumnya bahkan yang terakhir ajang multi event musim dingin di Korea dimana mereka masih diberi kesempatan meliput pertandingan setiap cabang olahraga selama 15 menit.
Sedangkan sekarang, menurut mereka di ajang Asian Games 2018 ini mereka tidak diberi kesempatan sama sekali meliput pertandingan. Mereka hanya diijinkan meliput latihan atlet dan konperensi pers atlet.
“INASGOC harus melakukan itu semata-mata untuk melindungi kepentingan pemegang hak siar. Karena di ajang Asian Games 2018 kami ditargetkan untuk semaksimal mungkin mendapat dana di luar APBN yaitu berupa dana sponsor. Jika kami tidak melindungi hak-hak sponsor kami khawatir target perolehan dana itu tidak tercapai, repot kami,” ujar staf Humas INASGOC Dede Isharuddin di sela-sela acara paparan di Ballroom Hotel Borobudur Jakarta.
Seperti diketahui pemegang hak siar ekslusif pertandingan seluruh cabang Asian Games 2018 adalah EMTEK yang memiliki dua stasiun TV swasta, Indosiar dan SCTV. Selain itu tidak ada yang boleh pertandingan Asian Games 2018, kecuali stasiun televisi pemerintah Indonesia (TVRI).
Selain paparan mengenai aturan peliputan oleh media, juga dipaparkan kesiapan venue, transportasi, broadcast, dan akomodasi. Sementara Acara pada hari kedua berupa kunjungan ke beberapa venue, seperti Athletes Village, Velodrome Rawamangun, dan Equestrian Park Pulomas, serta Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Serta kesiapan hotel-hotel di sekitar venues di Jakarta, Bandung dan Palembang. (gun)