Beberapa hari sebelum Turki menuju pemilihan presiden (pilpres) 2023 yang paling penting dalam sejarah moderennya, sebagian besar jajak pendapat menunjukkan Presiden Recep Tayyip Erdogan tertinggal di belakang pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu.
semarak.co-Namun dalam pemilihan umum Turki pada Minggu (14/5/2023), Erdogan yang calon incumbent justru lebih unggul dari pesaingnya. Dengan lebih dari 99% suara dihitung, pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK), Erdogan telah menerima 49,51% suara.
Sementara Kilicdaroglu, pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP) memperoleh 44,89%. Karena tidak ada kandidat yang memperoleh lebih dari 50% suara, maka pemilihan putaran kedua akan dilakukan pada 28 Mei 2023. Seorang rekan senior dari Institut Washington, Sonar Cagaptay mengatakan, hasil pemilu Turki di luar ekspektasi.
“Erdogan unggul sekitar 3 poin persentase atau lebih, itu mengejutkan,” kata Cagaptay, dilaporkan Aljazirah, Senin (15/5/2023) dilansir laman berita msn.com dari republika.co.id, Selasa (16/5/2023).
Dalam survei yang dilakukan pada 6-7 Mei, lembaga survei terkemuka Konda menyatakan, dukungan untuk Kilicdaroglu mencapai 49,3%. Sementara dukungan bagi Erdogan mencapai 43,7%. Survei lain oleh perusahaan riset politik Gezici menunjukkan Kilicdaroglu unggul 1 poin dari Erdogan dengan 46,9%.
Jurnalis Aljazirah, Sinem Koseoglu yang melaporkan dari Istanbul mengatakan, secara umum jajak pendapat tidak terlalu dapat diandalkan di Turki. “Sebelum pemilihan, banyak lembaga survei yang dikritik dan dituduh menunjukkan afiliasi dengan partai atau pemimpin tertentu,” ujar Koseoglu.
Di satu sisi, lanjut Koseoglu, pemilihan ini menunjukkan kepada kita bahwa lembaga survei dipolitisasi, dan mereka mencoba memengaruhi pemilih. Survei tatap muka yang dilakukan pada 10-11 Mei terhadap hampir 4.000 orang oleh agensi Orc memprediksi kemenangan langsung di putaran pertama untuk kandidat CHP dengan dukungan 51,7%.
Pada Kamis (11/5/2023) setelah pemimpin Partai Tanah Air, Muharram Ince, mundur dari pemilihan presiden. Hal ini diharapkan secara luas akan meningkatkan peluang Kilicdarogolu dan Aliansi Bangsa enam partainya.
Salah satu dari sedikit jajak pendapat yang memprediksi kemenangan Erdogan adalah Optimar, yang dilihat oleh banyak orang sebagai lembaga yang condong ke pemerintah. Dalam jajak pendapat tersebut diperkirakan Erdogan akan memenangkan mayoritas suara langsung sebanyak 50,4%.
Sinan Ogan dari Aliansi ATA, yang merupakan kandidat capres menerima 5,17 persen suara. Hal ini mengejutkan para pengamat. Ogan kemungkinan akan memainkan aturan penting dalam putaran kedua karena Erdogan dan Kilicdarogolu akan mencoba untuk mendapatkan suara dari pendukungnya.
Pemilih oposisi menyatakan kekecewaan dan ketidakpercayaan atas perolehan suara Erdogan di putaran pertama. Pemilihan presiden dan parlemen pada Ahad (14/5/2023) menyajikan tantangan terbesar dalam 20 tahun kepemimpinan Erdogan. Dia tidak pernah kalah dalam pemilihan sejak 1994 ketika menjadi wali kota Istanbul.
Pemilihan umum diadakan di tengah krisis biaya hidup yang semakin dalam dan inflasi yang merajalela. Banyak pihak meyakini gempa bumi yang melanda Turki tenggara pada Februari akan mengikis popularitas Erdogan. Sejumlah pihak mengkritisi tanggapan pemerintah terhadap gempa dan kegagalan pemerintahan Erdogan menegakkan peraturan bangunan.
Kritikus Erdogan menuduh kelalaian pemerintah bertanggung jawab atas kematian lebih dari 50.000 orang akibat gempa. Jurnalis Aljazirah, Zeina Khodr yang melaporkan dari Provinsi Giazantep yang terdampak gempa mengatakan dukungan untuk aliansi Erdogan di provinsi ini cukup besar.
“Ini (Giazantep) secara tradisional adalah kubu (Partai AK), di provinsi yang terkena dampak gempa bumi yang parah ini loyalitas masyarakat tidak terguncang. Ada kemarahan setelah gempa bumi atas lambatnya respons awal pemerintah,” imbuh Khodr.
Ditambahkan Khodr lagi, “Hingga kini masih ada kemarahan karena rekonstruksi belum dimulai dengan sungguh-sungguh. Tapi Partai AK mempertahankan dukungannya di wilayah tersebut.” (net/msn/rep/smr)