Oleh Anonym *
semarak.co-Post ini bukan opini saya (karena saya tidak berani beropini dalam tulisan ini). Tulisan ini hanya merupakan kutipan dari kitab hadist yang berisi sabda-sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam serta beberapa kitab penjelasnya. Hadist merupakan pedoman hidup kaum mukmin setelah Al Quran.
Kali ini saya mengutip hadist dan kitab penjelas yang berkenaan dengan Bangunan Kuburan. Dari Abu Al-Hayyaj Al-Asadi dia berkata: Ali bin Abu Thalib berkata kepadaku:
أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ
“Maukah kamu aku utus sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutusku? Hendaklah kamu jangan meninggalkan gambar-gambar kecuali kamu hapus dan jangan pula kamu meninggalkan kuburan kecuali kamu ratakan”. (HR. Muslim no. 969).
Fadhalah bin Ubaid radhiallahu ‘anhu berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِتَسْوِيَتِهَا
“Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk meratakannya (kuburan)”. (HR. Muslim no. 968).
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma dia berkata:
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang mengapur kuburan, duduk di atasnya, dan membuat bangunan di atasnya.” (HR. Muslim no. 970).
Dari Jundab, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّى أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ
“Ingatlah bahwa orang sebelum kalian, mereka telah menjadikan kubur nabi dan orang sholeh mereka sebagai masjid. Ingatlah, janganlah jadikan kubur menjadi masjid. Sungguh aku benar-benar melarang dari yang demikian.” (HR. Muslim no. 532).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
أُولَئِكَ قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمُ الْعَبْدُ الصَّالِحُ – أَوِ الرَّجُل الصَّالِحُ – بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا ، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ ، أُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ
“Mereka adalah kaum yang jika hamba atau orang sholih mati di tengah-tengah mereka, maka mereka membangun masjid di atas kuburnya. Lantas mereka membuat gambar-gambar (orang sholih) tersebut. Mereka inilah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah”. (HR. Bukhari no. 434).
Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu berkata:
إن تسوية القبور من السنة وقد رفعت اليهود والنصارى فلا تشبهوا بهما
“Sesungguhnya meratakan kubur itu termasuk apa yang disunnahkan, karena orang-orang Y@hudi dan N@srani biasa meninggikan kubur-kubur mereka. Oleh karena itu, janganlah kamu menyerupai mereka.” (Hadis Riwayat ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, 19/352, no. 823. Al-Haitsami berkata: Para perawinya adalah perawi kitab Sahih, Majma’ az-Zawa’id, 3/184, no. 4297).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ إِلَّا الْمَقْبَرَةَ وَالْحَمَّامَ
“Bumi ini secara keseluruhannya adalah masjid, kecuali tanah perkuburan dan bilik mandi.” (Hadis Riwayat Ibnu Majah, 2/453, no. 737. Para perawinya tsiqah, disahihkan oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban, Fathul Bari, 1/529).
Imam Asy-Syaukani berkata di dalam kitabnya, Nailul Authar:
ا أوليا القبب والمشاهد المعمورة على القبور وأيضا هو من اتخاذ القبور مساجد وقد لعن النبي صلى الله عليه وآله وسلم فاعل ذلك
“Di antara perbuatan meninggikan kubur yang termasuk di dalam maksud hadist tersebut adalah pemasangan kubah dan menara yang dibangun di atas kubur. Perkara ini termasuk tindakan menjadikan kubur sebagai masjid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat mereka yang melakukan perbuatan tersebut”. (Asy-Syaukani, Nail al-Authar, 4/131).
وهذه الأخبار المعبر فيها باللعن والتشبيه بقوله: “لا تجعلوا قبري وثناً يعبد من دون الله” تفيد التحريم للعمارة والتزيين والتجصيص ووضع الصندوق المزخرف ووضع الستائر على القبر وعلى سمائه والتمسح بجدار القبر وأن ذلك قد يفضي مع بعد العهد وفشو الجهل إلى ما كان عليه الأمم السابقة من عبادة الأوثان، فكان في المنع عن ذلك بالكلية قطع لهذه الذريعة المفضية إلى الفساد، وهو المناسب للحكمة المعتبرة في شرع الأحكام من جلب المصالح ودفع المفاسد، سواء كانت بأنفسها أو باعتبار ما تفضي إليه انتهى
“Kabar-kabar yang berkaitan dengan laknat dan tasyabbuh (penyerupaan) dengan berhala sebagaimana ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, Janganlah kamu jadikan kuburku sebagai bahan sembahan yang disembah selain Allah.”
Memberikan pemahaman makna mengenai pengharaman untuk membangun bangunan, menghiasi, menembok dan meletakkan tanda-tanda perhiasan, serta meletakkan kain-kain penutup di kubur dan di atasnya, serta mengusap-ngusap tembok kubur.
Perkara ini muncul seiring dengan jauhnya zaman dan tersebarnya kejahilan di antara umat-umat yang akan datang yang sekaligus menyebabkan kepada unsur-unsur penyembahan, maka semua ini sangat dilarang.
Dan mencegah sebelum terjadi bencana yang lebih besar yang akan menimpa umat manusia, lebih sesuai dengan hikmah yang diperoleh dari apa yang telah disyariatkan melalui hukum-hukum, yaitu untuk mengambil manfaat dan menolak bencana dari sesuatu objek itu sendiri atau dari kesan yang dapat dihasilkannya”. (Ash-Shan’ani, Subulus Salam Syarh Bulughul Maram, 2/111).
Orang-orang yang menjadikan kuburan paraNabi dan para wali sebagai masjid adalah manusia yang terburuk, karena mereka melakukan perbuatan yang terburuk, yaitu membuka pintu syirik sehingga manusia menyekutukan Allah Taala dengan makhluk-Nya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
“Bahwasanya Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha menyebutkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang gereja yang pernah ia lihat di negeri Habasyah dan gambar-gambar yang terdapat di dalamnya.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mereka adalah kaum yang apabila orang yang shalih atau hamba yang shalih meninggal dunia, mereka membangun masjid di atas kuburnya (kubur orang shalih), lalu mereka menggambar gambar-gambar mereka tersebut di dalamnya, mereka adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah”. (HR. Bukhori: 434, Muslim: 528).
Semoga yang sedikit ini mudah dipahami dan bermanfa’at untuk kita semua.
Barakallahu fiikum
sumber: WAGroup Komunitas ALIPh (postSelasa7/6/2022/)