by Luther Kembaren *
semarak.co-Di masa depan, populasi Indonesia bisa jadi ancaman bagi sejumlah negara dunia. Telah diproyeksikan Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk pada 2035 sebanyak 305,65 juta jiwa. Naik 30 juta dari tahun ini. Nyatanya laju populasi melambat selama pandemi COVID-19.
Di Asia Pasifik, penduduk Indonesia meroket di antara negara-negara lainnya. Data Bank Dunia 2021, populasi Australia 25,73 juta, Fiji 902,90 ribu, Brunei Darussalam 441,53 ribu, Kamboja 16,94 juta, Hong Kong 7,41 juta, Japan 125,68 juta, Laos 7,3 juta, Papua New Guinea 9,11 juta, Singapura 5,44 juta, dan Philipina 111,46 juta.
Tidak satu pun negara di atas itu, populasinya mengimbangi Indonesia, kecuali India 1,39 miliar jiwa dan China 1,41 miliar jiwa, yang lima kali lipat lebih tinggi. Sedangkan selisih populasi Indonesia terpaut kisaran 50 juta jiwa dengan Amerika Serikat (AS) 331,89 juta jiwa.
Kalau di zaman baheula, mudah bagi Indonesia menginvasi Brunei Darussalam. Misalnya, dengan mengirim 400 ribu pasukan terlatih, maka negara itu selesai diinvasi sehari. Ini sekadar gambaran bahwa jumlah populasi adalah keunggulan mengkooptasi wilayah yang juga ancaman bagi negara lain.
Tapi, pertumbuhan penduduk Indonesia sedang tidak melesat seperti pada era 10 tahun ke belakang. Dalam enam tahun terakhir ini, laju penduduk mengalami penurunan dari tahun ke tahun. BPS mencatat, populasi naik 8,37% menjadi 258,49 juta dari 238,51 juta pada 2010-2016. Atau, tumbuh rerata 2,79% per dua tahun.
Rentang Juni 2017-Juni 2019, jumlah penduduk naik 2,12% menjadi 266,91 juta dari 261,35 juta. Di saat pandemi 2020-2022, populasi tumbuh 2,06% menjadi 275,77 juta dari 270,20 juta jiwa. Belum diketahui alasan populasi ini melambat.
Saat ini, misalnya, tidak ada program Keluarga Berencana (KB) seperti di masa lalu. Tidak juga sedang perang dengan negara jiran, layaknya Rusia versus Ukraina, yang dapat dijustifikasi penyebab turunnya laju populasi.
Maka, pasti ada ‘sesuatu’ yang menyebabkan menurunnya aktivitas reproduksi masyarakat saat ini. Apakah semakin banyak pasangan muda menjadi ‘dingin’ di saat semestinya produktif menambah anak? Atau, mungkin Indonesia juga sedang menuju ‘resesi’ sex seperti Jepang?
*) penulis adalah wartawan senior