Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menghadiri peluncuran Golden Wood Coffee atau Kopi Kayumas di Pendopo Kabupaten Situbondo, Minggu (18/4/2021). Kopi yang dihasilkan di Desa Kayumas, Kecamatan Arjasan, Kabupaten Situbondo ini sudah tersohor sejak 1886.
semarak.co-Ke depan, kata Menteri Suharso, diharapkan daerah ini bisa didorong ke industri-industri, apalagi kalau sudah nomor 1 di dunia. Menteri Suharso menekankan pentingnya peran koperasi untuk mendukung permodalan petani kopi arabika java ijen raung sebagai komoditas unggulan Bondowoso Republik Kopi.
“Kopi Kayumas Situbondo ini juara satu di dunia dan mudah-mudahan ini bisa dipertahankan terus karena Indonesia dikenal sebagai yang banyak produknya di seluruh daerah,” harap Suharso di Pendopo Kabupaten Situbondo dalam mengakhiri kunjungan kerja (kunker) ke Jawa Timur dari Jumat (16/4/2021).
Tapi kalau sudah mendapatkan rekognisi dari dunia internasional, nilai Suharso, artinya Situbondo bisa mengindustrikan kopi ini sedemikian rupa sehingga tersebar ke seluruh dunia.
Kluster kopi arabika dimulai 2010 yang didasari tingkat keberhasilan kebun PTPN XII, kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan, tinggi rendahnya prospek pasar kopi arabika, serta perkembangan kondisi ekonomi lokal.
Seperti diketahui, kopi arabika java ijen raung mendapat Sertifikat Indikasi Geografis (SIG) dan sertifikat internasional yang melatarbelakangi deklarasi Bondowoso sebagai Republik Kopi.
“Diperlukan kolaborasi berbagai pihak untuk menjaga kelangsungan kopi khas Bondowoso, salah satunya dengan memperkuat internal kelembagaan koperasi agar koperasi dapat lebih optimal sebagai agregator produksi kopi petani, supaya petani itu mau menjadi anggota koperasi,” ungkapnya.
Produktivitas kopi arabika sangat rentan dengan perubahan cuaca, dengan potensi penurunan hingga 40 persen ketika hujan tak menentu dan kemarau panjang. Kendala lain yang dihadapi petani kopi arabika adalah fluktuasi harga, kurangnya nilai tambah produk bagi petani karena penjualan kopi gelondong basah atau kering.
“Lalu kurangnya pengetahuan petani kopi rakyat tentang efektivitas dan efisiensi menanam kopi, serta rendahnya minat generasi muda pada tradisi budidaya kopi,” ungkap Menteri Suharso dalam rilis humas melalui WAGroup Bappenas Media, Senin (19/4/2021).
Pelatihan dan pendampingan budidaya dan pengolahan kopi yang benar, saran dia, manajemen usaha, pengemasan, sampai pemasaran harus didukung penuh oleh semua pihak. “Selanjutnya, dukungan pemerintah untuk produk UMKM seperti program Bangga Buatan Indonesia juga perlu dioptimalkan,” tuturnya.
Dari Situbondo, Suharso bertolak ke Sukorejo untuk berdialog dengan 200 santri Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo menjalankan tiga fungsi utama, yakni fungsi pendidikan sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan nasional.
Selanjutnya fungsi dakwah untuk mewujudkan Islam rahmatan lil’alamin dan fungsi pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan. “Sinergi antara pesantren dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan dunia usaha harus diperkuat untuk pengembangan pesantren,” paparnya.
Selain itu, kata Suharso, akses beasiswa atau bantuan pendidikan bagi para santri juga harus diperluas supaya para santri dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sebagai penutup kunker, Menteri Suharso mengunjungi Taman Nasional (TN) Baluran untuk membahas pembangunan infrastruktur sejumlah destinasi wisata pantai agar pemulihan ekonomi di Situbondo bisa terus tumbuh.
“Salah satu prioritas nasional adalah pembangunan infrastruktur tujuan wisata Merak-Baluran, kemudian Pemerintah Kabupaten Situbondo juga telah mengusulkan tersedianya akses menuju beberapa objek wisata pantai yang ada di sekitar Taman Nasional Baluran,” ujarnya.
Di antaranya ada Pantai Merak Baluran, rinci Suharso, Pantai Sijile, Pantai Lempuyang, dan yang lainnya, masih di sekitar Kawasan. (smr)