Seiring upaya manajemen meningkatkan kualitas pembiayaan, kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri (BSM) makin baik. Direktur BSM Choirul Anwar bersyukur karena di tengah ketatnya kondisi ekonomi sampai dengan triwulan I, tahun 2017, BSM dapat membukukan pertumbuhan laba bersih Rp90,26 miliar. Atau tumbuh 19,21% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp75,72 miliar.
Manajemen BSM fokus pada tiga strategi yakni perbaikan kualitas aktiva produktif dan optimalisasi recovery, peningkatan bisnis secara sustain, serta peningkatan produktivitas dan efisiensi. “Alhamdulillah, strategi yang ditetapkan membuahkan hasil,” kata Choirul, dalam rilisnya, Sabtu (13/5).
Peningkatan laba, rinci Choirul, BSM ditopang antara lain oleh perbaikan kualitas pembiayaan, recovery ex write off (WO), meningkatnya fee based income, serta pengendalian biaya operasional. Pada triwulan I 2017, BSM melakukan penghematan biaya PPAP dari perolehan recovery ex wo sebesar Rp123 miliar. Di sisi lain, biaya operasional yang diindikasikan dengan rasio BOPO dapat dikendalikan menurun 0,6% menjadi 93,67 dari sebelumnya 94, 27%.
Fee based income perusahaan juga mencatatkan kinerja positif yang tumbuh menjadi Rp256 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp200 miliar atau tumbuh 28,19%. Untuk perbaikan kualitas pembiayaan, BSM berhasil menurunkan rasio Non Performing Financing (NPF Nett) semula 4,32% di Maret 2016 menjadi 3,16% di Maret 2017. Adapun NPF Gross membaik dari 6,42% per Maret 2016 menjadi 4,91% per Maret 2017. Sementara itu BSM mulai meningkatkan persentase rasio pencadangan terhadap NPF (cash coverage ratio) dari 56,99% periode sebelumnya menjadi 65,30%.
Selain itu, pertumbuhan laba juga disebabkan meningkatnya pendapatan margin bagi hasil sebesar 10,35% year on year (yoy) dari Rp1,55 triliun menjadi Rp1,71 triliun per Maret 2017. Secara umum, indikator peningkatan bisnis BSM pada triwulan I 2017 antara lain sbb:
• Aset tumbuh sebesar 11,83% (yoy) dari Rp71,55 triliun menjadi Rp80,01 triliun.
• Pembiayaan tumbuh sebesar 9,14% (yoy) dari Rp50,78 triliun menjadi Rp55,42 triliun.
• Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 12,47% (yoy) dari Rp63,16 triliun menjadi Rp71,04 triliun dengan dana murah sebesar Rp35,43 triliun atau 49,88% dari total DPK.
Peningkatan aset antara lain ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 12,47% (yoy) semula Rp63,16 triliun per Maret 2016 menjadi Rp71,04 triliun per Maret 2017. Dana murah BSM berupa Giro dan Tabungan mengomposisi hampir separuh dari total DPK atau sebesar Rp35,43 triliun (49,88%). Sementara itu total rekening dana mencapai 6,63 juta.
Dari total DPK, Giro naik 35,05%, semula Rp5,63 triliun per Maret 2016 menjadi Rp7,61 triliun per Maret 2017, Tabungan tumbuh sebesar 14,69%, semula Rp24,26 triliun per Maret 2016 menjadi Rp27,82 triliun per Maret 2017. Adapun Deposito tumbuh 7,02% semula Rp33,27 triliun per Maret 2016 menjadi Rp35,60 triliun per Maret 2017.
Choirul menegaskan, secara likuiditas BSM sangat baik. “Ini salah satu kekuatan kami yakni likuiditas,” ujarnya. Mengenai komposisi pembiayaan, dua segmen mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni segmen Konsumer dan Gadai yang tumbuh 14,32% (yoy) menjadi Rp17,53 triliun.
“Segmen ini kedepannya menjadi sumber pertumbuhan pembiayaan di BSM seiring fokus kami di segmen ritel,” kata Choirul lagi. Pembiayaan Segmen Commercial Banking tumbuh cukup baik sebesar 14,78% (yoy) menjadi Rp6,52 triliun, dengan fokus pada healthcare dan education.
Pembiayaan Segmen Mikro juga tumbuh cukup baik, mencapai 11,59% (yoy) menjadi Rp4,19 triliun, disusul pembiayaan Segmen Small/Business Banking yang tumbuh 5,45% (yoy) menjadi Rp9,57 triliun dan pembiayaan segmen Corporate Banking tumbuh 4,23% (yoy) menjadi Rp17,54 triliun. Dari sisi permodalan, rasio permodalan BSM cukup kuat dengan peningkatan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 1,01% dari 13,39% per Maret 2016 menjadi 14,40% pada Maret 2017.
Disamping penumbuhan pembiayaan, Manajemen berhasil membukukan laba operasional sebelum beban PPAP/CKPN sebesar Rp503 miliar. Secara konsisten perseroan juga memperkuat rasio pencadangan dengan membentuk biaya PPAP sebesar Rp378 miliar.
Pada triwulan I 2017, kinerja BSM juga diapresiasi oleh pihak lain dalam bentuk penghargaan di antaranya Digital Brand Award sebagai bank syariah terbaik, Peringkat I Annual Report Award. The Most Trusted Companies 2016 dan Peringkat pertama Service Excellence Award 2017 yang dilaksanakan oleh MRI. (wiy/lin)
Rasio-rasio keuangan BSM lainnya adalah sebagai berikut:
• Rasio ROA mencapai 0,60% membaik sebesar 0,04% dibandingkan periode sebelumnya sebesar 0,56%.
• Rasio ROE mencapai 5,83% membaik sebesar 0,22% dibandingkan periode sebelumnya sebesar 5,61%.
• Rasio Net Revenue Margin mencapai 6,73% meningkat sebesar0,24% dibandingkan periode sebelumnya sebesar 6,49%.
• Rasio Cost to Income Ratio mencapai 56,73% menurun sebesar9,87% dibandingkan periode sebelumnya sebesar 66,60%.
• Rasio FDR mencapai 77,75% menurun sebesar 0,61% dibandingkan periode sebelumnya sebesar 80,16%.
• Rasio NPF Gross mencapai 4,91% membaik sebesar1,50% dibandingkan periode sebelumnya sebesar 6,42%.