Oleh NA Haryokusumo *)
semarak.co-Surya Paloh bidik usung Anies sebagai calon presiden (capres) 2024 atas dasar elektabilitas ikuti arus pasar pemilih, ditambah Anies punya rekam jejak kerja nyata bukan sekedar pencitraan untuk bohongi rakyat dengan main medsos seperti capres sebelah.
Jika tidak karena elektabilitas dan potensi menang mungkin Surya Paloh tidak akan usung Anies yang bukan kadernya dan tentu lebih baik usung diri sendiri sebagai capres. Tapi buat apa jika secara hitungan kalah yang justru tidak efektif buang waktu, tenaga, biaya.
Dari awal Surya Paloh inginkan pasangkan Anies dengan kader Nahdliyin atau Nahdlatul Ulama (NU) untuk menangkan suara di Jatim dan Jateng karena kunci kemenangan pilpres ada di Jatim dan Jateng. Karakteristik pemilih warga Nahdliyin cenderung nurut sendiko dawuh kiainya.
Maka Surya Paloh sudah kasih rambu-rambu ingin pasangkan Anies dengan Khofifah Indar Parawansa. Sayang aroma ini kecium rezim penguasa dan terjadilah penggrebekan kantor Gubernur Khofifah. Sempat Khofifah akan ditersangkakan.
Rekomendasi 40 Ulama NU dan tokoh agama di Jatim dan Jateng, 25 Pebruari 2023 usulkan cawapres Anies dari kader Nahdiyin diantaranya adalah : Khofifah Indar Parawangsa (Gub Jatim), Taj Yasin (wagub jateng), Syaifullah Yusuf (sekjen PBNU), cak Imin (ketum PKB).
Dan KH Said Aqil Siradj (mantan ketum PBNU, AHY (ketum Demokrat). Elekbilitas Anies di Jatim dan Jateng belum maksimal ditengah gempuran capres Prabowo dan capres Ganjar. Perlu langkah jitu untuk bisa menundukkan pasar pemilih di Jatim dan Jateng mengingat parpol pengusung Anies NasDem, Demokrat, PKS tidak sebesar dan sepopuler PDIP dan PKB yang menguasai Jatim Jateng.
Untuk daerah diluar dua provinsi ini Anies secara rata-rata menang mutlak. Ini pilpres bukan pileg dimana jumlah banyaknya pemilih jadi penentu kemenangan. Jadi Anies butuh kuasai Jatim Jateng jika ingin menang.
Banyaknya pemilih awam di Jatim Jateng yang tinggal di desa dengan basis Nahdiyin yang cenderung nurut kata ulama / kyai NU maka mutlak wajib dekati NU seperti strategi PDIP selama ini. Fakta selama ini Anies ketika turun di jatim jateng dan alat peraganya rawan di persekusi, ditekan, ditolak dengan spanduk bodong yang diduga dari relawan capres yang diusung partai merah.
Secara chemistri Anies AHY ideal, tetapi ketika digulirkan di Jatim Jateng elektabilitasnya belum bisa mengangkat. Maaf, AHY kurang dikenal di kalangan Nahdliyin. Yang paling potensial menang duet Anies dan Khofifah untuk menundukkan propinsi Jatim dan Jateng.
Tapi rezim penguasa sudah mengendus aroma kemenangan ini. Khofifah masuk dalam Pasien Rawat Jalan setelah penggeledahan kantor gubernur Jatim. Digodoklah sejumlah nama rekomendasi ulama, muncul nama Muhaimin lebih dominan.
Selanjutnya oleh Tim 8 diputuskan pasangan Anies – Muhaimin. Hasilnya dibawa ke SP, SBY, dan dewan Syuro PKS. Kekecewaan Demokrat wajar manusiawi karena keyakinan duet Anies – AHY, tetapi kurang menyadari di basis Nahdiyin Jatim Jateng tidak bisa menang setelah ditawarkan ke pasar pemilih.
Tuduhan Anies penghianat, pengecut, musang berdulu domba sebagai wujud kekecewaan Demokrat itu manusiawi tapi kuranglah tepat. Faktanya moment ini justru di goreng oleh para cebong pembenci Anies yang mengusung capres lain untuk black Champaign, mendegradasi Anies dengan sinis.
Berpolitik itu harus kedepankan kalkulasi yang tepat, tidak bisa hanya andalkan emosi. Toh dulu SBY lakukan hal sama ketika pemilu 2009 janji berpasangan SBY – HNW tetapi yang dipilih pasangan SBY – Boediono. Kecewakah PKS…? Mungkin sama tapi dengan mengedepankan kepentingan bersama dan kalkulasi kemenangan PKS tetap solid dukung SBY.
Harusnya dengan deteksi awal untuk kemenangan, Demokrat legowo seperti PKS. Tujuan utamanya kan menang dengan tetap solid di Koalisi Perubahan jadi moment potensial bagi AHY untuk belajar persiapkan diri lebih matang di pilpres berikutnya.
Kalkulasi tetap di dalam koalisi perubahan jauh lebih menguntungkan kecuali ada tawaran partai lain yang bersedia jadi wapresnya, itu soal pilihan lain. Penting dipahami bahwa capres didasarkan pada elektabilitas mengikuti pasar pemilih maka agar bisa menang sosok yang akan diusung harus dikehendaki para pemilih di Jatim dan Jateng sebagai basis Nahdiyin.
Di atas kertas pasangan Anies – Muhaimin akan unggul di seluruh pulau Jawa Madura (Jatim, Jateng, Jabar, Banten, DKI Jakarta). Disusul seluruh Sumatera, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, NTB.
Semua lembaga survei mengamini angka ini kecuali lembaga survei dan pengamat bayaran. Bisa dikatakan 2024 Indonesia akan punya presiden baru Anies Baswedan dan wakil presidenya Muhaimin Iskandar.
Efek Domino
Pasangan Anies – Cak Imin diprediksi bisa menggerus suara PDIP sebagai sumber masalah Bangsa dan sarang korupsi di semua daerah terutama Jatim dan Jateng. Sekaligus kesempatan emas bagi warga NU dan seluruh Rakyat Indonesia untuk merubah hidup lebih Sejahtera.
Mengingat Anies punya rekam jejak kerja nyata bertangan dingin mensejahterakan rakyat dengan banyak programya yang manusiawi dan membela Rakyat kecil ketika jadi gubernur DKI. Sudah terbukti sukses di Jakarta tak perlu pencitraan.
Dibanding selama ini sudah cukup lama warga Jatim dan Jateng hanya dihisap suaranya untuk kemenangan pemilu tetapi kesejahteraan nya masih tertinggal kurang diperhatikan. Dulu tiap gubernur yang jabat DKI ketika ditanya kesemrawutan, macet, kriminal, banjir kota Jakarta jawabanya muter-muter.
Cenderung mengkambing hitamkan gubernur sebelumnya untuk menutupi ketidakmampuan dirinya bekerja. Jika sekarang setelah Anies tidak menjabat Jakarta kembali semrawut lagi, artinya kemampuan pemimpin itu jadi faktor utama keberhasilan.
Dan ini peringatan untuk rakyat pentingnya pilih pemimpin. Alhamdulillah Anies telah merubah Jakarta yang semrawut, kriminal, macet, banjir jadi kota bertaraf internasional yang nyaman, aman bahagia warganya. Sukses di Jakarta, lanjutkan untuk Indonesia. Tetap tegak lurus dukung Anies siapapun wakilnya.
*) penulis adalah kolumnis dan pegiat media sosial
sumber: WAGroup (postMinggu3/9/2023/haryokusumo)