Mencegah terpapar pandemic Covid-19 adalah langkah yang lebih tepat daripada harus ke rumah sakit mengobati. Bahkan, pasien Covid-19 harus menjalani isolasi dan terpisah dari keluarga dan kerabat serta sahabat.
semarak.co-Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Brotoasmoro mengedukasi masyarakat bagaimana melakukan pencegahan. Kali ini, Reisa mengajak rekan sejawat seorang dokter yang bertugas sebagai kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) dr Gia Pratama.
Gia menawarkan rumus mudah yang bagi masyarakat untuk mencegah tertular Covid-19, yaitu risiko infeksi sama dengan jumlah virus dan dibagi imunitas tubuh atau RI = JV: IT.
“Jadi, bagaimana kita menurunkan risiko infeksi adalah dengan menurunkan jumlah virus dan menaikkan imunitas tubuh,” kata Gia Pratama saat membuka dialog bertajuk Antara Pengobatan dan Pencegahan: Pilih Mana? melalui daring, Jumat (13/11/2020).
Dalam keseharian masyarakat bisa menerapkan rumus itu dengan cara menerapkan anjuran pemerintah 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan air mengalir untuk menurunkan jumlah virus. Lalu untuk meningkatkan imunitas tubuh, ada 3 hal yang harus diterapkan.
Pertama, rinci Gia, konsumsi nutrisi yang cukup dan baik. “Makro nutrisi, mikro nutrisi, vitamin dan mineralnya harus komplit. Artinya sayur dan buah-buahan harus sehari-hari, jangan gorengan tiap hari,” saran Gia.
Kedua, tidur yang cukup. Jangan karena sistem kerja work from home (WFH), malah sering bergadang dan tidak produktif. Bahkan dari penelitian terbaru, Gia menyebut tidur paling bagus antara 6 sampai 7 jam.
“Tidurnya di awal sebelum jam 11 dan bangun tidur sebelum jam 5 shubuh. “Itu yang terbaik. Sudah terbukti ribuan penelitiannya. Ketiga, rajin olahraga. Justru dengan sistem WFH (work from home) saat ini harusnya intensitas olahraga ditingkatkan,” sindirnya.
Bahkan, kata dia, jika memang tidak ingin olahraga di luar rumah, bisa olahraga tidak bergerak dan bisa dilakukan di tempat. Seperti push up, plank, sit up dan beberapa lainnya. “Jadi, jangan jadi kaum rebahan aja gitu. Rebahannya bisa sambil olahraga plank,” tandas Gia.
Upaya pencegahan demikian lebih efektif dibanding mengobati yang sudah terpapar. Apalagi pasien yang terpapar Covid-19, datang ke IGD dalam kondisi yang sudah parah dan berisiko fatal. Padahal, pemerintah dan tenaga medis sudah menyarankan masyarakat untuk segera datang ke rumah sakit apabila mengalami gejala.
“Dari 100 persen pasien yang saya tangani, hanya 5 persen yang butuh ICU, tetapi 50 persen sedang atau berat. Sisanya tidak ada gejala atau ringan sedang. Kalau bisa dideteksi dari awal, recovery rate-nya bagus,” jelasnya.
Dalam mengobati menurutnya ada 3 fase yang harus dilalui pasien. Fase pertama memberi pemahaman kepada pasien tentang penyakit Covid-19. Pasien terus disemangati baik secara fisik dan psikis agar kesembuhan penuh tercapai. Lalu fase kedua, dimana seorang pasien itu harus menjalani masa isolasi.
“Isolasi di rumah sakit tidak boleh ketemu keluarga dan teman-teman. Sendirian, dan itu menjenuhkan, juga bikin stress,” cerita Gia berdasarkan pengalamannya. Masuk fase 3, ini yang cukup krusial, karena ada dua kemungkinan, sembuh dan kembali pulih atau meninggal.
Bagi pasien yang meninggal harus menjalani prosedur pengurusan dan pemakaman jenazah yang meninggal akibat Covid-19. “Fase ini yang terus berulang, setiap hari,” imbuhnya.
Terakhir, ia berpesan kepada masyarakat bahwa virus Covid-19 benar ada. Ukuran virusnya pun sangat kecil sekali, sebesar 100 nanometer, bahkan kata Gia, jika ada celah bediameter 1 milimeter saja bisa dimuat 10 ribu virus. Dan bisa dilihat memakai mikroskop elektron.
Jangan takut, kata dia, tapi jangan pernah meremehkan virus ini. Pakai rumus (RI = JV : IT), 3M jalankan secara disiplin, Insya Allah kita akan memenangkan pertarungan ini, kita akan bertemu di masa depan yang cerah,” pesan Gia.
dr Reisa Brotoasmoro menyebut recovery rate atau persentase angka kesembuhan terus meningkat mencapai 82,84% pekan ini saja. Satu pekan sebelumnya recovery rate diangka 80,51%.
“Meski kasus secara kumulatif masih bertambah, kita telah mengukir prestasi. Seperti tren penurunan kasus aktif yang sekarang di angka 50 ribuan, bahkan dibawah angka 60 ribuan per hari dan tren kenaikan angka kesembuhan dari bulan ke bulan,” katanya.
Saat ini, Reisa menyatakan penanganan Covid-19 di Indonesia sudah berada di jalur yang tepat. Persediaan obat-obatan Covid-19 di Indonesia dalam kondisi aman dan cukup.
Bahkan saat ini sudah didistribusikan ke 34 dinas kesehatan provinsi, dan 779 rumah sakit. Dan untuk pemenuhan kebutuhan sampai Desember 2020, sedang dilakukan tambahan pengadaan obat penanganan Covid-19.
Kabar baik lainnya, klaim Reisa, hasil temuan dari lembaga penelitian Ipsos menyatakan orang Indonesia masyarakat paling optimis di Asia Tenggara. Masyarakat juga mengikuti petunjuk dari pemerintah, maikn banyak yang lebih rajin memantau berita lewat televisi.
Juga dari riset Edelman Trust barometer 2020, menunjukkan konsistensi kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap bangsanya sendiri dalam bergerak maju menghadapi apapun. Baik bencana alam, tantangan ekonomi termasuk bersama melawan pandemi.
“Ya, kita memang harus percaya dengan upaya gotong royong dan kerja keras bersama. Kalau bukan kita yang saling percaya satu sama lain, ya siapa lagi,” ajak Reisa. (lrs/smr)
sumber: Laras post November 13, 2020 di WA Group Guyub PWI Jaya