Keruwetan konser Dewa 19 di Jakarta International Stadium (JIS) di kawasan Ancol, Jakarta Utara menjadi sorotan. Padahal salah satu dedengkot pembuat konser sudah wanti-wanti bahwa JIS tidak memadai sebagai venue konser dengan massa besar seperti Dewa 19. Karena masa konser berbeda dengan supporter sepakbola.
semarak.co-Sosok itu adalah Hari Koko Santoso. Dia penasehat Indonesia Event Management Summit (IVES). Dia terlibat dalam gelaran Soundrenaline hingga event yang dihadiri 231 ribu orang di Ancol tahun 2006 dan mengikuti ratusan kali konser Dewa 19.
“Saya banyak terlibat dengan grup band, terutama Dewa 19 lebih dari 200 kali bersama dia membuat konser. Yang saya alami, Dewa 19 memang penggemarnya banyak,” kata Koko, sapaan akrab Hari Koko Santoso dalam acara temu wartawan di Kemenparekraf Jakarta, Senin (6/2/2023) dilansir detik.com, Rabu, 08 Feb 2023 09:45 WIB dari google.
Penggemarnya, kutip Koko, Dhani sering bilang, mereka baik-baik, manis-manis, rapi dan wangi. Akan tetapi, kita harus memahami bahwa ketika sangat banyak orang dalam satu gedung harus kita sikapi dengan baik.
“Orang yang banyak itu adalah kalangan muda dan mereka bisa dipastikan menggunakan kendaraan, tentu memerlukan persiapan bagaimana transportasi di lokasi itu harus ditata dengan baik,” ujar Koko dihadapan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno sebagai yang punya acara.
Kata Koko, JIS yang berada di Ancol, Jakarta Utara dengan kapasitas 82 ribu penonton dan penuh terisi bukan suatu hal yang mudah untuk ditangani. Sebuah venue untuk bisa menggelar acara besar dengan penonton yang mencapai puluhan ribu idealnya harus memiliki skenario akses yang matang.
Contoh ideal adalah bangunan kompleks Gelora Bung Karno (GBK) di Senayan, Jakarta Pusat. “Nah, dengan JIS yang ada di tengah permukiman, kantong parkir tidak sebanding dengan kapasitas stadion, dan aksesnya yang sulit, Event Organizer mau tidak mau harus berjudi dan ekstra berhati-hati saat menggelar konser atau acara apapun di sana,” paparnya.
Kemudian, lanjut Koko, venue sendiri harus diakui bagaimana bisa menyikapi lebih dari 70 ribu bukan sebuah hal yang mudah. “Kalau kita belajar dari GBK itu dari Jalan Jenderal Sudirman sampai belakang Stadion Utama GBK itu ada empat ring ya?” terang dia.
“Jalan Jenderal Sudirman, di dalam, di dalam, dan di dalam lagi. Saya juga kebetulan sering berbicara di JIS dan saya sampaikan bahwa venue JIS tidak bisa untuk konser besar, harus berhati-hati dalam membuat konser musik di sana,” dia menjelaskan.
Diakui Koko, “JIS yang dibangun lebih baru memang memiliki bangunan yang lebih kokoh dan memiliki teknologi yang lebih sip ketimbang GBK. Atap GBK yang sudah uzur sudah tidak sanggup lagi menahan lampu-lampu besar. Itu bukan perkara sulit bagi JIS.”
Tetapi, menurut Koko, JIS memiliki lebih banyak kelemahan. Koko menilai JIS belum layak menjadi venue konser jika dibandingkan dengan GBK. Lagipula, dia menyebut, bahwa JIS bukan gedung pertunjukan. “Ditambah lagi, memang harus diakui, JIS, bisa dikatakan, belum memadai seperti apa yang bisa dibuat di GBK,” imbuhnya.
Sehingga, lanjut dia, ke depan ini pihak kepolisian, pihak peminjam, Dewa juga mengimbau fansnya, pihak kepolisian, juga sharing kepada masyarakat bagaimana lalu lintas di sana agar tidak terjadi kejadian seperti kemarin.
“Tentu banyak penonton yang tidak puas masalah transport dan masalah gedung. Perlu diingat itu bukan gedung pertunjukan, itu gedung untuk pertandingan sepakbola. Kalau penonton sepakbola hanya terbagi dua, yaitu supporter pendukung satu dengan lawan,” tuturnya.
Sementara konser bisa ratusan asalnya, kata Koko kembali menerangkan, seperti Fans Dewa 19 ada dari Baladewa Ciputat, Parung, Kebayoran, dan ada 200an klub fans Baladewa ini. Karakter yang banyak perbedaan ini harus disikapi secara matang. Jadi kalau dibilang pada mengeluhkan akses misalnya, itu wajar saja,” ujarnya. (net/dtc/smr)