Pada Agustus nanti Komunitas Salihara akan menggelar Kembali Literature and Ideas Festival (LIFEs), sebuah festival sastra dan gagasan dua tahunan. LIFEs 2023 hadir dengan tema Frankofon yang menampilkan sejumlah acara bertema atau berkaitan dengan Prancis, baik sastra, filsafat, komik, maupun kuliner.
semarak.co-Untuk menyambut LIFEs, dalam putaran kedua ini Kelas Filsafat akan hadir kembali dengan tema Islam dan Kebebasan Menurut Mazhab Prancis. Putaran kedua ini akan membahas bagaimana para filsuf dan ilmuwan Prancis mempersoalkan kembali tema kebebasan.
Kita juga akan diajak membahas sejarah, perkembangan, sumbangsih, dan pengaruh Mazhab Prancis dalam studi Islam. Kelas ini akan diampu oleh empat pengampu yakni Ayang Utriza Yakin, Etienne Naveau, F. Wawan Setyadi dan Haryatmoko.
LIFEs sendiri merupakan sebuah festival dua tahunan yang menghadirkan rangkaian acara seputar sastra dan gagasan yang dikemas dalam bentuk: pertunjukan, pameran, diskusi, seminar, ceramah, pembacaan, kuliner, film, dan musik. Selaras dengan tema LIFEs tahun ini, Kelas Filsafat akan membawa tajuk Islam dan Kebebasan Menurut Mazhab Prancis.
Kelas ini akan membahas tentang bagaimana filsuf dan ilmuan Prancis mempersoalkan kembali tema kebebasan dengan meneropong Islam dan masyarakat muslim sebagai bahan kajian mereka yang tumbuh dengan tradisi Mazhab Leiden, Belanda.
Peserta akan menemukan bagaimana perkembangan, sejarah, sumbangsih, serta pengaruh mazhab Prancis ditinjau dari kajian akademik, keilmuan, dan kehidupan masyarakat negara-negara muslim. Kelas Filsafat ini akan dijalankan secara daring (dalam jaringan) atau online melalui link zoom setiap Setiap Sabtu, 15, 22, 29 Juli & 05 Agustus 2023, 14:00 WIB.
Dalam empat pertemuan itu diampu Ayang Utriza Yakin, Etienne Naveau, F. Wawan Setyadi, dan Haryatmoko. Berikut adalah rangkaian jadwal serta topik pembahasan yang akan dilaksanakan selama kelas berlangsung:
- Gilles Deleuze dan Kreativitas
Sabtu, 15 Juli 2023 |14:00 – 16:00 WIB | Pengampu: Haryatmoko "Rhizome", "deteritorialisasi", "schizoanalysis" dan "tubuh-tanpa-organ" adalah konsep-konsep hasil rekayasa Gilles Deleuze yang mengacu pada gerak dinamis, perubahan, inisiatif dan kreativitas.
Deleuze menolak skema pikiran seperti pohon, tapi menggunakan "rhizome" yang bisa berkembang biak ke segala arah. Dia tidak puas dengan psikoanalisis yang seakan-akan mengekang gerak karena melihat masa lalu adalah kekurangan.
Dia ingin melihat ke depan yang tampil dalam konsep "tubuh-tanpa-organ" sumber energi tanpa bentuk dari semua organisasi dan proses baik yang mungkin atau yang tidak mungkin sehingga memicu kreativitas.
- Kebebasan Menurut Fenomenologi Kehendak Paul Ricoeur
Sabtu, 22 Juli 2023 |14:00 – 16:00 WIB | Pengampu: F. Wawan Setiadi. Perjalanan pemikiran filosofis Paul Ricoeur (1913-2005) diawali dengan refleksi tentang fenomenologi kehendak, di mana termanifestasi kebebasan manusia.
Deskripsi fenomenologis kehendak ditandai oleh momen saat manusia mengatakan “aku hendak…”, yang diikuti oleh “aku menggerakkan tubuhku” dan “aku menyetujui”. Tiga momen kehendak tersebut mendapatkan tantangan dari yang-tak-terkehendaki, persis saat diluncurkan. Kehendak yang erat dengan yang-tak-terkehendaki membuat manusia bertanya, “sungguhkah aku bebas?”.
Tantangan selanjutnya datang saat kebebasan manusia membawanya jatuh ke dalam kesalahan, kejahatan. Di situlah pertanyaan “sungguhkah aku bebas?” bergeser menjadi pemikiran tentang pembebasan dari problem kejahatan.
- Mazhab Prancis dalam Studi Islam
Sabtu, 29 Juli 2023 |14:00 – 16:00 WIB | Pengampu: Ayang Utriza Yakin. Ilmuwan Prancis (dalam bidang ilmu-ilmu humaniora dan sosial)—yang menjadikan Islam dan masyarakat Muslim sebagai objek kajian dalam penelitian dan pengajaran mereka—dapat dianggap sebagai peletak dasar kajian agama Islam dan masyarakat muslim yang pada awalnya disebut kajian ketimuran (études orientales).
Kerja dan usaha mereka yang berkesinambungan selama tiga abad (dari masa prakolonial, kolonial, sampai ke pascakolonial) berhasil membentuk objek kajian mereka (Islam dan Muslim) menjadi satu disiplin keilmuan tersendiri, yaitu studi Islam (études islamiques).
Mazhab Prancis dalam studi Islam sangat berjasa dalam mengembangkan pendekatan, metode, konsep dan teori untuk mengkaji Islam dan masyarakat Muslim yang menghasilkan banyak kajian dengan hasil luar biasa.
Hasil-hasil kerja penelitian ilmuwan Mazhab Prancis dalam studi Islam ini pada gilirannya dapat digunakan dan bermanfaat untuk pembangunan negara-negara mayoritas Muslim dan pembaharuan pemikiran dalam Islam.
- Blaise Pascal dan Islam
Sabtu, 05 Agustus 2023 |14:00 – 16:00 WIB |Pengampu: Etienne Naveau. Blaise Pascal (1623-1662) mengeluarkan penilaian yang ketat dan kurang informasi tentang Islam. Berdasarkan Fugio Fidei karya Ramon Marti, Pascal menganggap agama Islam, seperti Yudaisme, sebagai agama “samawi”, sensual dan suka berperang: agama politik yang terbatas pada “Orde Tubuh”.
Terhadap karikatur yang diberikan Pascal tentang agama Islam ini, kita dapat menentang titik-titik kesamaan tertentu yang tidak terduga antara Pascal dan tren tertentu dalam Islam. Kritik Pascal terhadap Descartes dan “Tuhan para filsuf dan ilmuwan” secara formal mirip dengan kontroversi al-Ghazali melawan Ibnu Sina.
Dialektika Pascal tentang manusia “terampil, setengah terampil dan terampil” mirip dengan konsep “orang biasa, teolog dan filsuf” dalam karya Ibnu Rusyd. Akhirnya, fana’ seorang sufi seperti Hamzah Fansuri mirip dengan pemusnahan ego dalam pikiran Pascal.
Sebagai kesimpulan, kami akan menunjukkan bahwa kritik reduktif yang ditujukan Pascal kepada Islam atas nama cita-cita evangelis non-kekerasan dapat berbalik melawan Augustinianisme, walaupun Pascal menganggap dirinya sebagai seorang murid Santo Augustinus.
Untuk bisa mengikuti kelas daring ini, peserta bisa langsung mendaftarkan diri lewat laman resmi kami di kelas.salihara.org dan media sosial kami. Peserta yang sudah terdaftar akan mendapatkan akses materi ajar, akses untuk menonton siaran ulang materi kelas, serta sertifikat digital.
Tentang Pengampu
1.Ayang Utriza Yakina adalah seorang peneliti di Sciences Po Bordeaux, Prancis, dan pengajar di Université Catholique de Louvain, Belgia sejak 2021. Pada 2005 sampai 2007 dan 2014 sampai 2016, ia mengajar di Sekolah Program Pascasarjana dan Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta.
Ia juga sempat mengajar di Universitas Ghent sebagai dosen tamu di departemen Kajian Islam dan Arab serta Studi Timur Tengah selama tiga tahun dari 2019 sampai 2020.
2.Etienne Naveau adalah Doktor Bidang Filsafat di Institut Nasional Bahasa dan Peradaban Oriental (INALCO) sejak 2003. Etienne juga merupakan doktor di bidang bahasa, sastra, dan peradaban Indonesia yang penelitian-penelitiannya dibuat berdasarkan kajian terhadap teks-teks autobiografi Indonesia.
Ia menjadi anggota Cerlom (Pusat Kajian dan Penelitian Sastra dan Tradisi Lisan Dunia). Pada November 2017, ia mendapatkan gelar HDR-nya melalui penelitian berjudul Identitas dan Pidato-Pidato Para Pendiri Indonesia (sastra, filsafat, agama).
3. Wawan Setyadi adalah pengajar di STF Driyarkara, Jakarta. Saat ini sedang menjalani studi S3 di Centre Sèvres, Paris dan L’université de Namur, Belgia. Disertasinya yang tengah dirampungkan: Antropologi Filosofis Rekonsiliasi dan Dialog dengan Filsafat Paul Ricoeur. Ia juga menggeluti bidang filsafat di antaranya, hermeneutik filosofis, antropologi filsafat dan filsafat kontemporer Prancis.
4. Haryatmoko adalah Doktor di bidang Antropologi dan Sejarah Agama-agama di Universitas Sorbonne-Paris IV dan Etika Politik (Moral Sosial) di Institut Catholique de Paris. Ia adalah dosen tetap Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan menjadi pengajar tamu di pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, dan UIN Yogyakarta. (smr)