Oleh Sutoyo Abadi *
semarak.co-Tuntutan People Power terus menggema, masyarakat sudah mengetahui situasi makin memburuk, keadaan mulai rusak dan membusuk, berbahaya untuk kehidupan yang damai dan berkeadilan.
Sekelompok masyarakat nanar, bingung, putus asa dan kehilangan arah, pasrah tersisa hanya berharap ada pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Keadaan yang makin memburuk tidak bisa hanya dilawan hanya dengan narasi semangat harapan.
Harus dihadapi dengan tindakan cepat dan realistis. Keadaan harus dengan tindakan riil, akan menunjukkan kekuatannya sebagai pejuang yang termotivasi mampu bergerak dan menurunkan mental penguasa. Datang dan munculnya gerakan masih mencari bentuknya. Ragu-ragu bertindak sama artinya sedang masuk dalam kondisi yang fatal.
Seruan People Power bisa menjadi Imun, rezim tetap besar kepala karena meyakini People Power tidak akan terjadi. Tanpa perlawanan akan sama sedang menyamarkan diri karena ketakutan, itu petunjuk perjuangan akan jalan ditempat. Tanpa riil melakukan perlawanan tidak akan pernah mendapatkan kemenangan dan perdamaian.
Keadaan akan bisa berbalik arah, penguasa zalim akan membunuh kita ketika mereka menemukan momentumnya. Tokoh sepuh dari Jogjakarta Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. memberikan secercah saran: “Melihat kondisi sekarang menurut hemat saya sangat dibutuhkan People Power (PP) untuk stop keberingasan rezim yang semakin menyengsarakan rakyat.
Untuk gerakkan PP ada 4 syarat utama, (1) ada sejumlah issue penting yang menyangkut hajat rakyat dan bangsa, (2) ada pimpinan PP yang handal, (3) ada dukungan dana cukup, di samping dukungan setiap warga, dan (4) time frame (akumulasi) gerakan pendudukan kantor strategis (Istana dan Senayan/gedung MPR/DPR/DPD), sebagai simbol perlawanan.”
Sedangkan dari tokoh dan aktivis kampus, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Prof. Anthony Budiawan: “Minta pendapat mereka bagaimana kondisi negara saat ini menurut mahasiswa. Kalau mereka berpendapat masih normal saja, maka tidak akan ada gerakan atau protes masif.”
Prof. Rizal Ramli: “Saat ini kita butuh pemimpin yang berani, sikap yang tegas dengan segala konsekuensi dan resikonya. Sudah tidak waktunya lagi bicara soal teori ini itu, saat berdialog yang lebih riil, selesaikan Jokowi. Perubahan bukan karena kita ingin perubahan tetapi kondisi objektif yang memaksa harus terjadinya perubahan. Saat ini kondisi objektif sudah matang untuk terjadinya perubahan.” **
Blasting algoritma cloud system, sender by Agusto The Activist Cyber, 14/6/2023, 16.41 WIB. picsource: festivalmerahputih
sumber: WAGroup BASECAMP PEJUANG 24 JAM (postKamis15/6/2023/buyaferialmakmur)