Kepanikan Fir’aun saat Tahu Nabi Musa Pulang ke Mesir

Heryanto SE SS MM. foto: Nikson Bali Pos

Oleh Heryanto

Saat mengetahui Musa akan pulang ke Mesir, setelah sepuluh tahun berada di tempat pengasingan di kota Madyan, Fir’aun dan pembesarnya mulai panik dan gusar karena kehadiran Musa dinilai akan membawa dampak sosial dan politik yang sangat besar hingga berpotensi menggoyahkan singgasananya.

Bacaan Lainnya

semarak.co-Fir’aun dan pembesarnya akhirnya menunjukan sikap panik mereka dengan menyampaikan provokasi hingga pelecehan kepada Musa, pengikutnya serta rakyatnya sendiri.

Fir’aun dan para pejabatnya mulai berkoar-koar di depan publik, dengan mengatakan bahwa Musa adalah manusia biasa dan pengikutnya hanyalah segelintir orang saja.

إِنَّ هَؤُلَاءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ

“Fir’aun berkata: Sesungguhnya mereka (Bani Israel pengikut Musa) benar-benar golongan kecil.” (QS. Asy-Syu’ara (26) : 54)

Namun setelah melihat fakta di lapangan, yang ternyata pengikut Musa sangat banyak dan membludak, maka Fir’aun dan pembesarnya menjadi semakin panik. Mereka pun mulai berusaha menimbulkan antipati publik kepada Musa dan pengikutnya lewat provokasi, dengan mengatakan Musa dan pengikutnya adalah kaum yang fasik.

فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ.

“Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.” (QS. Az-Zukhruf (43) : 64)

Ketika merasa gagal dengan provokasinya, karena ternyata simpati publik semakin besar dan tidak terbendung kepada Musa, maka Fir’aun dan pejabatnya mulai mengancam keselamatan Musa serta mengintimidasi rakyatnya dengan mengatakan bahwa Musa mesti dibunuh, karena punya niat dan maksud jahat kembali ke Mesir, yaitu hendak berbuat makar, mengganti agama, serta merusak tatanan sosial dan budaya yang telah mapan.

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ.

“Dan berkata Fir’aun (kepada pembesar-pembesarnya): Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (QS. Ghafir (40) : 26)

Dari Alquran kita tahu, akhirnya Nabi Musa berhasil menumbangkan kecongkakan dan tirani Fir’aun. Lihatlah, sejarah selalu berulang. Dan itulah di antara kehebatan Alquran, senantiasa relevan dan aktual. Tidak seperti yang dikatakan orang-orang kafir, bahwa Alquran isinya hanyalah dongeng masa lalu (Al-Furqan: 5-6). (d.sekarningrum)

Pengamat politik militer Conny Rohundini menilai kondisi saat ini sudah semakin mengkhawatirkan. Yang ditunggu keputusan politik negara karena TNI tidak boleh berpolitik.

Per hari ini Kamis 19 November 2020, satuan Koopssus TNI AU singgah beberapa menit depan markas FPI petamburan sambil bunyikan sirene. Pejabat TNI mengakui namun tidak jelaskan tujuannya. Pada hari yang sama Pangti melakukan sidak militer dan menegaskan kembali soliditas TNI.

Tampaknya Polri tak ingin sendiri menghadapi FPI, mulai melibatkan unsur TNI. Wajar jika Panglima perlu menegaskan dan mensolidkan sebelum turun gunung. Mengingat di kompleks Paspamres saja Prabowo menang saat pilpres kemarin.

Terkait isu TNI hijau yang mungkin diinterpretasikan dekat dengan umat Islam, inilah tampaknya yang mau disenggol oleh kiri. Secara strategis, dengan memukul FPI, mereka sekalian melakukan observasi, siapa TNI yang loyal dan siapa yang ‘hijau’, mapping dan penindakan. Akan ada lagi korban yang masih hijau untuk ditindak.

Secara taktis, bentrokan yang terjadi akan mudah dikuasai Polri yang di-backup TNI. Rezim akan menempatkan provokator pada kedua belah pihak. Intel-intel yang disusupkan di FPI akan terus bersuara lantang untuk melawan frontal, tujuannya dengan konflik, akan semakin mudah dilibas dijebak dengan hukum.

Mirip kejadian Tanjung Priok, dengan provokasi intel, umat maju, lalu diberondong. Dengan solidnya Polri-Tni-Media, maka semua bisa diselesaikan secara kilat. Jika masih ada yang tidak paham situasi dan tidak paham peta konflik, sudah pasti akan jatuh.

Cerdaslah bertindak, tetap tenang, ingat kemuliaan dari sisi Allah, walau sejuta menghina, tak pudar mulia. Rileks dan bangun komunikasi silaturahim dengan semua pihak. Banyak belajar dari sejarah dan masa lalu. Sekali lagi waspada provokator pengadu domba.

*) Kolumnis

 

sumber: WA Group Keluarga Alumni HMI MPO (Senin 16/11/2020) setelah melalui proses editing dari redaksi menjadi semacam opini. Jadi bukan opini original 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *