Kenapa Shaum 6 Hari di Bulan Syawal? Ini 8 Amalan Sunnah Dilaksanakan pada Hari Raya Idul Fitri

Grafis Idul Fitri yang erat kaitan dengan memukul beduk untuk mengiringi takbiran pada malam Lebaran. Foto: ist

Artikel berikut berasal dari dua penulis yang digabungkan karena membahas satu topik yang sama, terkait puasa atau shaum 6 hari di bulan Syawal dan ada 8 amalan sunnah yang dilaksanakan pada saat Hari Raya Iedul Fitri. RasuLuLLoh ﷺ bersabda:

semarak.coمن صام رمضان ثم اتبعه سنين من شوال كان كصيام الده  كله (رواه مسلم)

Bacaan Lainnya

“Barangsiapa shaum Ramadhan dan diikuti dengan shaum 6 hari bulan Syawal, maka bagaikan shaum setahun penuh. (HR. Muslim). Lalu kenapa enam hari? Dalam Kitab Durrotun Nasihin dijelaskan bahwa dalam Surat Al-An’am, Ayat 160, اَللّهُ ﷻ berfirman:

من جاء بالحسنة فله عشر امثالها ومن جاء بالسيءة فلا يجزي الا هثلها وهم لا يظلمون

“Barangsiapa berbuat kebajikan, maka baginya sepuluh kali kebaikan dan barangsiapa perbuatan kejahatan, maka tidak dibalas kecuali dengan kejahatan yang setara.” (QS: Al-An’am, 160).

Hikmahnya adalah bahwa karena setahun ada 360 hari dan sebulan berjumlah 30 hari, maka jika dikalikan dengan sepuluh sesuai dengan ayat di atas, didapat 30 hari x 10= 300 hari. Sedangkan 6 hari bulan Syawal adalah 6 hari x 10 = 60 hari. Maka, genaplah 300 + 60 = 360 hari yang berarti setara dengan satu tahun. Adapun tingkatan-tingkatan puasa 6 Hari Syawal:

Yang paling utama adalah muttashil dan mutatabi’ah. Artinya nyambung dan berturut-turut dari mulai tanggal 2 Syawal dan berturut-turut tanggal 3, 4, 5, 6, dan 7 Syawal.

Yang Utama karena mungkin masih banyak tamu, maka shaunlah secara mutatabiah, berturut-turut, misalkan mulai tanggal 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 Syawal.

Tidak muttashil dan tidak mutatabi’ah yang penting masih dalam suasana bulan Syawal. Ini masih mendapatkan pahala seperti pahala shaum setahun.

Demikian besar nilai pahala shaum enam hari bulan Syawal, maka tidak boleh niat shaumnya dibarengkan dengan niat shaum Qodlo Ramadhan, niat shaum senin-kamis, niat shaum Dawud, dan niat-niat shaum lainnya.

Bagi seseorang yang masih mempunyai Qodlo shaum Ramadhan, jika ingin melakukan shaum enam hari bulan Syawal, baginya harus melunasi Shaum Qodlo Ramadhan terlebih dahulu. والله اعلم بالصواب

Bintaro, Kamis, 11 April 2024

02 Syawal 1445 H

Mengutip amanah ummat.com, Hari Raya Iedul Fitri menjadi momen yang dinantikan umat Islam setelah melewati bulan Ramadhan. Menjelang Lebaran, tidak jarang orang mulai mendekorasi ulang rumah, memesan pakaian baru, memasak kue kering, dan melakukan banyak tradisi lainnya.

Namun, ada beberapa amalan sunah yang sebaiknya dilakukan pada Idul Fitri. Berikut ini delapan amalan yang dapat dilakukan, seperti dilansir laman Muslimhands.org.uk, Selasa (9/4/2024):

Berdoa pada malam Idul Fitri

Rasulullah (SAW) bersabda, “Ada lima malam yang tidak ditolak doanya: malam pertama Rajab, malam ke-15 Sya’ban, malam Kamis, malam sebelum Idul Fitri, dan malam sebelum Idul Adha. Hadits ini diriwayatkan oleh ilmuwan fiqih Imam Jalaluddin as-Suyuthi.

Mandi sebelum sholat Idul Fitri

Sebagai umat Islam, perlu menjaga kebersihan karena merupakan salah satu hal yang dianjurkan agama. Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma meriwayatkan, ‘Rasulullah (SAW) terbiasa mandi pada hari Fitri’.

“Kami didorong untuk melakukan hal yang sama dan, dengan melakukan hal tersebut, kami memastikan bahwa pertemuan dan perayaan keluarga adalah acara yang menyenangkan”. (HR. Ibnu Majah).

Makan sebelum Sholat Idul Fitri

Saat Idul Fitri, disunahkan memakan kurma sebelum sholat agar tidak memperpanjang puasa. Nabi Muhammad SAW tidak berangkat pada hari Idul Fitri sampai dia makan kurma dalam jumlah ganjil. Dari Anas bin Malik, terdapat sebuah hadits:

‎عَنْ أَنَسٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ

Artinya: “Rasulullah tidak berangkat pada Idul Fitri hingga beliau memakan beberapa kurma. (HR Bukhari)

Mengenakan Attar

Sama seperti Nabi Muhammad SAW yang menggunakan Attar (parfum) pada saat Idul Fitri, laki-laki juga dianjurkan untuk melakukan hal yang sama. Hal ini untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan di masjid.

Memperbanyak takbir

Dalam perjalanan ke masjid, Takbir Idul Fitri harus dibacakan dengan lembut. Takbir Idul Fitri berbunyi: “Allahu Akbar, Allahu Akbar. La Ilaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd”.

Saling mengucapkan selamat

Pada Hari Raya Idul Fitri, orang sering kali saling mengucapkan selamat dengan ucapan (tahniah) cukup beragam. Namun, cara yang lebih baik untuk saling menyapa adalah dengan mengambil contoh dari para Sahabat Radhiyallahu Anhuma.

Diriwayatkan oleh Jubayr bin Nufayr Radhiyallahu Anhuma, bahwa para Sahabat biasa saling menyapa di hari Idul Fitri dengan kalimat “Taqabbal Allaahu Minnaa Wa Minka’, yang artinya ‘Semoga Allah menerima (puasa dan ibadah) darinya. kami dan dari kamu’. (Fathul-Bari).

Rute jalan masjid

Sebagaimana diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah, “Pada hari Idul Fitri, Nabi Muhammad biasa kembali setelah sholat Idul Fitri melalui rute jalan yang berbeda dari yang biasa ia tempuh”.  Alasan di balik ini adalah agar pada hari kiamat kedua jalan tersebut bisa bersaksi bahwa kita melakukan sholat tersebut.

‎كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘ied, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.” (HR. Bukhori)

Sholat Idul Fitri

Sholat Idul Fitri sebaiknya tidak dilewatkan, karena ini adalah bagian mendasar dari perayaan Idul Fitri. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, “Rasulullah biasa mendirikan salat Idul Adha dan Idul Fitri lalu menyampaikan khutbah setelah sholat”. (HR Bukhori). (sumber kasanah republika).

Selain itu ada disebutkan pula, 6 sunnah nabi di Hari Raya Ideul Fitri. Ada sunnah di hari Idul Fitri yang mesti kita kerjakan, dalil dari poin-poin di atas adalah sebagai berikut:

1) Ada riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma sebagai berikut. Dari Nafi’, (ia berkata bahwa) ‘Abdullah bin ‘Umar biasa mandi di hari Idulfitri sebelum ia berangkat pagi-pagi ke tanah lapang. (HR. Malik dalam Al-Muwatho’ 426. Imam Nawawi menyatakan bahwa atsar ini sahih).

2) Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idulfitri dan Iduladha, juga untuk digunakan pada hari Jumat.” (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya, 1765).

3) Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat Id pada hari Idulfitri dan sebelumnya beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Iduladha, beliau tidak makan lebih dahulu kecuali setelah pulang dari shalat Id baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352, hasan).

4) Ketika puasa Ramadan telah sempurna, kita diperintahkan untuk mensyukurinya dengan memperbanyak takbir. Allah Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185).

5) Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Tidak mengapa (boleh-boleh saja) satu sama lain di hari raya Id mengucapkan: Taqobbalallahu minna wa minka.” (Al-Mughni, 2: 250).

6) Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di hari Id (ingin pergi ke tempat shalat), beliau membedakan jalan antara pergi dan pulang”. (HR. Bukhari, no. 986).

Barakallahu Fiikum. Semoga Bermanfaat! Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala Ali Sayyidina Muhammad. “Ya Allah semoga rahmat senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad dan juga kepada Keluarga Nabi Muhammad.”

Semoga hidayah kebaikan dan keberkahan senantiasa tercurah pada kita semua. Mari sebarkan ilmu kebaikan, insya Allah akan menjadi ladang Amal Jariyah buat diri anda dan orang lain. “Barangsiapa yang Menunjuki Kepada Kebaikan Maka Dia akan Mendapatkan Pahala Seperti Pahala Orang yang Mengerjakannya.” (HR Muslim)

 

sumber: WAGroup HIMPUNAN AKTIVIS MASJID (postKamis11/4/2024/hkomar/muhammadro)

Pos terkait