Video pemotor berambut panjang yang disebut Mbak Ida pamer celana dalam (CD) dan viral di media sosial ternyata konten TikTok. Sosok Mbak Ida viral usai pamer CD sambil naik motor di video media sosial, ternyata berjenis kelamin laki-laki di KTP-nya.
semarak.co– Polisi sudah ketemu dengan sosok pemotor yang viral disebut Mbak Ida ini, apa hasilnya? Di beberapa akun menyebut orang berambut panjang itu bernama Mbak Ida.
Misalnya pada akun Instagram @polsekmagelangselatan mengunggah video tersebut, Selasa (15/9/2020) dengan keterangan Ayo Mba Ida, diklarifikasi video viralmu biar warganet tidak salah paham dan tidak ada yang mengikuti jejakmu yang mbebayani (membahayakan).
Seperti diketahui, video berdurasi 19 detik Mbak Ida pamer CD sambil motoran memang menampakkan pemotor dari belakang. Rambutnya panjang dan memakai helm, berkaus lengan panjang warna terang atau putih dengan bawahan mini warna hitam.
Kasat Reskrim Polres Magelang Kota AKP Dewa Gede Ditya Krisnanda mengungkap pria berinisial S itu memang akrab dipanggil Mbak Ida. Selain meminta klarifikasi terhadap Mbak Ida, polisi juga meminta klarifikasi ke perekam video tersebut.
“Ya Mbak Ida, laki-laki sesuai KTP-nya. Yang merekam video saudara R, laki-laki juga,” kata Dewa melalui pesan singkat kepada wartawan, Kamis (17/9/2020).
Mbak Ida dan temannya R, sudah dimintai klarifikasi hari ini. Salah satu pengakuannya video itu dibuat untuk konten TikTok. “Jadi saat ini, kita sedang melakukan penyelidikan untuk menetapkan apa ini peristiwa pidana atau tidak,” jelas Kapolres Magelang Kota AKBP Nugroho Ari Setyawan hari ini, Kamis (17/9/2020).
“Jadi saat ini, kita sedang melakukan penyelidikan untuk menetapkan apa ini peristiwa pidana atau tidak. Yang kedua, kita juga mencari pelakunya, identitas dan sebagainya. Kemudian kita melakukan klarifikasi kepada pihak-pihak yang diduga mengetahui atau berkaitan dengan peristiwa tersebut,” kata Kapolres Magelang Kota AKBP Nugroho Ari Setyawan kepada wartawan, Kamis (17/9/2020).
Nugroho menyebut ada dua orang yang dimintai klarifikasi yakni pengendara motor matik berinisial S (32) dan R yang merekam video tersebut. Nugroho masih menyelidiki apakah kasus video pamer celana dalam sambil motoran ini bisa dipidana.
“Klarifikasi dua-duanya iya, kan diduga yang naik sama itu merekam. Kalau pidana harus pembuktian ya, masih klarifikasi terhadap orang yang diduga berkaitan dengan peristiwa tersebut,” tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, video pamer celana dalam sambil motoran itu berdurasi 19 detik. Salah satunya diunggah akun @lambe_turah itu menampakkan seorang berambut panjang mengendarai motor matik AA 3889 JA, pelat nomor untuk kendaraan bermotor di Kota Magelang. Sembari mengendara motor, pengendara motor wanita itu tampak mengangkat bawahannya hingga tampak celana dalamnya.
Akun Instagram @polsekmagelangselatan mengunggah video tersebut, Selasa (15/9/2020). “Ayo Mba Ida, diklarifikasi video viralmu biar warganet tidak salah paham dan tidak ada yang mengikuti jejakmu yang mbebayani’, tulis caption @polsekmagelangselatan. Belum jelas, dari mana nama ‘Ida’ itu disebut oleh polisi.
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad menyebut hal ini merupakan dampak dari tren viral. “Ini kan dampak ya, kalau kita pikir positif tidak bisa menyalahkan tren yang muncul seperti itu, karena dunia sosmed, dunia yang kompetitif sekaligus anarkis juga,” kata Nyarwi Ahmad saat dihubungi wartawan, Kamis (17/9/2020).
Anarkis, kata dia, artinya viralitas itu menjadi tren, apapun yang bernuansa viral seperti standar sesuatu untuk populer. Jadi problemnya viralitas menjadi tren, jumlah followers viewers bisa dimonetisasi untuk influencer dan mereka berlomba-lomba jadi populer untuk itu.
Ahmad menilai fenomena itu muncul karena dampak dari media sosial itu sendiri. Di mana konten dinilai dari banyaknya jumlah followers maupun viewers. “Ini juga dampak dari sosmed, karena seringkali dilihat dari jumlah followers atau viewer. Nah seringkali orang tidak lihat impact itu pada kualitas, artinya seperti apa YouTuber itu misalnya diapresiasi karena kualitas kontennya,” ujarnya.
Ditambahkan Nyarwi, “Saat ini hanya dilihat dari, misal dari aritmatika sosmed hanya menilai dari followers viewers dan bukan dari isi (konten). Jadi akhirnya orang berlomba-lomba untuk jadi pusat perhatian untuk dapat follower atau viewer, akibatnya berlomba viralitas tanpa melihat kualitas konten.”
Terlebih tidak ada etika yang menjadi pembatas di media sosial. Menurutnya penting bagi tiap platform media sosial untuk menyediakan pengawas atau semacam gate keeper yang menyaring materi konten. (net/smr)
sumber: detik.com di WA Group Jurnalis Kemenag