Tak lama dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang diajukan pasangan calon (paslon) Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, pesan berantai menolak upaya rekonsiliasi Prabowo dengan calon presiden (capres) Joko Widodo terus tiada berhenti.
Misalnya, pesan berantai yang menyebut, “Semua stasiun TV senantiasa menayangkan cuplikan-cuplikan kemesraan antara Jokowi dan Prabowo. Padahal itu momentum lama. Ini sebagai trik dan menipu rakyat yang tidak banyak meng-update informasi bahwa seolah-hal itu adalah hal yang update.
“Hal ini sangat merugikan pihak Prabowo Sandi. Karena itu saya berharap supaya team Prabowo Sandi melayangkan somasi keberatan atas penayangan2 beberapa cuplikan damai rukun dan mesra antara Jokowi dan Prabowo, supaya segera dihentikan.
Semoga tulisan ini sampai kepada Bapak (Presiden Rakyat Indonesia) Prabowo.
Adapun komentar dari pemilik whatsapp (WA) senada disampaikan berupa undangan yang diberi judul: Gerakan Emak-Emak Mengimbau dan Berdoa untuk Prabowo Sandi.
“Kepada Seluruh Emak-Emak DI SELURUH INDONESIA”
Tulis anggota WA Group yang dilansir, Sabtu (6/7/2019).
“Kita dengar Santer (keras terdengar) Pak Prabowo Serta Sejumlah Parpol Koalisi Indonesia Adil Makmur dirayu dan dikondisikan untuk mau rekonsiliasi. Alasannya untuk Persatuan Bangsa dan sikap Kenegarawanan.”
Tulisnya sambil melanjutkan,”
“Para Orang disekeliling Pak Prabowo yang pada mau jabatan dan keuntungan akan terus saja membujuk bujuk Pak Prabowo dan partainya untuk mau berjabat tangan (Nanti langsung difoto dan disiarkan berjuta juta kali di TV mainstream) dengan Yang Dimenangkan oleh Pengadilan.”
“Hati Kita para Emak yang hujan panas di perjuangan ini terusik. Enggak bener kalau begini. Kita Yang Selama Ini Berjuang Melawan Segala Bentuk Kecurangan, rela ikhlas siang malam, harus menerima pesta bagi bagi kursi para partai yang banyak pindah perahu.”
“Kita Emak Emak tidak rela Dunia Akhirat!”
“Yang jelas, yang utama, Demi Allah , Kita tidak rela perjuangan ini dianggap angin lewat saja. Siapa yang membuat jadi tidak damai. Bukan kita!”
“Jangan menuduh kami tidak cinta damai hanya karena kami menolak Rekonsiliasi.”
“Nggak bisa begitu.”
“Emak-Emak tidak terima se-Indonesia kompak semua MENOLAK REKONSILIASI.
“Walau namanya diganti dengan istilah “Silaturahmi “yang intinya Sama Saja. Mau membohongi Rakyat lagi.”
“Maka Ini himbauan untuk Emak Se Indonesia, suarakan Isi Hati Kita yang Tidak Setuju Pak Prabowo dan Pak Sandi yang kita cintai setengah mati selama ini, sampai dikhianati berkali kali oleh orang orang sekitarnya sendiri.”
“Amit amit.”
“Makanya kita buat gerakan. Buka puasa bersama secara Nasional. BUKBERNAS.”
“Kita Berkumpul setiap Senin-Kamis sambil buka Puasa di mana saja, pakai:
- Masker diberi tanda Silang Merah dipakai.
- Bawa poster atau spanduk terserah
- Bagi bagi makanan buka puasa di jalan jalan dan ajak semua orang untuk menggedor pintu langit dengan puasa SENIN KAMIS SUPAYA PAK PRABOWO KUAT DAN TIDAK TERBUJUK UNTUK REKONSIILIASI waluau cuma ketemu, SALAMAN (Nanti difoto disiar siarkan mempengaruhi OPINI PUBLIK) seolah olah kita semua setuju.”
Intinya EMAK EMAK SE INDONESIA seratus juta kali (100.000.000 x) TIDAK RELA PRABOWO SANDI REKONSILIASI.
Itu saja.
Biaya buka puasa ditanggung masing masing seperti biasa Urunan. Pahalanya surga! Insya Allah ijabah doa orang berjuang di jalan Allah.
Salam Perjuangan
Wassalamu’alaikum
RELAWAN EMAK-EMAK OPOSISI NON PARTAI .
Tidak ada korlap korlapan.
Semua emak peduli kebenaran adalah Korlap.
Sekian.
Di share ke seluruh Indonesia dan kalau perlu ke temen temen kita Emak-Emak di Luar negeri sekalian.
Yang diluar negeri juga pada kirim surat gelisah pada takut pak Prabowo dan pak Sandi dikhianati lagi. Jangan sampai ada Pemimpin yang dicintai berkhianat pada Rakyat.
Merdeka!!!
Pesan berantai berikutnya melansir berita dari media online tanpa ditambahin komentar. Judulnya: Pengurus MUI: Memberi Selamat Pada Kecurangan Itu Dilarang Allah.
Jika diyakini Pemilu 2019 curang, maka hak siapapun, termasuk Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno tidak memberi ucapan selamat kepada presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo-Maruf Amin.
“Allah melarang ucapkan selamat pada kecurangan. Apalagi membantu mendukung koalisi dengan kecurangan karena kecurangan itu dosa, munkar, menjadi sumber perpecahan dan permusuhan,” kata pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Anton Tabah Digdoyo di Jakarta, Jumat (5/7/2019).
“Baca Al Quran V/2 dan XI/113. Al Quran lengkap bahas hal ini,” imbuh Anton.
Menurut Anton, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri di media mengakui Pemilu 2019 banyak terjadi kecurangan. Sehingga mengherankan pernyataan majelis hakim MK dalam pembacaan naskah putusan bahwa kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) seperti didalilkan Tim Hukum Prabowo-Sandi adalah ranah lembaga lain, yakni Bawaslu.
MK menegaskan, hanya bisa mengadili kecurangan angka-angka. “Lah curang itu dari angka-angka. Kita sepakat dengan Prof Rocky Gerung harusnya MK teliti alat bukti dengan cermat bukan langsung buat kesimpulan,” ujarnya.
Kembali masalah ucapan selamat pada sesuatu yang terindikasi curang. Anton mengingatkan, jangankan curang, di dalam ajaran Islam itu diatur tidak boleh sembarangan memberi salam.
“Islam memang sangat detail maka ilmuwan-ilmuwan Barat akui Islam bukan sekadar agama terakhir tapi juga peradaban baru yang komplit,” pungkas mantan petinggi Polri ini,” imbuhnya.
Sebelumnya pesan berantai berupa video statement anggota Tim Kuasa Hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Sandi, Teuku Nasrullah yang dilansir dari hasil wawancara dengan wartawan ibu kota.
“Mahkamah itu sudah membuat pagar-pagar atau ranjau ranjau yang akan menjaring seluruh dalil kami. Ranjau pertama mengatakan, ini bukan kewenangan MK, tapi kewenangan Bawaslu,” sindir Nasrullah di video itu.
Kalau ranjau itu tidak kena, lanjut Nasrullah, maka digunakan jaring berikutnya bahwa tidak ada korelasi dengan hasil perolehan suara. “Atau nanti dipakai lagi ranjaunya dalil yang kami sampaikan, tidak bisa dibuktikan dengan video-video yang kami tampil saat sidang PHPU di MK,” kecamnya.
Padahal murni video yang beredar di masyarakat selama ini. “Memang dalam video itu tidak terlihat dimana tempatnya, siapa pelakunya, kapan, tapi dalam video itu sebenarnya kami akan menghadirkan ratusan saksi-saksi untuk menunjukkan bukti-bukti,” paparnya.
Masalahnya, keluh Nasrullah, hanya dibatasi 15 saksi. “Bagaimana kami bisa membuktikan. Jadi kami masuk dalam perangkap hukum acara yang tidak memungkinkan pemohon dapat mendalilkan bukti-bukti yang didalilkan,” sindirnya.
Rubah hukum acara atau tidak ada aja sengketa pilpres di MK saja. “Karena kalau begini modelnya, pemohon selamanya tidak akan bisa membuktikan dalilnya,” tulis pesan berantai yang dikirim (diterus) Dr M Zainuddin, Sabtu (29/6/2019).
Adapun pesan berantai berjudul: Harus Diakui, Dialah Pria Terkuat dan Terhebat di abad Ini
“Betapa tidak.!”
Mengalahkannya haruslah dengan kecurangan ditambah dengan seluruh kekuatan dan sumber daya di petahana, partai, polisi, tentara, Jaksa, intelejen, lembaga survey, pers, PNS, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Lurah, pak RW pak RT, Linmas, Petugas pemilu, KPU, BAWASLU, GAKUMDU, Presiden bersama Menterinya dan yang terakhir adalah Hakim MK….”
“Masih mau bilang tidak.!?”
“Diberondol dan di massa dan akhirnya dikalahkan. Dia takluk tapi tidak tumbang Takluk, tapi tidak tumbang.”
“Kami bangga memilihmu dan berada dibarisanmu. Teruslah berjoeang dan berbakti Bapak Prabowo-Sandi demi anak cucu, bangsa dan negara kita.”
“Kami selalu bersamamu”
“Prabowo Sandi”
sumber: FILOSOFI KADAL (JUJUR) Senin (8/7/2019)/politik.rmol.id dan Juniati YS, Sabtu (6/7/2019). Garuda Perkasa Nasional, (6/7/2019)/KAHMI Cilosari 17, Minggu (7/7/2019).