KemenKopUKM Ground Breaking 2 Pabrik Minyak Makan Merah Dorong Kesejahteraan Petani Sawit Kalbar

Deputi Bidang Perkoperasian KemenKopUKM Ahmad Zabadi (baju putih) bersiap memotong bali sebagai ritual gunting pita menandai dimulainya Pembangunan pabrik minyak makan merah di Kabupate4n Sanggau dan Sekadau Kalbar. Foto: humas KemenKopUKM

Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) kembali melakukan ground breaking (peletakan batu pertama) pembangunan pabrik minyak makan merah di Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat (Kalbar) untuk mendorong peningkatan kesejahteraan petani sawit.

semarak.co-Deputi Bidang Perkoperasian KemenKopUKM Ahmad Zabadi mengatakan, dengan begitu sudah ada lima pabrik minyak makan merah yang sedang dibangun dan dikembangkan oleh koperasi dengan difasilitasi oleh KemenKopUKM.

Bacaan Lainnya

Dikatakan Zabadi bahwa pabrik minyak makan merah di Kabupaten Sanggau nantinya akan dikelola dan dikembangkan oleh koperasi produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) dan berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektare.

Kemudian Zabadi mengingatkan bahwa pabrik minyak makan merah di Kabupaten Sekadau akan dikelola dan dikembangkan oleh koperasi Aliansi Petani Kelapa Sawit (APKS) Keling Kumang.

Replikasi pembangunan pabrik minyak makan merah merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo saat meluncurkan pabrik minyak makan merah pertama di Kabupaten Deli Serdang pada 14 Maret 2024.

“Kedua Pabrik Minyak Makan Merah di Kalbar ini juga menjadi bagian dari hilirisasi komoditas sawit untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawit rakyat,” tutur Zabadi sambutan prosesi ground breaking pabrik minyak makan merah di Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau, Jumat (4/10/2024).

Ini bisa memberikan kepastian harga pada petani dengan TBS (Tandan Buah Segar) yang dibeli dan dikelola koperasi. Di sisi lain para petani juga akan memperoleh manfaat dari proses hilirisasi CPO menjadi produk turunan seperti bahan baku sabun, kosmetik,

Hingga pakan ternak, sambung Zabadi, model bisnis ini akan meningkatkan kesejahteraan para petani (sawit). Konsep pengembangan pabrik minyak makan merah terintegrasi berbasis koperasi ini semakin gencar dilakukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul di kalangan Masyarakat.

Selain dari sisi kesejahteraan petani sawit yang masih memprihatinkan. Isu lain yang ingin diselesaikan dari proyek ini adalah tingginya impor vitamin A dan E sementara komoditas sawit yang banyak mengandung vitamin tersebut justru belum dioptimalkan.

Di sisi lain Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia justru dihadapkan tingginya harga minyak goreng. Anomali-anomali tersebut dapat dihilangkan melalui program hilirisasi pembangunan pabrik minyak makan merah terintegrasi berbasis koperasi.

“Produksi CPO kita 54 juta ton, sedangkan kebutuhan dalam negeri kurang lebih 20 juta, artinya masih ada surplus,” tutur Zabadi dirilis humas usai acara melalui pesan elektronik redaksi semarak.co, Jumat malam (4/10/2024).

“Ironisnya kebutuhan dalam negeri tidak diperhatikan karena mayoritas diekspor sehingga hal ini memicu kenaikan harga minyak goreng. Sudah mahal minyak goreng, sempat langka, dan sulit ditemukan,” demikian Zabadi menambahkan.

Ia juga menekankan, pabrik minyak makan merah ini hanya bisa dibangun dan dikelola oleh koperasi, sementara swasta atau korporasi dilarang membangun pabrik yang sama. Ketentuan ini tertuang di dalam Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (PerMenKopUKM) Nomor 5 Tahun 2023 tentang Tata Kelola Minyak Makan Merah Berbasis Koperasi.

“Ini bukan bentuk monopoli usaha karena ini dikelola oleh koperasi yang merupakan representasi dari ekonomi rakyat, bahkan ada aturan lain yang menyebutkan adanya hak eksklusivitas itu dimiliki oleh seluruh anggota koperasi,” kata Zabadi.

Dikatakan Zabadi lagi, pembangunan pabrik minyak makan merah di Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau diharapkan dapat memenuhi kebutuhan minyak, khususnya yang tinggal di sekitar pabrik.

“Untuk kebutuhan pembiayaan jika diperlukan dari kami ada LPDB KUMKM yang siap mendukung, tetapi dengan aset koperasi yang sudah sangat besar ini saya kira cukup untuk memiliki kemampuan mengundang lembaga keuangan,” kata Zabadi.

Di tempat sama, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Kalimantan Barat Ignasius IK mengapresiasi upaya dari KemenKopUKM yang memilih Provinsi Kalimantan Barat sebagai bagian dari pelaksanaan proyek pembangunan pabrik minyak makan merah berbasis koperasi.

Menurutnya pabrik tersebut menjadi tonggak sejarah baru dalam upaya mengangkat kesejahteraan masyarakat, terutama dari para petani sawit. “Ini menjadi momen penting yang menandai langkah awal dalam menggali potensi sumber daya alam khususnya sawit yang melimpah. Semoga upaya ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Barat,” kata Ignasius.

Dia juga berharap nantinya setelah pabrik minyak makan merah tersebut beroperasi akan mendorong peningkatan kontribusi koperasi di sektor riil terhadap pembangunan perekonomian dan terhadap PDB daerah.

Senada dengan itu, Pj Bupati Sanggau Suherman juga siap menyukseskan pembangunan pabrik minyak makan merah khususnya di Kabupaten Sanggau, dengan melakukan intervensi berupa perbaikan jalan dan infrastruktur lainnya.

Hal tersebut dilakukan untuk memperlancar mobilitas barang, khususnya produk akhir yang dihasilkan koperasi. Ignasius juga membenarkan keberadaan pabrik ini nantinya akan mendongkrak kesejahteraan masyarakat, karena seluruh proses bisnis dari hulu ke hilir akan melibatkan para petani sawit yang merupakan anggota koperasi.

“Tidak bisa dipungkiri keberadaan pabrik ini sangat diharapkan kehadirannya. Maka dengan adanya pabrik ini saya berharap bisa memberi nilai tambah bagi petani sawit yang tergabung dalam koperasi, sehingga memperkuat posisi petani sawit dari rantai pasok,” katanya.

Sementara Ketua Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) Yohanis Cianes Walean mengatakan setelah pabrik pertama selesai dibangun, pihaknya berencana melakukan ekspansi untuk membangun dua pabrik lainnya yang masih di dalam satu klaster.

Hal ini diperlukan untuk memaksimalkan penyerapan hasil produksi CPO dari petani yang mencapai 171 ton per hari. “Untuk pabrik pertama ini kita masih piloting sehingga masih harus matang secara DED (detail engenering design) dan harus berhati-hati, nanti untuk pabrik kedua dan ketiga tinggal copy paste atau saat pabrik pertama selesai dibangun,” kata Yohanis. (smr)

Pos terkait