Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM siap menggandeng lembaga dan universitas global di Belanda dalam mendukung pengembangan start-up, khususnya di sektor pertanian di Indonesia dengan fokus utama mentransformasi sistem pertanian pangan memanfaatkan teknologi termutakhir.
semarak.co-Menteri Koperasi (Menkop) dan UKM Teten Masduki menekankan, transformasi digital di sektor pertanian menjadi pekerjaan rumah sekaligus peluang yang dapat dimanfaatkan start-up pertanian.
“Kami siap melakukan kerja sama dengan universitas dan lembaga inkubator yang ada di Belanda seperti Universitas Wageningen, Universitas Uthrect dan Lembaga Inkubator DotSlash Utrecht,” terang Menkop Teten dirilis humas melalui pesan elektronik redaksi semarak.co, Rabu (24/1/2024).
Sebagai contoh Universitas Wageningen, terang Menkop Teten, merupakan yang terbaik di Dunia dan satu-satunya universitas di Belanda yang fokus pada tema Healthy Food dan Living Environment.
Wageningen University and Research di Belanda menjadi salah satu pihak yang sedang terus dijajaki untuk dapat bekerja sama, melalui Startlife Agrifoodtech Accelerator yang telah memiliki lebih dari 400 Portofolio Start-up, dengan jumlah mentor lebih dari 50 orang, dan lebih dari 40 Global Partnership Network.
Sedangkan untuk Universitas Utrecht, sebagai salah satu universitas tertua di Belanda yang memiliki lembaga inkubator kewirausahaan UtrechtCE (Utrecht University Centre for Entrepreneurship) dan Lembaga Inkubator kewirausahaan DotSlash Utrecht.
Diharapkan mampu berbagi pengalaman dalam membantu menciptakan usaha jangka panjang yang berdampak dan mempercepat transisi global menuju masyarakat yang berkelanjutan dan adil melalui kewirausahaan serta program akselerasi untuk start-up.
Pertanian merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada 2022, kontribusi pertanian terhadap PDB mencapai 12,4 persen. Ini menjadikannya sektor terbesar ketiga yang berkontribusi terhadap PDB.
“Maka, transformasi digital di sektor pertanian menjadi pekerjaan rumah sekaligus peluang yang dapat dimanfaatkan start-up pertanian. Dalam Agritech Report 2020 yang disusun Crowde dan DS Innovate terungkap, hingga 2019, baru 4,5 juta petani memanfaatkan internet,” imbuhnya.
Jumlahnya setara 13,44 persen dari total petani di Indonesia. E-grocery menjadi salah satu segmen teknologi pertanian (agritech) yang paling bergairah. Ukuran pasar (market size) online grocery di Indonesia diperkirakan tumbuh hingga 6 miliar dolar Amerika Serikat (AS) setara Rp91,56 triliun pada 2025.
Angka itu menjadikan pasar e-grocery Indonesia sebagai salah satu dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Menkop Teten mengungkapkan, dalam enam bulan pertama 2023, beberapa perusahaan di industri ini menutup layanannya, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), hingga ada yang berhenti beroperasi.
Beberapa di antaranya Tumbasin, yang tutup dan berhenti beroperasi sejak 2 Mei 2023. Lalu Sayurbox, menutup permanen 2 mini hub atau cabang gudang di kawasan Cibubur dan Karawaci per Januari 2023. Sayurbox melakukan PHK terhadap sejumlah karyawannya pada pertengahan April 2023.
Sementara itu, berdasarkan data Tech in Asia, pendanaan yang mengalir ke start-up agritech terus meningkat sejak 2018 baik dari jumlah maupun nilai kesepakatan. Nilai pendanaan pada 2022 menembus 376,75 juta dolar AS (Rp 5,7 triliun).
Jumlah pendanaan start-up pertanian pada 2022 meningkat dua kali lipat secara tahunan menjadi 27 pendanaan. Faktor pendorongnya antara lain pendanaan Seri C yang diraih eFishery dan Sayurbox senilai total 210 juta dolar AS (Rp3,2 triliun).
Serta pendanaan Seri A AgriAku sejumlah 35 juta dolar AS (Rp534 miliar). “Bila dilihat dari tahapan pendanaannya, pada 2022 terjadi peningkatan pemberian modal tahap awal (pre-seed dan seed) hingga sekitar dua kali lipat secara tahunan,” katanya.
Sejak Januari hingga Juli 2023, pendanaan yang dihimpun start-up pertanian mencapai 287,95 juta dolar AS (Rp4,3 triliun). EFishery menjadi kontributor terbesar dengan total dana terkumpul 270,8 juta dolar AS (Rp4,1 triliun) dari putaran pendanaan seri D.
EdenFarm juga menghimpun modal cukup besar senilai 13,5 juta dolar AS (Rp205,6 miliar) dalam putaran pendanaan pra-seri B. Menkop Teten mengatakan, e-commerce menjadi model bisnis yang memiliki jumlah pemain paling banyak.
Kebanyakan start-up pertanian langsung menyentuh konsumen akhir (B2C), sebagian lainnya fokus menyasar pelaku usaha (B2B). Pengembangan teknologi juga memiliki banyak pemain yang menawarkan produk IoT, kecerdasan buatan (AI), machine learning.
Dan berbagai perangkat lunak untuk pertanian, perkebunan, serta peternakan. “Kami juga melihat pertumbuhan pemain baru pada bisnis ini. Salah satu perusahaan yang mulai mendapatkan pendanaan tahap awal adalah Eratani,” ujarnya.
Ada juga Crustea, yang mulai beroperasi pada awal 2023 dan meramaikan sektor akuakultur. Start-up ini antara lain menyediakan eco-aerator (alat untuk menyuplai oksigen) kepada para pengusaha budi daya perairan, hingga sistem pemantauan proses budi daya.
“Tak hanya kalangan start-up, bagian dari korporasi seperti Agree juga meramaikan ranah agritech. Agree menawarkan solusi end-to-end untuk membantu para petani dan mitranya mengelola lahan hingga memasarkan hasil tani,” katanya. (smr)