Menteri Koperasi (Menkop) dan UKM Teten Masduki menyatakan, kementerian yang dipimpinnya siap berkolaborasi dengan para seniman, pelaku wisata, dan UMKM di kawasan wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
semarak.co-Termasuk bersinergi dengan Sound of Borobudur (SoB) yang merupakan intelectual property (IP) strategis dalam membangun kebanggaan, pemberdayaan bagi budaya, dan para pelaku usaha berbasis budaya.
“Kami siap berkolaborasi untuk mengembangkan model seperti ini,” kata Teten dalam rilisnya usai jadi Keynote Speaker acara Seminar dan Lokakarya tema Borobudur Pusat Musik Dunia pada Bussiness Session diselenggarakan Padma Sada Svargantara, Omah Mbudur, Kec. Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis malam (8/4/2021).
Menkop dan UKM bahkan punya gagasan untuk mementaskan SoB pada acara Konferensi Tingkat Tinggi G20 (KTT G20) Tahun 2022 saat Indonesia menjadi tuan rumah. “Kalau ini ditampilkan akan sangat luar biasa,” ujar Teten seperti dikutip bisnistoday.co.id, Jumat (9/4/2021).
SoB merupakan sebuah IP potensial yang bisa menjadi simpul agregator UMKM di Borobudur. Teten mengusulkan agar SoB juga dapat mewujudkan format kelembagaan koperasi.
Secara ekosistem, lanjut Teten, kelembagaan SoB dapat berperan sebagai pendampingan langsung ke masyarakat, mengkonsolidasikan aspek pembiayaan bagi pelaku usaha yang terlibat, dan rumah produksi bersama atau factory sharing.
Selain itu, SoB juga menjadi akses rantai pasok serta pasar produk artisan, akses pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui LKPP dan BUMN melalui Padi UMKM serta memoderasi seluruh mitra agregator dan pendamping UMKM.
Pada kesempatan itu, Teten mengajak stakeholder terkait, seperti Bank Indonesia (BI) untuk menjadi pembina atau pendamping agar proses perjalanan dapat berkelanjutan dan dapat bermitra dengan industri besar.
Musisi Purwatjaraka menyatakan bahwa SoB merupakan gerakan untuk membunyikan relief dan membuktikan bahwa Indonesia sudah punya peradaban yang tinggi sejak abad ke-7.
Purwatjaraka bersama Trie Utami, Dewa Budjana, Bintang Indrianto, Rully Fabrian, dan timnya telah meneliti relief yang terpahat di Candi Borobudur dan membuat replika alat musik. Mulai dari membuat komposisi, aransemen, dan membunyikan relief itu dalam metode modern.
Hal yang menarik pada SoB adalah hadirnya replika alat musik dawai yang sama dengan gambaran dawai di relief Karmawibhangga Candi Borobudur. Replika alat musik dawai ini telah berhasil dibentuk dan dibunyikan oleh para pembakti budaya.
Sebagaimana diketahui, sejak tahun 824 Masehi saat peresmian Candi Borobudur, pada bagian panel relief Karmawibhangga ternyata tergambar dengan jelas beberapa orang memainkan alat musik yang sangat khas. (net/smr)