Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenkraf) dan ruangrupa, kolektif seni yang sukses mengkurasi documenta fifteen di Jerman, menjajaki kolaborasi strategis untuk mengembangkan ekosistem seni rupa Indonesia.
Semarak.co – Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf) Irene Umar menerima audiensi ruangrupa menyatakan, rencana kolaborasi ini bertujuan menciptakan serangkaian event seni bertaraf internasional yang dapat mendongkrak ekonomi kreatif dan menarik wisatawan asing.
“Ke-17 subsektor ekonomi kreatif memiliki ekosistem masing-masing. Seni rupa, selain dari karya seninya itu sendiri, juga memiliki ekosistem yang terdiri dari berbagai pelaku industri,” ujar Irene, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Kemenekraf Siaran Pers, Jumat (26/9/2025).
Ruangrupa adalah organisasi seni rupa berbasis di Jakarta sejak 2000 yang dikenal dengan pendekatan kolaboratif lintas disiplin, seperti dengan festival musik Synchronize Fest 2025 serta perusahaan rekaman musik Demajors.
Dalam festival tersebut, ruangrupa bersama Demajors akan menghadirkan aktivasi seni rupa yang menampilkan 25 tahun perjalanannya. Mereka aktif menjadi kurator festival di berbagai ajang seni global, termasuk Gwangju Biennale (Korea Selatan), Istanbul Biennale (Turki), Singapore Biennale, dan Asia Pacific Triennale (Australia).
Kiprah ruangrupa juga terlihat lewat Festival OK Video sejak 2003 serta pencapaian internasional di eksibisi “lumbung” (documenta fifteen) Jerman tahun 2022 yang melibatkan 1.500 seniman dan menarik lebih dari 750.000 pengunjung.
Irene menyebut, berbagai perhelatan seni internasional yang diadakan ruangrupa bisa direplikasi di dalam negeri dengan berkolaborasi dengan ajang seni nasional lainnya. Menurutnya, atensi yang sudah diperoleh ruangrupa di mancanegara dapat menjadi modal untuk menarik pengunjung internasional datang ke Indonesia.
“Pelan-pelan kita bisa membangun satu statement bahwa Indonesia adalah sumber inspirasi bagi para seniman dunia. Karena titik-titik akupuntur, atau nadi dari seni dunia, sebenarnya ada di berbagai daerah di Indonesia,” jelasnya.
Tim ruangrupa, Farid Aditama Rakun, menyoroti pentingnya menjadikan seni sebagai karya yang membumi dan dekat dengan masyarakat, sekaligus membuka peluang ekonomi kreatif. Dia percaya seni seharusnya tidak hanya dikonsumsi oleh penonton galeri, tapi harus bisa hidup di tengah masyarakat itu sendiri.
“Maka dari itu, karya-karya kami tidak hanya berupa showcase, tapi juga lewat produk kreatif seperti kaos, tas, dan lainnya. Kami buka pasarnya, agar bisa dinikmati oleh masyarakat, bukan hanya kolektor seni,” jelas Farid.
Farid juga menyampaikan harapannya agar tercipta kolaborasi yang berkelanjutan antara pelaku industri seni dengan pemerintah. Baginya, sinergi bersama Kementerian Ekraf akan mendorong ekosistem seni rupa yang lebih terstruktur dan kontinu.
“Ekosistem seni rupa perlu terus berkembang melalui hubungan berkelanjutan antara pelaku di lapangan dan pembuat kebijakan, tidak hanya untuk suatu acara, tapi berlanjut ke berbagai format lainnya,” sambungnya.
Karena itu, dia berharap kolaborasi dengan Kementerian Ekraf dapat berjalan lebih struktural dan berkesinambungan, sehingga terbangun pemahaman bersama dalam mengembangkan pasar dan ekonomi seni. (hms/smr)