PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) terus fokus pada pengembangan bisnis perusahaan anak untuk meningkatkan kinerjanya. Beberapa strategi pengembangan perusahaan anak yanb akan dilakukan. Di antaranya melakukan akuisisi perusahaan ventura dan sekuritas, serta untuk tahun 2018 mendatang, BRI Syariah dan BRI Agro ditargetkan naik kelas menjadi Bank BUKU III.
Direktur Utama Bank BRI, Suprajarto menegaskan, selain itu, tahun ini juga, BRI akan menyuntikkan modal untuk mendukung pengembangan usaha BRI Life. BRI tertarik untuk mengakuisisi perusahaan ventura. Dalam waktu dekat, BRI juga sudah menyiapkan beberapa rencana aksi korporasi. Diantaranya, melakukan penerbitan obligasi penawaran umum berkelanjutan (PUB) II tahap III Tahun 2017, dengan potensi Rp 3 – 5 triliun, membuka Unit Kerja Luar Negeri di sejumlah Negara ASEAN, seperti Thailand dan Vietnam, serta akan mengubah unit kerja BRI di Hong Kong bisa naik kelas menjadi full branch.
“Kami berharap masa due diligence dapat segera rampung, dan proses akuisisi bisa dituntaskan tahun ini juga. Mengingat, hingga saat ini, BRI belum memiliki anak usaha yang bergerak di bidang perusahaan ventura dan sekuritas,” ujar Suprajarto dalam rilisnya, Sabtu (8/7).
Meski demikian, Suprajarto mengklaim, pihaknya masih perlu melakukan kajian mendalam untuk melakukan pembukaan kantor perwakilan di luar negeri. Apalagi, untuk membuka bisnis di luar negeri membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
Terkait rencana jangka panjang, BRI menargetkan bisa meraih posisi sebagai The Most Valuable Bank in South East Asia pada tahun 2022. Visi ini dapat dicapai, dengan memperkuat core business BRI, salah satunya melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sebagai bank yang fokus pada pemberdayaan UMKM di Indonesia, BRI menargetkan, sebanyak 80 persen portofolio penyaluran kredit BRI di tahun 2022 akan disalurkan kepada UMKM, dimana 40 persen dari total penyaluaran kredit BRI, akan disalurkan ke segmen mikro.
BRI juga akan tetap berkomitmen menyalurkan KUR, terutama kepada sektor produktif. “Jika ditotal dari sejak pertama kali KUR skema baru diluncurkan pada Agustus 2015, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp120 triliun kepada lebih dari 6,7 juta debitur baru,” kata Suprajarto.
Apabila dihitung sejak awal tahun 2017 hingga akhir Juni 2017, BRI berhasil menyalurkan KUR sebesar Rp 34,5 triliun kepada lebih dari 1,8 juta debitur, dimana komposisi penyaluran KUR Mikro kepada sektor produktif hingga akhir Juni 2017, telah mencapai 40,1 persen.
Suprajarto bersyukur, kinerja BRI positif di atas rata-rata industri perbankan. Sebagai gambaran, hingga akhir April 2017, secara industri penyaluran kredit tumbuh 9,5 persen yoy, sedangkan BRI mampu tumbuh 17,3 persen dengan NPL industri 3 persen dan NPL BRI berada dibawahnya sebesar 2,1 persen. Untuk penghimpunan DPK, BRI mampu tumbuh 11,5 persen yoy atau lebih tinggidibandingkan dengan industri sebesar 9,8%. (lin)