Kebencian PKI Terhadap Pesantren, Sekelumit Kisah Menegangkan dari Gontor

salah satu adegan film G 30 S PKI yang mengisahkan kekejaman PKI membantai para jenderal tahun 65

Oleh Oky Rachmatullah *

semarak.co– Saya masih menyimpan cerita itu dari ayah dan bude saya. Hari itu Gontor tegang. Semua santri diliburkan. Para guru bersiaga, sedang para santri banyak yang terdiam, tidak tahu apa yang harus dilakukan…

Bacaan Lainnya

Kabar yang mendebarkan itu akhirnya sampai juga. Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah mencapai Jabung (barat Gontor). Tinggal menunggu jam saja maka mereka akan tiba di Gontor. KH Imam Zarkasyi dan KH Ahmad Sahal di bantu kakak tertua beliau berdua, KH Rahmat Soekarto tengah berembug, bagaimana menyelamatkan para santri dan Pondok.

Beliau tidak peduli nasib mereka sendiri, yang beliau-beliau pikirkan nasib para santri. Bagaimana agar mereka selamat, diungsikan kemana, bagaimana setelah itu… Terjadilah percakapan di bawah ini (seperti yang diceritakan bude saya):

“Wis Pak Sahal, penjenengan ae sing Buddal ngungsi karo santri. PKI kuwi sing dingerteni kiai Gontor yo panjengan. Aku tak jogo Pondok wae, ora-ora lek dkenali PKI aku iki…

(sudah Pak Sahal, antum saja yang berangkat mengungsi dengan para santri. Yang diketahui kiai Gontor itu ya antum. Biar saya yang menjaga pesantren, tidak akan dikenali saya ini…,” kata KH Imam Zarkasyi.

Kemudian Pak Sahal menjawab :

“Ora..dudu aku sing kudu ngungsi..Tapi kowe Zar, kowe isih enom, ilmumu luwih akeh, bakale pondok iki mbutuhne kowe timbangane aku. Aku wis tuwo, wis tak ladenani PKI kuwi..Ayo pak Zar, njajal awak mendahno lek mati…,”

(tidak, bukan saya yang harus mengungsi, tapi kamu Zar (karena KH Imam Zarkasyi adalah adik kandung beliau). Kamu lebih muda, ilmumu lebih banyak, pesantren ini lebih membutuhkan kamu daripada saya. Saya sudah tua, biar saya hadapi PKI-PKI itu. Ayo pak Zar, mencoba badan, walau sampai mati…,”

Kedua kiai itu berusaha meminta salah satu di antara mereka untuk pergi mengungsi. Sungguh bukan nasib mereka yang dipikirkan, tapi nasib para santri. Akhirnya diputuskanlah bahwa beliau berdua pergi mengungsi dengan para santri.

Penjagaan pesantren di berikan kepada KH Rahmat Soekarto. Lurah desa Gontor sekaligus Imam Jumatan di Gontor sampai beliau wafat. Menuju ke arah timur, ke arah Gua Kusuma (masyarakat lebih mengenalnya dengan Gua Sahal).

Jarak yang harus ditempuh beliau berdua dengan para santri bukan terbilang dekat, dengan kondisi jalan yang jauh dari dibilang bagus saat itu. Tapi semangat beliau berdua memang luar biasa…

Akhirnya PKI betul-betul datang. Mereka berteriak-teriak mencari kiai Gontor…

“Endi kiai-ne?? Endi kiai-ne?? Kon ngadepi PKI kene..asu kabeh…!!”

(mana kiainya, mana kiainya? Suruh menghadapi PKI sini, anjing semua..!!)

Mereka mulai merusak pesantren. Gubuk-gubuk asrama santri yang terbuat dari Bambu dirusak. Kasur-kasur dibakar, buku-buku santri dibakar habis. Peci, baju-baju santri yang tidak terbawa di bawa ke pelataran asrama, diinjak-injak dan dibakar. Termasuk beberapa kitab suci Alquran.

Suasana mencekam, PKI berusaha masuk ke Rumah KH Rahmat Soekarto (Pendopo saat ini sekaligus Rumah TRIMURTI) sambil teriak-teriak tidak jelas… “Endi lurahe?? Gelem melu PKI po ra?? Lek ra gelem dibeleh sisan neng kene..!!” (mana lurahnya? Mau ikut PKI apa tidak? Kalau ndak mau sembelih sekalian di sini).

Tapi kuasa Allah, para PKI itu seakan-akan menjumpai dinding kokoh tak terlihat. Mereka saling dorong untuk masuk pendopo tanpa dinding itu, KH Rahmat Soekarto terdiam dalam dzikirnya, memohon keselamatan Gontor dan para santrinya.

PKI itu semakin beringas, mereka mengcung-acungkan clurit dan cangkul. Tapi tetap tidak bisa menembus barikade pagar gaib yang ada di Pendopo.

Akhirnya laskar Hizbullah dan pasukan Siliwangi datang. Pasukan Pimpinan KH Yusuf Hasyim, itu merangsek dan mengusir PKI dari Gontor. Para PKI itu lari tunggang langgang, karena serbuan itu. Mereka meninggalkan apa yang mereka bawa, dan akhirnya membiarkan Gontor dalam keadan porak poranda….

Sebuah pelajaran berharga…bahwa Partai Komunis Indonesia adalah musuh yang nyata bagi umat Islam. Dia bahaya laten, kita tidak boleh lengah sama sekali dan harus terus mewaspadainya…Belajar dari sejarah…Jangan sampai lupa pada sejarah…!!

*) Penulis adalah alumni Gontor dan asli orang Gontor masih memiliki hubungan kerabat dengan para kiai PM. Darussalam Gontor.

 

sumber: WA Group KGN REBOAN RUTIN

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *