Karya Lukis Hardi Tentang Ibu-Ibu Semen Kaki Bentuk Sindiran Kebijakan Jokowi

Hardi, pelukis kondang memerkan hasil karyanya tentang ibu-ibu kendeng yang menyemen kakinya

Peristiwa sosial dan politik selalu menjadi sumber inspirasi bagi maestero seni lukis Hardi. Banyak sudah direkamnya lewat kanvas. Di antara sosok Ahok dan Persaudaraan Istri Anggota (PIA) DPR periode 2014-2019 yang borong belanja di Tokyo serta banyak peristiwa lainnya.

Bahkan sempat kecewa terhadap kinerja para wakil rakyat, Hardi yang pernah dipenjara pada masa orde baru melampiaskannya dengan melukis di gerbang masuk Gedung DPR dengan meluiks gedung DPR sebagai WC Umum.

Salah satu karyanya yang telah selesai yakni peristiwa para ibu yang melakukan semen kaki yang menolak pabrik semen di Rembang. Judul lukisannya pun tegas, “Ibu ibu Kendeng Berduka”. Dari lukisannya, jelas sekali bahwa perupa pelukis beraliran ekspresionis ini berpihak kepada para ibu-ibu tersebut.

“Saat ini pihak pro pabrik suaranya kuat. Bahkan mereka membentuk pasukan milisi segala. Saya secara batiniah pro ibu Kendeng,” kata Hardi, perupa kelahiran Blitar, Jawa Timur, 26 Mei 1951 ini, Sabtu (1/7).

Pabrik semen akan meratakan gunung sebesar apapun. Juga debu pasir halusnya bisa nginfeksi paru paru. Sayang tak ada penelitian untuk itu. “Lukisanku yang pertama sudah dikoleksi kolektor saya. Yang kedua ini juga akan dikoleksi oleh kolektor yang k ompeten. Saya garap lagi dengan memori dan sketsa natap kejadian langsung ibu-ibu Kendeng,” ujarnya.

Untuk menetap langsung para ibu Kendeng, ia sempat menyaksikan langsung demo mereka didepan istana. “Hormatku padamu ibu-ibu yang tersemen kakimu. Top!” tutupnya.

Lebih jauh Hardi menyinggung soal kebudayaan Indonesia yang diharapkan segera dibangkitankan. Kondisi itu, lantaran, dapat dilihat dari minimnya kepedulian pemerintah sekarang ini terhadap kesenian.

Meski Hardi pendukung Jokowi-JK di Pilpres 2014, tapi tidak bulat-bulat menerima kebijakan pemeriantahannya. Sebaliknya, seniman yang bernama lengkap KP Hardi Danuwijoyo ini juga mengeritik pemerintahan Jokowi-JK yang tidak menyentuh masalah kebudayaan. (gap/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *