Karantina Tetap Diberlakukan, Slovenia Negara Eropa Pertama Umumkan Pandemi Corona Berakhir

Patung kayu Melania Trump di Slovenia yang tidak ada keterangan maksudnya apa. Foto: indopos.co.id

Pemerintah Slovenia menjadi negara pertama di Eropa mengumumkan bahwa pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19 berakhir. Perdana Menteri Janez Jansa mengatakan, keputusan tersebut muncul setelah beberapa pejabat negara Balkan itu mengonfirmasi kurang dari tujuh kasus baru setiap hari selama dua pekan belakangan.

semarak.co -“Slovenia berhasil menjinakkan epidemi selama dua bulan terakhir. Hari ini Slovenia memiliki gambaran epidemiologi terbaik di Eropa,” kata Janez kepada parlemen selama sidang virtual pada Kamis sore (14/5/2020) seperti dilansir laman Anadolu.

Bacaan Lainnya

Institut Nasional Kesehatan Masyarakat memperkirakan bahwa semua indikator menunjukkan bahwa penyebaran virus mereda, dengan total 35 kasus tercatat dalam 14 hari terakhir.

Mereka yang tiba di Slovenia dari negara Uni Eropa lainnya tidak lagi diwajibkan menjalani karantina, kata Jansa. Namun karena masih terdapat risiko penyebaran infeksi, sejumlah pembatasan masih diterapkan.

Slovenia melaporkan kasus perdana COVID-19 pada 4 Maret dan hampir 1.500 kasus hingga 13 Mei 2020. Sebanyak 103 orang meninggal akibat virus corona di Slovenia, negara berpenduduk dua juta orang.

Pemerintah mengatakan warga asing yang mengalami gejala infeksi tidak akan diizinkan masuk ke negara tersebut. Pemerintah juga menetapkan bahwa karantina selama 14 hari masih akan berlaku bagi mereka yang datang dari negara bukan Uni Eropa, dengan sejumlah pengecualian, termasuk diplomat dan para pengangkut kargo.

Setelah muncul di Kota Wuhan, China tengah pada Desember lalu, virus corona telah menjangkit ke sedikitnya 187 negara dan wilayah. Eropa dan Amerika Serikat menjadi wilayah di dunia yang paling parah terdampak.

Pandemi COVID-19 telah menelan lebih dari 285.900 korban jiwa di seluruh dunia, dengan 4,17 juta lebih kasus terkonfirmasi dan 1,45 juta pasien sembuh, menurut data yang dihimpun oleh Johns Hopkins University AS. (net/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *