China menuduh Amerika Serikat (AS) pada Rabu (19/5/2021) mengancam perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan setelah kapal perang AS berlayar lagi melalui jalur air sensitif yang memisahkan Taiwan dari tetangga raksasanya.
semarak.co-Armada ke-7 Angkatan Laut AS mengatakan kapal perusak berpeluru kendali Arleigh Burke USS Curtis Wilber Mereka melakukan transit rutin melintasi Selat Taiwan pada hari Selasa (18/5/2021) sesuai dengan hukum internasional.
“Transit kapal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen Amerika Serikat secara bebas dan terbuka terhadap Samudra Hindia dan Pasifik. Angkatan Darat Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana saja yang diizinkan oleh hukum internasional,” kata pernyataan itu dilansir sindobatam.com/Mei 19, 2021/Rabu
Seorang juru bicara kepemimpinan Teater Timur di China menyatakan oposisi yang kuat dan mengutuk tindakan tersebut, yang dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua kekuatan.
“Tindakan AS mengirimkan sinyal yang salah kepada pasukan kemerdekaan Taiwan, dengan sengaja mengganggu situasi regional dan mengancam perdamaian dan stabilitas di seluruh Selat Taiwan,” katanya,
Dia menambahkan bahwa pasukan China melacak dan memantau kapal tersebut selama perjalanannya. China percaya bahwa pemerintah Taiwan yang terpilih secara demokratis bertekad untuk mendeklarasikan kemerdekaan resmi untuk pulau itu, yang merupakan garis merah bagi Beijing.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan bahwa mereka sudah menjadi negara merdeka bernama Republik Tiongkok, yang nama resminya adalah. Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan kapal AS berlayar ke arah selatan melintasi selat dan seperti biasa.
Angkatan Laut A.S. melakukan operasi semacam itu setiap bulan atau lebih. Amerika Serikat, seperti kebanyakan negara, tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan tetapi merupakan pendukung internasional terpenting dan pemasok utama senjata.
Ketegangan militer antara Taiwan dan Beijing telah meningkat selama setahun terakhir, karena Taipei mengeluh tentang China yang berulang kali mengirim angkatan udaranya ke zona pertahanan udara Taiwan. Beberapa dari aktivitas ini dapat mencakup banyak pesawat tempur dan pembom.
China mengatakan aktivitasnya di sekitar Taiwan ditujukan untuk melindungi kedaulatan China. Pemerintah Taiwan mengecam mereka sebagai upaya intimidasi. Kapal perang AS diketahui kembali melintasi Selat Taiwan setelah cukup lama tidak beraktivitas di sana.
Pihak Angkatan Laut AS mengklaim kunjungan tersebut merupakan bagian dari program rutin. Dilansir dari Reuters yang dilansir kontan.co.id, kapal yang memasuki Selat Taiwan pada hari Selasa (18/5/2021) adalah kapal destroyer dengan rudal kendali kelas Arleigh Burke, USS Curtis Wilbur.
Kapal ini merupakan bagian dari Armada ke-7 Angkatan Laut AS. Dalam pernyataan resminya, Armada ke-7 mengatakan bahwa kunjungan mereka ke Selat Taiwan kali ini merupakan bagian dari transit rutin untuk mengawasi daerah tersebut.
“Transit kapal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Militer Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana saja yang diizinkan oleh hukum internasional,” tulis Armada ke-7 Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan.
Operasi rutin
Angkatan Laut AS memang telah melakukan operasi semacam ini setiap bulannya, dan setiap ini terjadi, China selalu memberikan respon yang keras. Amerika Serikat, meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, selalu menyatakan diri sebagai pendukung setia Taiwan dalam perselisihannya dengan China.
AS juga menjadi penjual senjata utama bagi Taiwan, yang lagi-lagi, membuat China cukup kepanasan. Kunjungan AS ke Taiwan yang semakin intens terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Taiwan dan China selama setahun terakhir.
Semua bermula ketika Taiwan mengeluhkan China yang berulang kali mengirim angkatan udaranya ke zona pertahanan udara Taiwan. Kehadiran militer China di kawasan tersebut kerap kali disertai oleh armada tempur dan pengebom dalam jumlah besar sehingga membuat Taiwan khawatir.
Bagi China, kehadiran mereka di kawasan tersebut merupakan bagian dari melindungi kedaulatannya karena masih berharap untuk merebut kembali Taiwan. Bagi Taiwan, tindakan tersebut dianggap sebagai sebuah intimidasi. (net/smr)