Kader PSI Kebablasan Sebut Jokowi Pantas Jadi Nabi, Publik pun Geram dan Kecam: Itu Penistaan Agama

Screenshot postingan komentar kader PSI yang dinilai menghina Tuhan. Foto: msn

Media sosial (medsos) kembali bergejolak setelah salah satu kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengeluarkan pernyataan yang dianggap melampaui batas akal sehat. Publik pun geram dan mengecam dengan mengingatkan bahwa sebutan itu sama dengan penistaan agama atau penghinaan terhadap Tuhan.

Semarak.co-Adalah Ketua Biro Ideologi & Kaderisasi DPW PSI Bali Dedy Nur yang membuat geger publik lewat unggahan di media sosial X (sebelumnya Twitter) pada 9 Juni 2025 yang menyebut Joko Widodo (Jokowi) layak menjadi nabi.

Bacaan Lainnya

“Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat, cuma sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat,” tulis Dedy di cuitan akun pribadinya @DedynurPalaka dalam membalas postingan @HalomoanHa91790 dan @jokowi, tertanggal 9 Juni 2025 pukul 13.03.

Dalam cuitannya, Dedy tampak ingin memuji kedekatan Jokowi dengan rakyat selama masa pemerintahannya. Namun, pernyataan yang menyinggung derajat kenabian justru menjadi bumerang. Di mata publik, pujiannya bukan hanya berlebihan, tapi juga dianggap menistakan agama dan merusak makna kenabian yang sakral.

Ia bahkan menyelipkan sindiran halus kepada mereka yang disebut “tak rela masa jabatan Jokowi berakhir sukses, mempertegas posisi PSI sebagai partai yang tetap loyal terhadap sosok mantan presiden ke -7.

Respons keras datang seketika. Salah satu akun yang ikut mengecam adalah akun @ch_chotimah2, menulis seperti dilansir rublikdepok melalui laman berita msn.com, Rabu (11/6/2025), yaitu:

“Jokowi itu pembohong, ingkar janji, pengkhianat, dan tak tahu terima kasih. Disebut oleh kader PSI memenuhi syarat untuk jadi Nabi—manusia pilihan Tuhan? Ini penghinaan terhadap Tuhan, bukan sekadar pengultusan.”

Gelombang kritik serupa bermunculan, menuduh Dedy Nur dan PSI telah melecehkan nilai-nilai religius, terutama ketika narasi kenabian digunakan dalam konteks politik dan fanatisme terhadap seorang mantan presiden.

Ini bukan pertama kalinya PSI jadi sorotan karena gaya komunikasinya yang cenderung bombastis dan penuh pujian terhadap Jokowi. Namun kali ini, komentar Dedy dianggap telah menabrak garis merah yang tidak bisa ditoleransi oleh publik, apapun latar belakang ideologinya.

Netizen mempertanyakan, sampai sejauh mana pengkultusan terhadap Jokowi akan terus dilakukan oleh para loyalisnya? Dan apakah partai sekelas PSI tak lagi mampu membedakan antara retorika politik dan penghinaan terhadap nilai-nilai agama?

Sampai berita ini diturunkan, Dedy Nur belum memberikan klarifikasi lebih lanjut. PSI pun belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait polemik ini. Namun satu hal yang jelas: bagi sebagian besar publik, menyamakan Jokowi dengan nabi bukan hanya tidak pantas—tapi juga tidak masuk akal. (net/msn/rut/smr)

Pos terkait