Jurus Mabuk PKS

Presiden PKS Ahmad Syaikhu menyerahkan rekomendasi dukungan mengusung Bobby Nasution untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Sumatera Utara (Sumut) 2024. Foto: internet

Oleh Tere Liye *)

semarak.co-Partai yang satu ini lucu lihat sepak terjangnya minggu-minggu ini. Ribuut sekali soal pilkada Jakarta. Tapi itu hanya untuk posisi ‘wakil gubernur’. Sebagai pemenang pileg Jakarta, meskipun hanya 16,7%, partai ini harusnya PD dong dgn ribut rebutan posisi gubernur. Lah, ini hanya posisi cawagub, tapi segitunya penuh drama.

Bacaan Lainnya

Tapi ada yang lebih lucu lagi. Saat partai ini mendukung dinasti politik di Sumatera Utara. Ini epic. Buat apa sih? Ngapain PKS kegatelan dukung calon yg sudah punya tiket utk nyalon? Kamu seperti menggarami lautan. Tidak kamu dukung pun, dia tetap maju.

Nah, jika kamu memang tidak punya jagoan di sana, mending tidak usah dukung siapa2. Cukup jadi penyeimbang. Karena fungsi parpol itu tdk hanya semata2 harus mencalonkan pemimpin, tapi bisa juga sebagai kontrol, penyeimbang, mengawasi.

Tapi entah apa yg ada di kepala elit PKS, mereka malah sukarela mendukung dinasti politik. Sesuatu yg selama ini mereka kritisi. Tidak terbilang fans, kader, simpatisan PKS yg mengkritik trah Jokowi. Eh, elitnya malah dukung menantunya.

Apa yang sebenarnya dicari PKS di Sumatera Utara? Konsesi? Ingin terlihat mendukung Prabowo, biar diajak di pemerintahan pusat? Apa mendesaknya dari langkah mendukung menantu Jokowi? Baiklah, elit2 PKS akan selalu punya argumennya.

Apakah keputusan elit PKS ini sejalan dengan kader, simpatisannya? Boleh jadi. Karena netizen2 yg love sekebon dgn partai, ormas, dkk itu, mereka seperti ‘dicuci otaknya’. Banget.

Bayangkan, sebulan lalu, netizen ini masih sibuk mencaci dinasti politik Jokowi; saat PKS menyatakan mendukung menantunya di sana, sim salabim, abra kadabra, dia mendadak akan punya argumen keren: oh, ini beda. oh, yg satu ini sudah didiskusikan dengan matang, dewasa, oh…. oh….

Termasuk kasus2 lain, kayak Muhammadiyah menerima tambang. Sebulan lalu, kader mereka masih mencaci NU. Membenci tambang. Untuk sekejap, berubah bijaksana sekali. Begitulah ajaibnya netizen2 ini.

Dan lebih ajaib lagi elit2nya. Entah kemana kehormatan diri, marwah, entah kemana prinsip2 yg diyakini. Lupa. Tapi teruskan saja, my friend. Jika PKS sudah seperti PSI, itu baru prestasi.

*) pegiat medsos dan penulis novel

 

sumber: WAGroup FORUM DISKUSI CERDAS (postRabu21/8/2024/)

Pos terkait