Jokowi Ingatlah Malu, Jangan Membabi Buta Begitu

Presiden Joko Widodo (Jokowi). Foto: internet

Oleh Kajitow Elkayeni *)

semarak.co-Penampilan Prabowo dalam debat capres terakhir berantakan. Seorang Menhan, tapi tidak paham soal pertahanan. Selama ini entah apa yang dilakukan Prabowo. Bisa jadi semua pekerjaan diserahkan pada orang lain. Kementeriannya otopilot.

Bacaan Lainnya

Bagian Prabowo mungkin hanya soal rapat di istana dan melakukan kunjungan seremonial. Biar mukanya nongol di kamera. Makanya ketika dia ditanya soal gagasan, Prabowo ngeblank. Ketika dikritik masalah pertahanan, dia bingung. Lalu memposisikan diri sebagai korban.

Melakukan ad hominem dan meragukan data. Tim Prabowo terus berusaha menyebarkan narasi bodoh bahwa urusan pertahanan itu semuanya rahasia. Padahal sudah jelas ada undang-undangnya. Mana yang rahasia dan mana yang bukan. Tidak semuanya rahasia.

Yang lebih memalukan, presiden sampai-sampai harus ikut turun tangan memadamkan kebakaran. Selain berkomentar tak jelas soal debat, Jokowi juga sok-sokan memerintahkan KPU. Dalam sejarah Indonesia, mungkin baru kali ini presiden turut campur terlalu jauh.

Padahal soal teknis seperti itu urusan internal KPU dan para calon presiden. Kecuali Jokowi mau nyapres lagi. Sebenarnya dulu maunya begitu. Tapi konstitusi melarang. DPR menolak amandemen Undang Undang Dasar. Itu semua belum apa-apa.

Seorang presiden bahkan sampai ikut kampanye. Dia bagi-bagi bansos di depan baliho Prabowo-Gibran. Kadang-kadang bagi-bagi beras dan amplop. Dalam sebuah video di Banten, presiden melempar-lemparkan kaos. Massa yang didatangkan oleh timses dan relawan berkerumun.

Seolah-olah kehadiran Jokowi masih disambut dengan tumpah-ruah. Padahal kalau tanpa disetting, kehadiran Jokowi sudah tak dianggap. Pamornya sudah redup. Sebentar lagi akan tiba masanya orang-orang mengungkit dosa-dosanya. Massa yang datang itu karena ingin dapat beras atau kaos.

Dan Jokowi menganggap mereka sebagai kaum dhuafa. Kelompok miskin yang dieksploitasi kemiskinannya. Cara memberikan kaos itu juga hanya dilempar-lempar. Tapi itu bukan hal baru, karena banyak politisi kacrut yang juga berbuat serupa.

Apakah tidak ada cara lain, untuk berbagi tanpa merendahkan? Bisa. Ada banyak cara. Tapi nanti tidak ada ekspos. Pemberi bantuan tidak bisa bertingkah sebagai raja. Dia tidak bisa menunjukkan bahwa derajatnya dengan jelata itu berbeda.

Politisi tengik semacam itu butuh efek penuh-sesak. Seolah-olah disambut dengan meriah. Mirip kehadiran Kim Jong Un di Korea Utara. Mereka tidak berpikir dengan kondisi ibu-ibu yang menggendong bayinya. Bagaimana kalau ibu itu jatuh dan bayinya terinjak-injak?

Tidak bisakah kalian sedikit memanusiakan mereka, dasar rezim feodal? Di samping Jokowi ada Mendag Zulhas yang tampak clingak-clinguk. Tim kementerian ternyata juga sama tololnya dengan tim istana. Bagi mereka mungkin nyawa rakyat tidak seberapa.

Kalau sampai ibu itu terinjak dan bayinya mati, ya salah sendiri kenapa miskin. Karena hanya orang miskin yang akan diperlakukan dengan hina oleh penguasa, tapi diam saja. Saya tidak tahu apa yang ada di kepala Jokowi saat ini. Tapi yang jelas dia panik.

Kondisi Prabowo sudah tidak menguntungkan. Pada putaran kedua hampir pasti Prabowo kalah. Siapapun lawannya. Dengan semua instrumen kekuasaan yang dikerahkan, mulai polisi, satpol pp, kepala desa dan babinsa, elektabilitas puncaknya hanya sekitar 40%. Dan bahkan terancam turun karena penampilan Prabowo yang buruk.

Padahal BUMN sudah bergerak. Para bohir sudah disetir. Bansos dan BLT mengalir seperti air bah. Politisi yang mau aneh-aneh diancam dengan kasus hukum. Tapi sudah ngos-ngosan begitu ya hanya dapat 40%. Rugi bandar. Semua orang panik. Dalam hal ini etika memang sudah tidak berlaku lagi.

Indonesia, negara bar-bar ini tidak belajar untuk dewasa. Bahkan tokoh sekelas Jokowi yang dulu dianggap manusia setengah dewa bisa berbuat serendah itu. Dia jelas-jelas terlihat tidak netral dan menghalalkan segala cara. Sudah hilang rasa sungkan dan malu.

Padahal Presiden punya marwah yang harus dijaga. Jokowi tak perlu membabi buta. Karena dalam kondisi panik dan putus asa, babi hutan memang akan menyerang siapa saja. Dari sanalah muncul istilah membabi buta.

Shame on you: Jokowi…https://twitter.com/Melihat_Indo/status/1745081222227787903?t=f4HPbAL7Bip4zCPEHwFTiA&s=19

 

sumber: WAGroup Saling berbagi info (postSalingberbagiinfoKamis11/1/2024/)

Pos terkait