Jelang Muktamar XXII, Tolong Suburkanlah Kebun dan Ladang Al Washliyah dengan Kerja Ikhlas

Oleh Ahmadyani Panjaitan *

semarak.co-Terlalu banyak konsep dan model managemen kepemimpinan dan keorganisasian modern yang ada hari ini yang pada intinya berasal dari konsepsi Barat dan Jahudi, namun saya akan menyampaikan setitik pemikiran yang sederhana jelang Muktamar Al Washliyah XXII (AW) 19-21 Maret 2021 ini.

Bacaan Lainnya

Pertama dari sisi Kepemimpinan, Islam mengajarkan kepemimpinan Jamaah atau kolektif kolegial, tidak otoriter apalagi jika semua hak dan kewajiban organisasi di bebankan kepada Ketua Umum, atas dasar itu, pola kepengurusan kolektif ini pernah dilakukan pada Muktamar dimasa 1954-1962.

Hal mana semua tokoh tokoh AW yang dianggap punya kompetensi msg msg di ajukan ke forum muktamar untuk nantinya sebagai tim work mendampingi ketum terpilih. Jadi bukan pola formatur atau Mid Firmatur sehingga tidak boleh lagi mengambil nama diluar nama-nama yang sudah diajukan untuk jadi fungsionaris Pengurus Besar (PB).

Yang mana nama serta track recordnya sudah di publish di arena muktamar (dikurangi boleh jika yang diajukan melebihi kapasitas), dipersilakan kepada semua wilayah dan peserta untuk mengajukan nama-nama yang sudah teruji, terbukti dan terseleksi oleh perjalanan AW ini sesuai kriteria umum dan khusus yang sudah ditetapkan.

Sehingga tidaklah terulang kisah struktur hasil Muktamar XXI tahun lalu atau juga periode sebelumnya ada Pengurus PB yang tidak punya sama sekali latar belakang pendidikan agama yang layak, tidak punya kompetensi dan track records yang jelas di AW, kemudian duduk di PB AW.

Hal ini bisa saja terjadi karena terjadi deal-deal dengan formatur atas faktor X. Padahal nama tersebut jangankan disebut, dalam mimpi pun tidak bisa terbayangkan bisa jadi Pengurus PB AW, kadernya entah dimana, silsilah ke-Al Washliyah-annya tak jelas.

Lalu ke Aghniaannya pun tak terharapkan, kompetensi bahkan ilmu dan keulamaannyapun tak jelas, usianyapun masih seumur jagung. Tapi bisa jadi Pengurus PB bahkan diposisi yang strategis. Astaghfirullah.

Menurut hemat saya, ada beberapa kriteria professional yang harus melatarbelakangi para calon pengurus PB selain syarat syarat normatif sebagaimana termaktub di AD ART yang harus memenuhi kriteria antara lain:

  1. Ulama
  2. Aghniya
  3. Cendikia/Organisator

Setidaknya calon Pengurus PB itu nantinya bisa memenuhi salah satu kriteria ini, namun yang paling utama adalah track records akhlak dan keikhlasannya untuk ber amal di AW ini bukan cari makan, bukan cari popularitas apatah lagi demi kepentingan politik praktis.

Yang paling sulit itu adalah keikhlasan ini, tapi ketahuilah wahai semua kader AW, di depan mata kita atau mungkin kisah-kisah para pendahulu kita, Allah sudah tunjukkan kepada beberapa kader yang tidak perlu saya sebut namanya yang coba-coba merusak AW ini dari zaman ke zaman.

Mereka telah diberi Allah I’tibar Azab dengan berbagai musibah, derita diakhir-akhir hayat mereka atau diusia senja mereka malah musibah itu ditimpakan kepada anak keturunan mereka dalam berbagai derita dan musibah.

Atas dasar itu, kita hanya saling mengingatkan, bahwa AW ini adalah Ormas yang didirikan oleh para ulama ulama kharismatik yang ikhlas demi kepentingan ummat dan agama Allah, jadi jangan salah niat, dan kalau bisa, PB itu janganlah lagi diisi orang- orang yang masih memiliki kesibukan duniawi melebihi 50 persen.

Sehingga sekurang-kurangnya waktu, tenaga dan fikiran yang akan mereka sumbangsihkan ke AW ini haruslah 50:50 di atas urusan pribadi pengurus sehingga tidak lagi ada istilah mengurus AW ini hanya seperti sambilan dan kerja paruh waktu.

Sebab zaman sudah berubah, profesionalisme dan kompetensi dalam mengurus sebuah lembaga apalagi sebesar AW ini tidak lagi bisa dikelola dengan gaya gaya tradisional, jika perlu ada beberapa pengurus yang sifatnya fungsional spt urusan pendidikan, Zakat, Dakwah dll harus diberikan kompensasi Materi secara proporsional dan berkeadilan.

Jika nantinya PB AW ini diisi orang-orang yang memiliki karakteristik sebagaimana tersebut di atas, kemudian sistem pemilihannya harus transparan dan diuji public di arena Muktamar, yakinlah bahwa dengan dasar Ikhlas dan Berjamaah diiringi dengan kompetensi masing-masing Pengurus PB, Inshaa Allah akan muncul sejuta konsep.

Seribu aksi dan segunung prestasi serta dedikasi. Sebaliknya sehebat dan sebaik apapun kenderaan itu apabila sopir dan kenek mabuk dan ugal ugalan, pasti kendaraan itu pasti akan hancur, setidaknya penumpang yang akan mual dan muntah.

Bagi saya sebagai kader, setidaknya akan punya sejuta harapan bahwa Kebun dan Ladang Al Washliyah ini bukan hanya akan hidup zaman berzaman, tapi Inshaa Allah akan Maju dan Jaya meskipun berganti Zaman.

Selamat Bermuktamar

*) penulis adalah Ketum PP Isarah 2008-2018

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *