Oleh Hamka Suyana *)
semarak.co-Selama belasan tahun saya melakukan pengamatan terhadap kemunculan pratanda dari alam bawah sadar kontestan politik Pilkades, Pilkada, Pileg, dan Pilpres, baru pada Pilpres 2024 sangat kuat kemunculan pratanda Capres yang akan TERPILIH, yang akan TERSISIH, dan yang akan TERSINGKIR.
Berikut ini catatan yang saya tulis pada bulan Agustus 2022, tentang analisis prakiraan kemungkinan garis nasib para capres yang akan bertarung pada Pilpres 2024.
Pada waktu saya susun analisis tentang catatan kemunculan pratanda dari alam bawah sadar kontestan politik, yang santer menjadi pembicaraan publik yang berkemungkinan akan maju Pilpres antara lain Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, dan Anies Baswedan.
Pada umumnya, para pengamat politik menempatkan Puan Maharani sebagai kandidat paling potensial karena punya dukungan partai kuat di parlemen serta keturunan trah Bung Karno. Sedangkan Anies Baswedan ditempatkan pada urutan terakhir yang dianggap paling lemah dengan pertimbangan kalkulasi logika politik tidak punya partai, tidak punya dana, dan tidak punya backup kekuasaan.
Demikian lemahnya posisi Anies Baswedan dalam pandangan logika politik, sampai-sampai ada seorang pengamat politik sesumbar. Jika terbukti Anies Baswedan bisa menjadi Capres, ia akan melepaskan mobil Alphard-nya untuk taruhan. Wajar jika mereka meremehkan keberadaan Anies Baswedan, karena berdasarkan teori yang dianut bahwa untuk memenangkan kontestasi politik dibutuhkan 3 syarat.
Yaitu popularitas, jaringan yang kuat, serta dukungan logistik. Anies Baswedan hanya punya satu syarat yaitu popularitas, itupun terbatas pada khalayak tertentu. Sedangkan syarat kedua dan ketiga, tidak punya.
Para penganut teori tersebut, pada umumnya tidak tahu, bahwa 3 syarat untuk menang yang disebutkan di atas, termasuk katagori faktor eksternalisasi atau faktor luar diri sang calon, yang fungsinya hanya sebagai unsur penunjang untuk meraih kemenangan dengan prosentase cuma 10%.
Adapun unsur utama penentu kemenangan adalah faktor internalisasi yakni kekuatan perasaan atau alam bawah sadar sang calon yang mencapai 90%. Apabila faktor internalisasi sang calon sudah kuat, maka dialah yang paling berpeluang menjadi pemenang, walaupun, tidak mendapat suplai dukungan faktor eksternalisasi.
Fenomena itu pernah terjadi pada Pilgub Jakarta 2017. Cagub Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang didukung politik uang unlimited, back up kekuasaan Presiden Joko Widodo, dan masifnya kinerja mesin partai, pada akhirnya dikalahkan cagub Anies Baswedan yang tidak mendapat dukungan dari faktor eksternalisasi berupa suplai dana yang besar.
Fungsi dan Isi Alam Bawah Sadar
Potensi diri luar biasa yang dibekalkan Allah kepada setiap manusia, tapi pada umumnya belum disadari oleh pemiliknya sehingga dibiarkan “menganggur” adalah dahsyatnya kekuatan perasaan atau alam bawah sadar. Demikian juga halnya dengan mereka yang bertarung pada kontestasi politik.
Pada umumnya, “mereka” hanya mengandalkan kekuatan faktor eksternalisasi dengan kendali Pikiran Sadar yang tingkat keberhasilan cuma 10%. Bersebab dari pemahaman inilah kenapa biaya politik sangat besar (mahal) tapi tidak bisa dipastikan akan menang.
Para politisi atau mereka yang bertarung pada kontestasi politik, pada umumnya belum tahu bahwa menang kalahnya dalam kontestasi politik sangat ditentukan kuat-lemahnya keyakinan yang sudah terpola pada alam bawah sadar. Kembali pada pokok bahasan Pilpres 2024.
Dengan mengacu pada faktor internalisasi kekuatan alam bawah sadar sebagai gudang penyimpan Calon Takdir Muallaq jabatan presiden, akan terbagi menjadi 3 kriteria:
1. Capres yang alam bawah sadarnya berisi KEINGINAN menjadi presiden, pada akhirnya akan TERSISIH.
2. Capres yang alam bawah sadarnya berisi CITA-CITA menjadi presiden, pada akhirnya akan TERSINGKIR.
3. CAPRES yang alam bawah sadarnya berisi TEKAD UNGGULAN jabatan presiden, pada akhirnya yang akan TERPILIH.
Ciri-ciri Capres yang alam bawah sadarnya sudah berisi TEKAD UNGGULAN jabatan presiden bisa dibaca ketika membicarakan program yang akan dilakukan mengandung 3 unsur, yaitu: masalah yang terjadi, penyebab munculnya masalah, dan solusi untuk mengatasi masalah.
Dari 3 Capres yang bertarung pada Pilpres 2024, yang berpratanda pada katagori 3 adalah Anies Baswedan. Alam bawah sadarnya sudah dipenuhi TEKAD UNGGULAN untuk melakukan PERUBAHAN di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sedangkan Prabowo Subianto, dengan berpedoman pada hasil pengamatan kemunculan pratanda sejak pra pencapresan hingga hari terakhir kampanye akbar, tidak ditemukan sepatah kalimat pun dari alam bawah sadarnya yang berpratanda akan memegang jabatan presiden.
Berdasarkan kaidah yang disebutkan di atas, dapat dipastikan “Pulung Wahyu Kraton” JABATAN PRESIDEN 2024 akan berpihak pada Capres Anies Baswedan. Tapi fakta politik yang terjadi, dan sudah dikukuhkan oleh konstitusi sudah menetapkan Capres yang berpratanda akan TERSINGKIR, yakni Prabowo Subianto sudah dinyatakan sebagai pemenang Pilpres 2024.
Berarti sudah tidak ada celah konstitusi yang memberi peluang untuk Anies Baswedan. Wahai masyarakat yang mengharapkan lahirnya era Perubahan. Jangan berputus asa dan jangan berhenti berharap kepada Allah. Pertolongan Allah sangat dekat. Indonesia pasti diselamatkan Allah dari kehancuran.
Capres yang alam bawah sadarnya KOSONG dari Tekad Unggulan serta kemenangan semu diperoleh dari back up faktor eksternalisasi Cawe-cawe Jokowi yang melakukan kecurangan yang melampaui batas pasti digagalkan Allah. Hal itu sesuai dengan janji Allah pada QS Ali Imran ayat 54, Allah berfirman:
وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ
Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Āli ‘Imrān [3]:54)
Yakini sepenuh hati dengan keimanan terhadap janji Allah. Tinggalkan mempercayai aturan konstitusi yang sudah dimanipulasi. Wallahu a’lam bishshowab
Taman Sasyuik, Ahad, 19-05-2024
*) Pengamat Kemunculan Pratanda