Jadi Korban Buzzer, Jonru Ginting Sebut Jebakan Betmen, Peneliti Oxford: Buzzer Dibiayai untuk Manipulasi Publik

Jonru Ginting saat jadi tersangka sebagai korban buzzer. foto: internet

Belum lama ini beredar pesan berantai di media sosial whatsapp (WA) atas postingan dia di laman facebook akun pribadi JonruGinting. “Sahabat Sekalian, saya akan menjelaskan tentang modus Jebakan Betmen dari bani togog,” tulis Jonru memulai komen postingannya.

semarak.co– “Dulu saya pun sering jadi korbannya, hingga saya dituduh sebagai raja hoax oleh mereka. Padahal saya hanya korban jebakan betmen. Kini saya sudah paham cara kerja merekam” lanjut Jonru sambil memberi penjelasan.

Bacaan Lainnya

Berikut saya jelaskan:

  1. Jadi jebakan betmen adalah penyebarluasan konten2 hoax di medsos. Produsen & distributornya mereka sendiri. Namun isinya menyerang bani togog, sehingga banyak di antara kita yg suka lalu men-share-nya. Setelah itu, ada di antara kita yg dipolisikan dengan tuduhan nyebar hoax.
  2. Kita pun dituduh sebagai raja hoax, padahal kita hanya korban jebakan betmen akibat kepolosan dan keluguan kita. Dulu saya pun sering jadi korbannya. Namun sekarang, apalagi sejak dikriminalisasi, saya jadi sangat hati2. Saya bahkan sudah hafal pola kerja si jebakan betmen tsb.
  3. Konten jebakan hoax biasanya berupa foto yg diberi framing tertentu. Contoh: ketika dulu beredar foto ahok berenang di pantai. Lalu dibikin framing, “Hebat ya, ahok di dalam penjara tapi bisa berenang di laut”. Padahal itu adalah foto lama sebelum dia masuk penjara.
  4. Kiat agar kita tidak mudah terjebak oleh konten hoax jebakan betmen: PISAHKAN FOTO DENGAN CAPTIONNYA. Lihat foto tanpa melihat caption. Lalu berpikirlah secara kritis.
  5. Contoh: foto ahok berenang di laut. Foto tsb asli. Jadi tak ada yg salah dgn fotonya. Yg salah adalah framingnya yg mengatakan, “Ahok di dalam penjara tapi bisa berenang di laut.” Jadi sekali lagi, PISAHKAN FOTO DENGAN CAPTION, maka Anda tidak akan mudah tertipu oleh fraiming.
  6. Jika Anda melihat foto-foto yang seperti itu, foto2 yg diberi caption tertentu, maka WASPADALAH! Tidak selamanya foto sesuai caption. Caption adalah upaya penggiringan opini terhadap foto yg sifatnya objektif. Inilah yg disebut framing.
  7. Dan jika menemukan foto2 seperti itu beredar di medsos, JANGAN PERNAH DI SHARE. Sebab jika itu adalah jebakan betmen, maka bisa jadi Anda adalah korban kriminalisasi berikutnya. Waspadalah!
  8. Contoh terbaru adalah foto ambulans yang ada logo bendera china. Foto ini sedang viral di medsos. Saran saya JANGAN IKUT MENSHARE FOTO TSB. Disinyalir kuat, itu adalah jebakan betmen juga. Waspadalah!
  9. Apalagi jika ada FOTO BERFRAMING yang menyebutkan nama tertentu (tokoh, ormas, parpol, perusahaan, dst), ini akan jauh lebih berbahaya untuk di-share. Sebab Anda bisa dituduh memfitnah, mencemarkan nama baik, dst. Hukumannya berat. WASPADALAH!

Di bagian lain ada share ilmiah dari hasil penelitian Oxport yang mengikuti pesan berantai posting Jonru di atas. Sehingga ada harapan tulisan berikut adalah melengkapi komen Jonru itu. Berikut isinya:

Pemerintah dan partai-partai politik Indonesia mengerahkan serta membiayai pasukan siber alias buzzer di media sosial untuk memanipulasi opini publik, demikian hasil penelitian para ilmuwan dari Universitas Oxford, Inggris baru-baru ini.

semarak.co- Pengerahan buzzer oleh pemerintah Indonesia itu diulas dua ilmuwan Oxford, Samantha Bradshaw dan Philip N Howard dalam laporan bertajuk The Global Disinformation Order, 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation.

Dalam laporan itu dibeberkan bahwa pemerintah dan partai-partai politik di Indonesia menggunakan buzzer untuk menyebarkan propaganda pro pemerintah/partai, menyerang lawan politik, dan menyebarkan informasi untuk memecah-belah publik.

Selain itu ditemukan juga bahwa di Indonesia, pemerintah dan partai-partai politik memanfaatkan pihak swasta atau kontraktor serta politikus untuk menyebarkan propaganda serta pesan-pesannya di media sosial.

Berdasarkan isinya konten-konten yang disebarkan oleh pemerintah dan partai politik di Indonesia terdiri dari dua jenis: informasi yang menyesatkan media atau publik dan yang kedua, memperkuat pesan dengan terus-menerus membanjiri media sosial dengan tagar.

Para buzzer di Indonesia, menurut penelitian itu, dikontrak oleh pemerintah atau partai politik tidak secara permanen. Mereka lazimnya dibayar di kisaran harga Rp 1 juta sampai Rp 50 juta.

Di Indonesia para buzzer ini bergerak di tiga media sosial utama, Facebook, Twitter, Instagram, serta di aplikasi pesan WhatsApp. Para buzzer belum banyak bergerak di Youtube.

Politikus dan partai-partai politik Indonesia mengerahkan serta membiayai pasukan siber alias buzzer di media sosial untuk memanipulasi opini publik, demikian hasil penelitian para ilmuwan dari Universitas Oxford, Inggris baru-baru ini.

Pengerahan buzzer di Indonesia itu diulas dua ilmuwan Oxford, Samantha Bradshaw dan Philip N Howard dalam laporan bertajuk The Global Disinformation Order, 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation.

Dalam laporan itu dibeberkan bahwa politikus, partai-partai politik, dan kontraktor swasta di Indonesia menggunakan buzzer untuk menyebarkan propaganda pro pemerintah/partai, menyerang lawan politik, dan menyebarkan informasi untuk memecah-belah publik.

Sementara alat yang digunakan adalah akun-akun palsu yang dioperasikan oleh orang-orang dan oleh bot.  Para peneliti dalam laporan ini secara umum menemukan bahwa manipulasi opini publik memanfaatkan media sosial dilakukan di 70 negara di seluruh dunia pada 2019, naik dari hanya 48 negara pada 2018 dan 28 negara pada 2017.

“Penggunaan propaganda komputasional untuk membentuk perilaku publik via media sosial sudah menjadi umum, sudah bukan lagi aksi dari segelintir aktor jahat,” tulis para peneliti dalam laporan itu.

China, menurut penelitian itu, adalah negara yang paling aktif dalam propaganda di media sosial. Tidak hanya memengaruhi publik di dalam negeri, propaganda China juga sudah menyasar khalayak global.

“Pada 2019 pemerintah China mulai menggerakan platform media sosial global untuk mencemarkan perjuangan demokrasi di Hong Kong,” bunyi laporan lebih lanjut.

Temuan menarik lain dari laporan itu adalah bagaimana Facebook menjadi alat utama yang digunakan oleh pasukan siber atau buzzer di seluruh dunia. (smr)

 

sumber: suara.com/WA Group Anies for President 2024/JonruGinting TL di WA Group KAHMI Nasional

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *