Isra’ Mi’raj dan Realita Umat: Perjalanan Mi’raj dan Pertemuan dengan Para Nabi

Grafis Isra Mi'raj perjalanan suci Nabi Muhammad SAW. Foto; internet

Oleh Mangesti Waluyo Sedjati *)

semarak.coPendahuluan

Bacaan Lainnya

Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah Islam yang menegaskan kedudukan Rasulullah ﷺ sebagai Nabi terakhir dan pemimpin umat manusia.

Setelah melalui perjalanan horizontal dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra’), Rasulullah ﷺ kemudian menjalani perjalanan vertikal (Mi’raj) menembus lapisan-lapisan langit.

Dalam perjalanan ini, beliau ﷺ bertemu dengan para nabi sebelumnya, menerima sambutan dari mereka, serta mendapatkan berbagai pengalaman yang menjadi pelajaran bagi umat Islam.

Perjalanan ini tidak hanya merupakan mukjizat besar, tetapi juga mengandung pesan mendalam tentang kesatuan para nabi, risalah Islam sebagai penyempurna, dan urgensi kepemimpinan yang berbasis akhlak dan profesionalitas.

Dalam artikel ini, kita akan menganalisis perjalanan Mi’raj Rasulullah ﷺ, interaksi beliau dengan para nabi, serta pelajaran yang dapat kita petik untuk membangun peradaban Islam di era modern.

1.Perjalanan Mi’raj: Melintasi Langit-Langit Allah

A.Mi’raj: Perjalanan Menuju Kehadirat Ilahi

Dalam berbagai riwayat, perjalanan Mi’raj berlangsung setelah Rasulullah ﷺ meminum susu yang ditawarkan oleh Jibril, sebagai simbol fitrah dan kebenaran Islam. Setelah itu, Rasulullah ﷺ mulai naik ke langit dengan bimbingan Jibril, tanpa menggunakan Buraq.

Perjalanan vertikal ini melewati tujuh lapisan langit, dan di setiap lapisan, Rasulullah ﷺ bertemu dengan nabi-nabi terdahulu yang menyambut beliau dengan penuh penghormatan.

Pelajaran penting: Setiap langit memiliki penjaga (haaris) dari kalangan malaikat yang bertugas mengatur akses keluar-masuk. Bahkan Jibril, malaikat yang paling agung, tetap harus meminta izin sebelum masuk ke setiap langit. Ini menunjukkan bahwa profesionalitas dan penghormatan terhadap otoritas adalah bagian dari sistem yang Allah tetapkan, bahkan di alam langit.

B.Pertemuan dengan Para Nabi di Langit

Dalam Mi’raj, Rasulullah ﷺ bertemu dengan para nabi di setiap lapisan langit sebagai berikut:

  1. Langit Pertama: Nabi Adam AS
  • Rasulullah ﷺ bertemu dengan Nabi Adam AS, bapak umat manusia.
  • Adam AS terlihat tersenyum saat melihat roh anak cucunya yang akan masuk surga, dan menangis saat melihat roh yang akan masuk neraka.

Makna: Adam AS mengajarkan kepada kita bahwa keberhasilan sejati orang tua bukanlah sekadar kesuksesan duniawi anak-anaknya, tetapi apakah mereka akan menjadi penghuni surga atau tidak.

  1. Langit Kedua: Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS
  • Kedua nabi ini adalah sepupu yang memiliki hubungan dekat dalam dakwah mereka.
  • Mereka menyambut Rasulullah ﷺ dengan penghormatan: “Ahlan bi al-akh wa an-nabi as-soleh” (Selamat datang, saudaraku dan Nabi yang saleh).

Makna: Persaudaraan sejati dalam Islam bukan hanya karena hubungan darah, tetapi karena kesamaan dalam perjuangan menegakkan kebenaran.

  1. Langit Ketiga: Nabi Yusuf AS
  • Rasulullah ﷺ melihat bahwa Nabi Yusuf AS sangat tampan, seolah memiliki separuh ketampanan manusia.
  • Penyambutannya sama seperti nabi-nabi sebelumnya.

Makna: Keindahan fisik adalah anugerah, tetapi lebih penting lagi adalah keindahan akhlak dan keteguhan dalam menghadapi ujian hidup.

  1. Langit Keempat: Nabi Idris AS
  • Nabi Idris AS dikenal sebagai nabi yang memiliki ilmu tinggi dan telah diangkat ke langit oleh Allah.

Makna: Ilmu dan ketinggian spiritual adalah dua aspek penting dalam perjalanan menuju Allah.

  1. Langit Kelima: Nabi Harun AS
  • Nabi Harun AS adalah saudara Nabi Musa AS dan memiliki keistimewaan sebagai pemimpin spiritual Bani Israil.

Makna: Kepemimpinan spiritual harus berjalan seiring dengan kepemimpinan politik dan hukum.

  1. Langit Keenam: Nabi Musa AS
  • Nabi Musa AS adalah pemimpin Bani Israil dan salah satu Nabi Ulul Azmi.
  • Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa beliau menangis setelah bertemu Rasulullah ﷺ, karena mengetahui bahwa umat Rasulullah lebih banyak yang masuk surga dibandingkan umatnya.

Makna: Musa AS mengajarkan bahwa seorang pemimpin sejati selalu menginginkan yang terbaik untuk umatnya, bahkan setelah kepemimpinannya berakhir.

  1. Langit Ketujuh: Nabi Ibrahim AS
  • Rasulullah ﷺ bertemu dengan Nabi Ibrahim AS, yang dikenal sebagai bapak tauhid.
  • Ibrahim AS terlihat bersandar pada Baitul Ma’mur, tempat ibadah para malaikat di langit, yang sejajar dengan Ka’bah di bumi.

Makna: Kesalehan seseorang tidak hanya terlihat dari ibadahnya, tetapi dari warisan dakwah dan jejak kebaikan yang ia tinggalkan untuk generasi setelahnya.

  1. Makna Kesatuan Kenabian dalam Mi’raj

“Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah adalah Islam” (QS. Ali ’Imran: 19). Salah satu hikmah terbesar dari perjalanan Mi’raj adalah penegasan kesatuan para nabi dalam membawa risalah tauhid.

Islam adalah kelanjutan dari ajaran nabi-nabi sebelumnya

  • Semua nabi membawa ajaran yang sama: menyembah Allah dan menjauhi thaghut.
  • Risalah Rasulullah ﷺ menyempurnakan risalah para nabi sebelumnya.

Kesatuan Risalah, tetapi Berbeda Syariat

  • Islam mengakui keberagaman syariat yang sesuai dengan kebutuhan zamannya.
  • Rasulullah ﷺ datang dengan syariat yang bersifat final dan universal, menggantikan hukum-hukum terdahulu.

Rasulullah ﷺ sebagai Penutup Para Nabi

  • Dengan bertemu semua nabi, Rasulullah ﷺ seakan “diwisuda” sebagai nabi terakhir, khatamun nabiyyin.
  • Ini menegaskan bahwa tidak ada nabi setelah beliau, dan Islam adalah agama terakhir yang harus diikuti hingga akhir zaman.

Kesimpulan dan Pelajaran bagi Umat Islam

  1. Keteladanan dalam Kepemimpinan
  • Rasulullah ﷺ menunjukkan adab dan penghormatan kepada para nabi sebelumnya.
  • Kepemimpinan dalam Islam harus berbasis akhlak, penghormatan terhadap otoritas, dan profesionalitas.
  1. Peran Orang Tua dalam Memandu Anak-anaknya ke Surga
  • Adam AS mengajarkan kepada kita bahwa kesuksesan terbesar adalah ketika anak-anak kita menjadi penghuni surga.
  1. Kesatuan Islam dan Peradaban
  • Mi’raj menegaskan bahwa Islam bukanlah agama yang terpisah dari sejarah peradaban manusia, tetapi merupakan puncak dari semua risalah sebelumnya.
  1. Akhir Kenabian: Tidak Ada Nabi Setelah Rasulullah ﷺ
  • Umat Islam harus memahami bahwa tidak akan ada lagi nabi setelah Rasulullah ﷺ.
  • Ini menjadi dasar keyakinan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan tidak memerlukan tambahan atau revisi.

Penutup

Perjalanan Mi’raj bukan hanya sekadar mukjizat, tetapi juga pelajaran tentang kepemimpinan, kesatuan umat, dan tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya. Umat Islam hari ini harus mengambil hikmah dari perjalanan ini dengan membangun peradaban yang berbasis tauhid, profesionalitas, dan kebersamaan dalam risalah Islam.

Wallahu a’lam bish-shawab.

05 Februari 2025

 

sumber: WAGroup MERAJUT KEBERSAMAAN DEMI PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK UNTUK MASA DEPAN (postRabu5/2/2025/Mangesti Waluyo Sedjati)

Pos terkait