Iran Ancam Balas Serangan yang Ditandai Siaga Tinggi Rudal, Prancis, Inggris, Jerman Minta Tahan Diri

Anggota Satuan Aerospace Pasukan Garda Revolusi Islam Iran memberi hormat di base rudal bawah tanah dengan unit pelontar di lokasi yang dirahasiakan, di foto yang tidak bertanggal dari Fars News. Foto: internet

Presiden AS Donald Trump pada Sabtu (4/1/2020) mengancam akan menghantam keras 52 situs Iran jika negara itu menyerang aset atau warga negara Amerika Serikat. Amerika Serikat telah mendeteksi pasukan rudal Iran pada kondisi siaga tinggi, ujar pejabat Amerika Serikat.

semarak.co -Namun, ia tidak menjelaskan apakah siaga tinggi itu dalam situasi bertahan atau menyerang. Pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu tidak memberikan rincian lebih lanjut apakah rudal Iran membidik target tertentu.

Itu di tengah ancaman serangan balasan oleh Teheran atas tewasnya Kepala Pasukan Elit Quds Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani dalam serangan udara oleh Amerika Serikat di bandara Baghdad, Jumat (3/1/2020).

“Mereka jelas-jelas berada pada kondisi siaga yang tinggi. Apakah keadaan siaga tinggi itu dipersiapkan dengan lebih baik untuk pertahanan atau untuk penyerangan. Kita tidak bisa menentukan itu. Tapi kita memperhatikannya dengan cermat,” ujar pejabat itu dilansir Reuters.

Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi mengatakan, lembaganya akan mengajukan sekaligus melakukan pemungutan suara mengenai resolusi kekuatan perang pekan ini guna membatasi aksi militer Presiden Donald Trump terkait Iran.

“Resolusi ini sama dengan resolusi yang diperkenalkan oleh Senator Tim Kaine di Senat. Ini menegaskan kembali tanggung jawab pengawasan yang telah lama dibuat Kongres dengan mandat jika tidak ada aksi lebih lanjut yang ditempuh Kongres, permusuhan militer Pemerintah terkait Iran rehat dalam waktu 30 hari,” kata Pelosi melalui pernyataan, Minggu (5/1/2020).

Resolusi itu sepertinya mengantongi persetujuan di DPR yang dimotori Demokrat, namun berbeda halnya dengan di Senat, yang dikendalikan oleh sesama Republikan Trump. Banyak di antara mereka mengaku mendukung aksi presiden terhadap Iran.

Parlemen Irak meminta AS dan pasukan asing lainnya untuk angkat kaki saat serangan balasan atas tewasnya jenderal terkemuka Iran pada Jumat berkembang, dan Trump melipatgandakan ancaman yang menargetkan situs budaya Iran jika Iran melancarkan aksi balasan.

Trump juga mengancam sanksi terhadap Irak. Menurutnya, jika pasukan AS diharuskan angkat kaki, pemerintah Irak harus membayar kepada Washington biaya atas pangkalan udara yang sangat luar biasa di sana.

Kelompok negara-negara ‘E3’ yang terdiri atas Perancis, Inggris dan Jerman meminta Iran untuk menahan diri dari tindakan kekerasan dan mendesak Iran untuk kembali menghormati kesepakatan nuklir.

Kesepakatan nuklir itu dikenal dengan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) yang tercapai pada Oktober 2015. Ketiga negara itu juga menyoroti pentingnya mengurangi ketegangan di Irak dan Iran, dan menegaskan kembali tekad mereka untuk memerangi ISIS.

“Kami menegaskan kembali komitmen kami untuk melanjutkan perang melawan ISIS dan itu tetap menjadi prioritas. Sangat penting untuk menjaga koalisi dalam hal ini. Kami menyerukan pihak berwenang Irak untuk terus memasok dukungan yang diperlukan untuk koalisi,” demikian dalam sebuah pernyataan.

Kemudian dilanjut, “Kami siap untuk melanjutkan pembicaraan dengan semua pihak untuk berkontribusi dalam menurunkan ketegangan dan membangun kembali stabilitas di kawasan ini.”

Soleimani, perancang operasi klandestin dan militer Teheran di luar negeri sebagai kepala Pasukan Quds Pengawal Revolusi, tewas pada Jumat (3/1/2020) dalam serangan pesawat tak berawak milik AS pada konvoinya di bandara Baghdad.

Sementara banyak warga Iran berdemonstrasi dalam beberapa hari terakhir untuk menunjukkan kesedihan atas kematian Soleimani, yang lain khawatir kematiannya akan mendorong negara itu untuk berperang dengan negara adidaya.

Soleimani dianggap sebagai tokoh terkuat kedua di negara itu setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Jenazah pemimpin milisi Irak dukungan Iran yang terbunuh dalam serangan dengan Soleimani, Abu Mahdi al-Muhandis, juga diterbangkan ke Ahvaz, menurut IRIB.

Jenazah komandan militer Iran Qassem Soleimani, yang terbunuh di Irak akibat serangan militer AS, dipulangkan ke Kota Ahvaz di Iran barat daya Iran pada Minggu (5/1/2020), kantor berita resmi IRIB melaporkan.

IRIB mengunggah klip video dari peti jenazah, yang dibungkus dengan bendera Iran, sedang diturunkan dari pesawat dan diiringi band militer. Ribuan pelayat berpakaian hitam berbaris melalui Ahvaz, dalam cuplikan langsung yang ditayangkan di stasiun televisi pemerintah.

Sebelumnya, Garda Revolusi Iran dan pasukan-pasukan anti-Amerika Serikat di seluruh dunia Muslim akan membalas pembunuhan pemimpin Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qassem Soleimani, kata juru bicara Garda kepada televisi nasional Iran, Jumat (3/1/2020).

“Garda Revolusi, bangsa Iran yang bijaksana dan front perlawanan di dunia Muslim yang membentang luas akan membalas tumpahnya darah syuhada ini (Soleimani) Kegembiraan Zionis dan Amerika dalam waktu dekat akan berubah menjadi ratapan,” kata juru bicara Garda, Ramezan Sharif kepada stasiun televisi itu.

Menurut Reuters, Iran kerap mengacu negara-negara dan pasukan di kawasan yang menentang Israel dan Amerika Serikat sebagai “front perlawanan”.

Presiden Irak Barham Salih pada Minggu (5/1/2020) menyampaikan belasungkawa kepada Presiden Iran Hassan Rouhani atas tewasnya pemimpin Pasukan Quds Qassem Soleimani.

Pihaknya juga mendesak Iran agar menahan diri, menurut pernyataan kantornya. “Presiden menekankan pentingnya pengendalian diri serta kebijaksanaan di masa-masa genting guna menahan krisis saat ini, melindungi keamanan dan stabilitas kawasan, kedaulatan negaranya, dan mengusir momok perang dan juga kekerasan,” demikian kantornya melalui telepon seperti dilansir Reuters.

Soleimani merupakan komandan Pengawal Revolusi Iran di luar negeri. Sebagai kepala Pasukan Quds, jenderal berusia 62 tahun itu menjadi ahli strategi dalam upaya menyebarkan pengaruh Iran di Timur Tengah melalui milisi proksi.

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, Minggu (5/1/2020) menyerukan, pertemuan dengan rekan-rekannya di Uni Eropa untuk membahas ketegangan yang meningkat di Timur Tengah setelah pembunuhan komandan Pasukan Quds Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani di Irak oleh Amerika Serikat.

“Sebagai orang Eropa, kami mencoba dan memanfaatkan saluran komunikasi sepenuhnya dalam situasi saat ini,” ujar Heiko Maas dalam sebuah pernyataan.

Maas mengusulkan kepada kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell untuk mengadakan pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa pada pekan ini.

Pertemuan tersebut bertujuan untuk mengeluarkan kebijakan bersama terkait krisis di Timur Tengah saat ini. Maas juga mengatakan Jerman akan berbicara kepada pemerintah Irak setelah parlemen negara itu mendukung rekomendasi perdana menteri bahwa semua pasukan asing harus keluar dari Irak.

“Kepentingan utama kami yaitu stabilitas dan persatuan Irak tidak boleh menjadi korban dari eskalasi konflik baru-baru ini,” katanya.

Jerman memiliki sekitar 120 tentara yang dikerahkan di Irak di bawah Operation Inherent Resolve yang dipimpin AS. “Kami siap untuk melanjutkan dukungan kami jika diinginkan dan situasi memungkinkan. Kami sekarang mendiskusikan hal ini secara intensif dengan para mitra kami, di Dewan NATO, di Uni Eropa, dalam koalisi anti-ISIS, dan terutama dengan kontak kami di Irak,” kata Maas.

Sementara itu, Jerman telah memutuskan untuk menunda pergantian pasukannya di Irak, kata kementerian pertahanan dalam sebuah pos di Twitter pada Minggu (5/1/2020). (net/lin)

 

sumber: indopos.co.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *