Investor Rusia Mundur, Proyek Kereta Api yang Melintasi Ibu Kota Negara Baru Batal Dibangun

Desain atau maket Istana Kepresidenan berdekatan dengan gedung DPR/MPR RI di ibu kota negara baru di Kalimantan Timur tangkapan layar. Foto: Instagram @nyomannuarta di internet

Proyek pembangunan Kereta Api Borneo yang melintasi Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Barat, dan Kota Balikpapan batal dilaksanakan. Hal ini lantaran investor Russian Railways mengundurkan diri dari proyek senilai Rp53,3 triliun tersebut.

semarak.co-Awalnya, jalur kereta tersebut akan dikelola PT Kereta Api Borneo yang merupakan perusahaan patungan Provinsi Kalimantan Timur dengan Russian Railways dari Rusia. Beberapa bidang lahan seperti Penajam Paser Utara yang merupakan lokasi ibu kota negara (IKN) baru juga telah dibebaskan untuk pembangunan proyek tersebut.

Bacaan Lainnya

Sedangkan sebanyak 70 hektare lahan yang ditetapkan sebagai lokasi pembangunan jalur kereta sepanjang 203 kilometer tersebut telah dibebaskan. Alimuddin mengatakan PT Kereta Api Borneo tetap bakal berinvestasi, namun bukan di sektor perkeretaapian.

“Surat pengunduran diri telah disampaikan langsung kepada pemerintah pusat pada 2020. Tapi mereka juga tetap akan berinvestasi di wilayah Penajam Paser Utara,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Kabupaten Penajam Paser Utara Alimuddin di Penajam, Jumat (4/3/2022) seperti dilansir Katadata
dari Antara.

Kelanjutan proyek ini sempat menjadi pertanyaan pemerintah sejak 2016. Bahkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mempertanyakan keseriusan investor Rusia dalam merealisasikan proyek kereta api pertama di Kalimantan. “Kami ingin menanyakan niatnya, bisa dengan surat ataupun rapat dengan mereka,” ujar Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub saat itu yakni Prasetyo Boeditjahjono pada 5 Agustus 2016.

Saat itu investor Rusia menghadapi sejumlah kendala untuk melanjutkan proyek ini. Beberapa di antaranya adalah harga batubara yang rendah hingga pembebasan lahan yang lama. “Mereka waktu itu berani karena harga batubara bagus. Yang terjadi sekarang hitungannya perlu cermat dan hati-hati,” lanjutnya.

Mengutip Jalurdua.com/Selasa, 8 Feb 2022 | Arsari Group adalah salah satu perusahaan milik adik Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo yang mengaku telah memiliki beberapa proyek yang akan dikerjakan di kawasan dekat ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur. Hashim menceritakan, pada 2007 dirinya membeli tanah seluas 265.000 hektar (ha) di dekat Balikpapan.

Tanah itu dibeli dirinya dari perusahaan kayu dan yang bergerak di sektor kehutanan dari Amerika Serikat (AS). Pada 2013, Hashim kemudian melepaskan 93.000 ha untuk masyarakat dan pemerintah daerah setempat berupa Hak Pengelolaan Lahan (HPL) gratis. Sehingga masyarakat boleh memakai lahan tersebut seperlunya seizin dari kepala daerah yang menjabat.

Sehingga saat ini, lahan yang dimilikinya saat ini adalah Hak Pengusahaan Hutan (HPH) seluas 172.000 ha. Di atas tanahnya tersebut, digunakan Hashim sebagai lahan untuk melakukan reboisasi atau penanaman kembali pohon. “Saya beli 2007, termasuk komplek yang ada dermaga untuk menampung kapal-kapal besar mengangkut kayu,” jelas Hashim kepada awak media, Selasa (8/2/2022).

Selain reboisasi dan konservasi lahan hutan, Hashim pun memiliki sejumlah proyek lainnya, yang beberapa di antara proyek tersebut juga bersinggungan dengan pembangunan IKN Nusantara di Kalimantan Timur. Berikut sederet proyek yang digarap Hashim di lahan dekat kawasan IKN Nusantara di Kalimantan Timur:

Reboisasi Lahan
Di lahan seluas 172.000 ha yang dimiliki saat ini, kata Hashim, lahan ini digunakan untuk menanam kembali pohon atau reboisasi, untuk mencetak kembali hutan sepenuhnya. “Jadi akan kembali ditanam beragam pohon, bukan hanya sawit tapi juga pinus dan pohon-pohon lainnya. Sehingga nanti tumpangsari,” jelas Hashim.

Konservasi Orangutan
Selain melakukan reboisasi lahan, Hashim juga mengungkapkan akan mengelola pusat suaka untuk Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) yang berlokasi di daerah Kenangan, Kalimantan Timur. “Lokasinya persis di sebelah ibukota baru dan kami dapat izin dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mengelola sejumlah lahan untuk menjadi tempat penampungan orangutan yang sudah dewasa,” jelas Hashim.

Saat ini, kata Hashim di tempat konservasi orangutan milikinya tersebut telah merawat 4 orangutan dewasa. Tiga bulan ke depan, orangutan tersebut akan dilepasliarkan di Tanjung Buaya.”Memang ada buaya di tempat kita ada 50 ekor buaya, tapi orangutan tidak terganggu. Orangutan kan di atas pohon, buaya di bawah,” ujarnya.

Dalam waktu dekat, kata Hashim, dirinya akan melakukan repatriasi 80 orangutan dari kebun binatang di Eropa. Orangutan yang akan dipulangkan tersebut merupakan orangutan dewasa yang telah lama tinggal di dalam kandang.

“Ini sudah direncanakan jauh sebelum ada ibu kota. Puji Tuhan ada ibu kota baru di sebelah pusat suaka orangutan kita nanti bisa dikunjungi oleh tamu-tamu negara, tamu-tamu asing mereka bisa lihat aset Indonesia yang luar biasa,” kata Hashim lagi.

Proyek air bersih ini yang sempat disinggung oleh ekonom senior Faisal Basri yang disematkan kepada Hashim. Hashim mengakui, memang proyek air bersih ini kemungkinan juga akan dialirkan ke IKN Nusantara, namun hingga hari ini kontrak tersebut belum ditandatangani.

Nilai proyek air bersih yang dikembangkan lewat PT Arsari Tirta Pradana itu, kata Hashim nilainya mencapai hingga US$ 330 juta. Proyek pengembangan air bersih ini, kata Hashim telah dikembangkan sejak 2015-2016.

Sehingga dia menegaskan bahwa proyek air bersih di Kaltim ini sudah ada sebelum adanya rencana pemerintahan Presiden Joko Widodo menetapkan Kaltim sebagai IKN baru. Proyek air bersih itu, kata Hashim ia alirkan ke berbagai kota di Kaltim, seperti Balikpapan, Samarinda, Bangun, Tenggarong, Kabupaten Penajam Paser Utara, serta berbagai industri yang ada di sekitarnya.

Saat ini Hashim masih menunggu pembentukan Otorita IKN. Setelah dibentuknya Otorita IKN tersebut, kata Hashim, akan dibentuk sejumlah Badan Layanan Umum (BLU). Nah, lewat BLU ini lah nanti yang akan bertanggung jawab untuk mengurusi operasional IKN, salah satunya aliran air bersih. “Kami menunggu itu. Kami disuruh Pak Suharso (Menteri PPN/Kepala Bappenas) menunggu terbentuknya itu dulu,” jelasnya.

Kendati demikian, saat ini belum ada satu pun kontrak yang ditandatangani antara PT Arsari Tirta Pradana dengan pemerintah terkait proyek air bersih di IKN. “Saya pikir akan ada 4-6 kontrak yang ditandatangani. (Sekarang) belum ada karena masih menunggu undangan untuk mulai negosiasi dan belum diputuskan,” ujarnya lagi.

Hashim menjelaskan, saat ini pihaknya tengah merencanakan proyek biofuel dengan perusahaan asal Amerika Serikat, LanzaTech. “Perusahaan LanzaTech, perusahan yang sangat terkenal, persetius, yang pemegang sahamnya adalah perusahaan-perusahaan raksasa.”

Menurut Hashim, LanzaTech ditunjuk dirinya untuk menjadi provider teknologi. Di mana Hashim sebagai kliennya yang memberikan mandat kepada LanzaTech untuk merancang bahan biorefinery-nya.

Biorefinery merupakan bidang terbarukan mengubah bahan baku (misalnya tanaman, limbah kehutanan, dan proses- proses lain dengan-produk dan limbah) ke biomaterial yang berguna, biokimia dan bahan bakar bio dalam satu fasilitas terpadu.

“Nanti mereka akan saya berikan mandat untuk merancang Biorefinery-nya, dan biorefinery-nya saya sudah hitung, tergantung beberapa parameternya, bisa sampai US$ 200 juta hingga US$ 250 juta. Bahkan kalau kita perluas lagi, bisa sampai US$ 350 juta. Itu biorefinery terpisah dari air bersih. Tapi dua-duanya dimiliki perusahaan yang sama,” jelas Hashim. (net/ktd/cnbc/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *