Oleh Ust. Felix Siauw
semarak.co– Saya akui, terkadang memang ingin menyerah, atau paling tidak melampiaskan marah, pecahkan saja biar gaduh biar ramai dan apapun yang terjadi terserah!
Beberapa hari ini, saya mengalami sendiri ketika harus keluar dan mengantar paket-paket makanan pada yang perlu, jalanan sudah tampak seperti biasanya
Di sosial media, diwakili dengan terminal 2 di bandara, juga ramai-ramai di salah satu restoran cepat saji di sarinah. Rasanya semua upaya seolah sia-sia
Sebelumnya, bahkan polemik istilah mudik dan pulang kampung, padahal esensinya sama; pergerakan manusia, yang artinya juga pergerakan virus
Semua tahu, virus tak bisa bergerak sendiri, maka cara membuat angka penghuni RS turun, sekaligus memberi waktu dokter dan tenaga medis, adalah #tetapdirumah
Nasib kita punya pemerintah yang mencla-mencle, alasannya pertimbangan kesehatan tapi juga pertimbangan ekonomi, terserah aja, esensinya sama, manusianya bergerak
Kebijakan yang satu dibatalkan kebijakan yang lain, penghuni negeri sendiri diminta sabar tak keluar, tapi yang dari luar dibolehkan untuk masuk
Tapi nurani itu masih ada, mata dan telinga rakyat terjaga, mereka mengetahui semua itu, dan mulai muak, kesal, putus asa, tak tahu lagi mau bertanya atau mengadu kemana
Kritik pemerintah disamakan makar, memberi usulan dikata selalu mencari kesalahan, menasihati dituduh membenci. Apa pilihan terakhirnya? Indonesia terserah!
Apakah pemerintah tak paham? Ini justru jeritan mereka yang sangat mencintai negerinya? Mereka yang mungkin lebih peduli dari pejabat ongkang kaki bergaji tinggi?
Pesan masuk, “Ustadz, salahkah saya sebagai perawat, menyerah saja dengan kondisi begini? Kami berusaha sekuatnya, tapi kami tak ada yang perhatikan kami”, begitu
Saya menjawab mengabaikan rasa hati: “Berusahalah sebaiknya, jangan sampai kesalahan orang lain membuat kita membenarkan atas kesalahan yang akan kita perbuat”, singkat
Sedih. Tarawih berjamaah, shalat Jum’at, kajian yang dikalahkan. Seolah sia-sia. Tapi itulah, menjadi Muslim itu resikonya: kita tak boleh berhenti peduli
Walau yang punya wewenang tak peduli
#indonesiaterserah
sumber: WA Group ANIES GUBERNUR DKI (post: Selasa 18/5/2020)