Puluhan ibu-ibu penderita kanker payudara sepakat membentuk komunitas yang dinamai Siloam Cancer Support Community (Komunitas Suport Kanker) yang bertujuan memberikan support atau dukungan spiritual maupun moril kepada pasien-pasien kanker payudara. Pasalnya, banyak penderita maupun ibu-ibu atau wanita kebanyakan yang enggan memeriksa payudaranya untuk pencegahan dini.
Spesialis Onkologi Radiologi dari Siloam Hospital Jakarta, dr. Riana Rikanti Hakim SpRad (K) Onk mengatakan, kanker payudara masih jadi ancaman serius bagi banyak perempuan dunia, khususnya Indonesia. Bahkan, menurut Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2013, kasus kanker payudara mencapai 7 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
“Angka ini bisa diturunkan, salah satunya ialah dengan melakukan deteksi secara dini. Seperti belakangan lewat kampanye Periksa Payudara Sendiri (SADARI) yang belakangan banyak dipromosikan,” ujar Riana dihadapan puluhan ibu-ibu pengurus komunitas dan anggota di RS Siloam Hospital, Jakarta, Senin (23/10).
SADARI, menurut Riana, bisa dilakukan dengan mudah. Bahkan, Riana mengatakan hanya perlu meluangkan waktu selama kurang lebih 5 menit untuk melakukan SADARI. Di samping itu, Riana juga mengungkapkan ada waktu-waktu terbaik untuk melakukan SADARI di rumah. Dia menganjurkan, paling tidak melakukannya selama satu bulan sekali.
“Kalau misalnya masih menstruasi baiknya 7-10 hari sebelum menstruasi. kalau menopause baiknya tetapkan awal atau akhir bulan. Saat menstruasi hormon estrogen cenderung tinggi, akibatnya banyak penumpukan di bagian payudara. Hal ini menyebabkan akan sedikit terasa nyeri jika dilakukan pada saat menstruasi. Selain itu juga akan lebih nyaman tentunya jika pada saat tidak menstruasi,” ujarnya.
Riana sendiri menyarankan untuk melakukan SADARI secara rutin setelah menginjak usia 20 tahun. Karena di usia tersebut mempunyai risiko terpapar penyebab kanker yang lebih tinggi. “Bukannya yang di bawah (usia) itu tidak ada, untuk anak yang menstruasi memang risiko ada, tapi tidak terlalu ganas, jadi memang sampai umur 20 dahulu,” ujarnya.
GM Siloam Hospital Jakarta dr Dani Wijaya menambahkan, bulan Oktober ini masih dalam nuansa memperingati kanker payudara yang indentik dengan warna pink dan pita merah sebagai bagian dari kampanye pencegahan kanker payudara. “Rumah Sakit hanya memfasilitasi dan mendukung launching Komunitas Support Kanker ini. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan. Jadi harapan kami, komunitas ini bisa menjadi bagian dari bentuk support moril dan psikis dimana ibu-ibu pasien tidak sendiri,” ujar Dani dalam sambutannya.
dr Riana melanjutkan, Adapun yang berisiko terkena kanker payudara, menuru dia, terbagi atas bawaan gen keturunan. Para peneliti mengidentifikasi bahwa garis keturunan menjadi faktor terbesar penyebab kanker berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa 45% hingga 65% kanker payudara berasal dari mutasi genetik. Untuk itu, kamu patut mengetahui apakah kamu membawa gen tersebut dengan memahami silsilah keluarga, apakah ibu, nenek, saudara perempuan, atau bibimu pernah mengalaminya atau tidak.
Kemudian usia di atas 50 tahun. Sekitar 5% wanita di bawah usia 50 tahun terdiagnosis penyakit kanker payudara. Namun seiring bertambahnya usia, risiko ini meningkat drastis ketika wanita menginjak usia 50 tahun ke atas. Faktanya, penelitian juga menunjukkan bahwa risiko terkena kanker payudara ini juga akan meningkat drastis pada wanita yang berusia di atas 70 tahun.
Selain, rinci Riana, telat hamil atau memilih tidak hamil atau tidak punya anak. Wanita yang hamil di atas usia 30 tahun berisiko 40% lebih besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang melahirkan pada usia 20-25 tahun. Hal ini disebabkan karena mutasi genetik menjadi lebih umum terjadi seiring bertambahnya usia.
Dan ada juga karena menstruasi dini atau menopause yang terlambat. Paparan jangka panjang dari hormon estrogen dan progesteron bisa meningkatkan risiko wanita untuk terkena kanker payudara. Hal ini bisa terjadi pada wanita yang mengalami menstruasi dini (sebelum usia 12 tahun) atau terlambat mengalami menopause (setelah usia 55 tahun).
Selanjut terapi hormone. Contoh dari terapi hormon adalah terapi yang biasa digunakan oleh wanita yang mengalami menopause. Terapi ini berfungsi untuk mengendalikan tingkat stres yang biasanya terjadi ketika wanita memasuki usia menopause. Dan penelitian menunjukkan bahwa mereka yang menjalani terapi hormon kombinasi dari estrogen dan progestin ini memiliki risiko yang tinggi untuk terkena kanker payudara.
Terakhir pengguna pil KB. Selain memiliki efek positif yaitu untuk mengurangi risiko kanker rahim dan kanker ovarium, pil KB di sisi lain juga memiliki efek samping yang membahayakan yaitu bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Oleh karena itu kamu sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya. Sadari, kata Riana, bisa dilakukan dengan beberapa cara. Misalnya, sambil berdiri di depan cermin, berbaring, atau ketika mandi dengan bantuan busa sabun sehingga lebih nyaman ketika meraba payudara.
Anda juga boleh melakukan ketiga metode itu, karena kadang benjolan baru bisa teraba pada posisi tertentu. Lakukan Sadari dengan berbagai posisi antara lain bertolak pinggang, mengangkat salah satu atau kedua tangan, membungkuk, dan membusungkan dada.
Sambil memeriksa, perhatikan bentuk, warna, dan tekstur payudara Anda. Lalu raba atau pijat seluruh bagian payudara dengan lembut menggunakan ujung jari tangan. Bagian yang diraba dimulai dari pangkal ketiak, bagian samping hingga ke perbatasan punggung. Setelah itu, beralih ke bagian puting. (lin)
Konsultasikan kepada dokter jika Anda menemukan:
1. Benjolan keras, baik sakit maupun tidak ketika ditekan, pada payudara atau ketiak. Meski keberadaan benjolan belum tentu pertanda buruk, ada baiknya Anda konsultasi ke dokter.
2. Perbedaan bentuk serta ukuran payudara kiri dan kanan. Perbedaan ukuran payudara kiri dan kanan sebenarnya wajar karena tidak ada bentuk serta ukuran payudara yang sama persis. Itu sebabnya penting memantau secara berkala bentuk dan ukuran payudara sehingga Anda tahu seperti apa bentuk normalnya. Saat terjadi perbedaan Anda segera menyadarinya.
3. Perubahan warna kulit payudara.
4. Keluar cairan berwarna kuning atau darah dari puting.
5. Ada ruam di sekitar puting.
6. Puting berubah bentuk.
7. Ada permukaan kulit yang mengeras, berkerut, atau terdapat cekungan.