Indonesian Hotel General Manager Assosiation (IHGMA) memulai rakernas yang pertama di Grand Mercure Yogyakarta, Sabtu (5/5). Dihadiri Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwana X, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Aris Riyanta, serta Bupati Sleman, Sri Purnomo, Rakernas pertama ini diikuti oleh 250 General Manager dari semua Indonesia dan 75 simpatisan.
“Sampai sekarang IHGMA sendiri sudah mempunyai 27 Dewan Pimpinan Daerah yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia,” terang Herryadi Baiin, Ketua Panitia Rakernas sekaligus Ketua IHGMA DPD DIY pada sambutan pembukaan, seperti dirilis humas, Minggu (6/5).
Pada Rakernas mengusung tema ‘Budaya untuk Pariwisata, Pariwisata untuk Budaya’, IHGMA berharap bisa membawa budaya sebagai ikon pariwisata serta sebaliknya. IHGMA juga menggelar sejumlah rangakaian diantara kunjungan ke desa wisata serta gathering bersama pelaku usaha travel di Yogyakarta.
Rakernas masuk hendak berlangsung sampai 6 Mei 2018 mendatang dan hendak membahas sejumlah software kerja DPP IHGMA serta DPD tiap daerahnya. “Lewat asosiasi yang diikuti oleh general manager diharapakan bisa memberikan nilai terhadap pariwisata di Indonesia serta meningkatkan daya saing GM Indonesia dengan GM Asing,” tambahnya.
Sebelum acara pembukaan dan gala dinner di Hotel Grand Mercure, Yogyakarta, Sabtu (4/5/2018) malam, para perwakilan General Manager Hotel dari DPD IHGMA melakukan kunjungan CSR ke desa wisata Gabugan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Kegiatan kunjungan ini terkait dengan rencana penyelenggaraan rapat kerja nasional (rakernas) pertama dari IHGMA yang bertema, “Budaya untuk Pariwisata, Pariwisata untuk Budaya”, yang memiliki program satu General Manager, satu desa wisata, Jumat 4 Mei 2018.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Dra Hj Sudarningsih Msi menyambut antusias agenda kegiatan yang dilaksanakan IHGMA Indonesia ini. “Sangat senang sekali dan berterima kasih Desa Gabugan sebagai tempat kunjungan para Indonesia Hotel General Manager Association. Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian dari asosiasi GM Hotel terhadap pengembangan desa wisata di Sleman,” ucapnya.
Dijelaskan Sudarningsih, Sleman sendiri memiliki 31 desa wisata. Kategorinya, desa wisata mandiri itu ada 9, kemudian berkembang ada 12, dan tumbuh itu ada 10. “Kami sangat mengharapkan sekali dari pihak asosiasi pihak GM Hotel ini bisa berperan serta dalam pengembangan program one hotel one village,” ujarnya.
Jadi,kata dia, satu hotel mendampingi desa wisata apapun itu misalnya dari CSRnya mereka bisa membantu. “Tidak dalam bentuk materi pun tidak apa-apa, transfer of knowledge pun bisa karena di desa wisata sekarang ini sudah banyak mempunyai homestay-homestay,” paparnya.
Homestay tersebut, dikatakan Sudarningsih, merupakan salah satu dari tiga percepatan Kementerian Pariwisata, yaitu gold digital, accesibility, dan homestay. “Memang sedang sangat dikembangkan oleh Kementerian Pariwisata. Homestay ini nantinya bisa dikerjasamakan dengan pihak hotel agar percaya diri untuk penataan tempat tidur dan bagaimana pengelolaan makanannya. Chef-chefnya nanti bisa diturunkan, kemudian bagaimana menata homestaynya sendiri. Banyak hal yang bisa ditransferkan untuk peningkatan kapasitas SDMnya,” jelasnya.
Sementara itu, Herryadi Baiin, Ketua Pelaksana Rakernas IHGMA I 2018 menegaskan bahwa desa wisata ini memang menjadi salah satu pilihan dalam rencana kerja IHGMA yang dimasukkan dalam rangkaian rakernas pertama. “Kita berpikir untuk ke depannya, bagaimana desa wisata ini bisa terangkat. Tema kami dalam rakernas ini, budaya untuk pariwisata, pariwisata untuk budaya. Nah, desa wisata ini menurut kami menjadi sumber budaya tersebut. Nuansanya yang memang culture dan alami seperti ini harus kita kembangkan,” katanya.
Disebutkan Herryadi, yang mendukung desa wisata untuk di daerah-daerah di lingkar yang terlalu dalam, belum ada yang menyentuh. “Program yang dilakukan Dinas Pariwisata Provinsi dengan satu hotel, satu desa wisata, kita sinergikan dengan DPD IHGMA Yogyakarta. Jadi kami punya program untuk tahun 2017-2018 nanti, bukan satu hotel satu desa wisata, tapi satu GM satu desa wisata,” tukasnya.
Diyakini Herryadi, manfaat pendampingan GM ke desa wisata akan banyak selain desa wisata ini bisa dikupas. “Yang utama bagaimana kebersihan di desa wisata. Jangan sampai tempat tersebut tidak bersih. Ingin membuat desa wisata itu tetap natural, tidak meninggalkan budaya lokal,” ucapnya.
Sedangkan, Yun Wahyu dari DPD IHGMA Chapter Bandung, yang juga GM Resort Sumber Alam Garut memberikan masukannya untuk mengembangkan desa wisata. “Desa wisata Gabugan ini unik ya, cuma perlu lebih dalam diketahui dari segi budaya yang dibicarakan kepada orang lain karena orang lain atau luar tidak tahu kalau desa budaya ini sampai di mana sih budayanya? Karena yang baik itu, di dalam budaya, adalah orang Sleman di Sleman untuk orang Sleman, nah itu baru hidupnya akan lebih panjang. Tapi, misalkan kita bikin desa wisata tanpa dilakukan oleh orang Sleman itu, nah itu mati,” pungkasnya.