Sejak 1976, Bank BTN sudah merealisasikan kredit untuk membiayai hampir 5.000.000 unit rumah di Indonesia.
PT Bank Tabungan Negara (BTN) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) KPR Ke-42 yang jatuh setiap 10 Desember 2018. Tahun ini, Bank BTN telah sukses menggelar sejumlah event untuk merayakan hari yang menjadi tonggak bersejarah bagi Bank BTN tersebut.
Di antaranya, pameran properti, bersepeda bersama dan akad KPR massal yang diikuti 19.760 debitur dari berbagai kota di tanah air dari tanggal 23 November hingga 7 Desember lalu. Sebagai bagian dari acara puncak HUT KPR ke 42, Bank BTN menggelar acara talkshow bertajuk Spirit of KPR Growing with Millenials.
Pada acara yang diramaikan para milenial Bank BTN, BUMN dan kalangan pengembang ini, hadir nara sumber Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono, serta Dirjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid. Adapun tema besar yang dibahas adalah Spirit of KPR-Growing with Millenials.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, pertumbuhan ekonomi khususnya sektor properti tidak lepas dari peran para milenial. Bank BTN menilai milenial bukan hanya menjadi objek, tapi subjek yang akan menjadi pendorong utama sektor property.
“Dengan proyeksi partumbuhan jumlah penduduk berusia produktif khususnya generasi milenial, Bank BTN berupaya mengoptimalkan peran mereka di sektor property. Baik dari sisi supply maupun demand,” ujar Maryono, ketika membuka acara HUT KPR di Jakarta, Senin (10/12).
Dari sisi demand, lanjut Maryono, BTN sudah meluncurkan program KPR Gaeesss pada triwulan III lalu, dengan fitur yang sesuai dengan kemampuan finansial milenial. “Sementara dari sisi supply kami mengajak milenial menjadi entrepreneur di bidang properti lewat pelatihan atau workshop yang disiapkan Housing Finance Center (HFC) dari BTN,” kata Maryono.
Pengembangan bisnis properti 2019, lanjut Maryono tidak akan lepas dari peran milenial baik dari sisi supply dan demand properti sehingga pelaku bisnis properti dan perbankan harus dapat mengatur strateginya menyesuaikan dengan “selera” milenials. Salah satu acuan memotret selera milenial antara lain dengan riset.
Berdasarkan riset dari HFC terhadap 374 responden dari generasi milenial, sebanyak 43 persen menginginnkan rumah satu lantai yang tidak terlalu luas dengan halaman, dan hanya sebesar 29% yang menginginkan rumah satu lantai berukuran cukup luas tanpa halaman.
Sementara sisanya menginginkan rumah dua lantai. Sedangkan dari sisi harga properti, Maryono menambahkan, sama halnya dengan generasi lain, rumah dengan harga terjangkau menjadi pilihan utama 46,8% responden.
Optimis dengan Strategi
Sementara pemilihan properti berdasarkan lokasi hanya menjadi sasaran utama bagi sekitar 36,6% responden. “Dari riset tersebut artinya milenial masih membutuhkan rumah tapak untuk mereka jadikan tempat tinggal atau investas dan harganya harus terjangkau,” kata Maryono.
Bank BTN optimistis dengan strategi yang ada akan dapat menggapai demand milenial dari seluruh lapisan masyarakat seperti Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), kelas menengah ataupun atas, dan setiap generasi, baik milenial, generasi X, Baby Boomers dan lain sebagainya.
Untuk itu, Bank BTN terus berinovasi mengembangkan produk KPR disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan kemampuan masyarakat Indonesia.
Alhasil, sejak tahun 1976 hingga bulan Oktober 2018, atau kurang lebih 42 tahun, Bank BTN telah merealisasikan kredit untuk membangun hampir 5.000.000 unit rumah impian bagi keluarga Indonesia, baik dalam bentuk KPR subsidi maupun non subsidi.
Adapun nilai KPR yang sudah terealisasi telah mencapai lebih dari Rp 257,6 triliun. “Pada tahun 2019, kami mematok pertumbuhan kredit sekitar 15% dengan mengandalkan KPR sebagai pendorong utama selama Pemerintah memantapkan Program Satu juta rumah,” kata Maryono.
Sebagai informasi, pertumbuhan KPR berdasarkan perhitungan rata-rata per tahun sejak tahun 2014-2018 berada di angka 22,6% (CAGR). Pertumbuhan tersebut lebih pesat dibandingkan tahun 2014 karena dimotori oleh Program Satu Juta Rumah bergulir diikuti oleh sejumlah kebijakan.
Di antaranya relaksasi Loan To Value dari Bank Indonesia, penyederhanaan perijinan dan aneka insentif pajak untuk pembelian dan pembiayaan properti, penguatan peran Pemda untuk bank tanah, dan yang utama adalah subsidi pemerintah untuk pembiayaan properti bagi MBR lewat Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, Subsidi selisih bunga dan pemantapan Tapera.
Melihat faktor-faktor tersebut, Maryono optimistis tahun 2019 , Bank BTN dapat menyalurkan pembiayaan KPR BTN sekitar 850.000 unit rumah. Jumlah tersebut naik 100.000 unit dibandingkan target tahun ini yang sebesar 750.000 unit.
“Pertumbuhan properti juga disokong oleh sinergi BUMN dalam pengembangan kawasan Transit Of Development yang makin marak, kawasan hunian di wilayah tersebut akan menyerap banyak peminat khususnya milenial dan harus didukung oleh pembiayaan dari perbankan,” kata Maryono.
Maryono menilai, pekerjaan rumah untuk mengurangi backlog perumahan yang ditargetkan bisa turun hingga 5,4 juta rumah pada tahun 2019 nanti bukan hanya milik Bank BTN, ataupun pengembang dan pemerintah namun juga seluruh masyarakat bisa ikut berperan.
“Oleh karena itu 42 tahun KPR BTN akan menjadi momentum dan kami mengajak milenial untuk bisa menjadi innovator dan akselerator untuk mempercepat pencapaian program satu juta rumah, tidak harus dengan menggerakkan bisnis properti, tetapi dapat dengan bisnis lain yang menunjang perkembangan bisnis properti, misalnya desain interior, bahan bangunan, furniture dan bisnis lain yang dapat mengangkat ekonomi keluarga Indonesia,” tutup Maryono. (lin)