Mantan Imam Besar Front Pembela Islam (IB FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) bilang kita bangsa Indonesia ini dikerdilkan dan dikucilkan terkait soal memperjuangkan Islam yang justru sering dianggap sebagai politik identitas. Awalnya, HRS menjabarkan soal ciri-ciri partai politik dan calon pemimpin yang sebaiknya dipilih dalam Pemilu 2024.
semarak.co-Habib Rizieq Shihab kemudian menegaskan kalau prinsipnya bukan melihat partai atau sosok calon pemimpin tersebut, tapi kualitas mereka terhadap Islam. Prinsipnya HRS dari dulu tidak berubah. Jadi bukan melihat partainya atau orangnya, kata dia, tapi kita lihat kualitasnya.
“Kualitas partai itu terhadap Islam bagaimana, kualitas calon itu terhadap Islam bagaimana,” ulas Habib Rizieq dikutip dari kanal YouTube Islamic Brotherhood Television | IBTV yang diunggah Selasa (6/12/2022) dilansir onlineindo.tv,12/09/2022 02:09:00 PM dari populis.co.id
Oleh karena itu, ia berharap pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti, umat disuruh memilih calon pemimpin yang semuanya baik. “Jadi saya berharap, insya Allah di Pilpres akan datang, umat ini ditawarkan untuk memilih orang-orang yang baik,” papar Habib.
Dilanjutkan Habib Rizieq, “Sebab kalau kita disuruh pilih orang-orang yang baik, kita enggak mumet, kita enggak ribut. Milih yang ini bagus, milih yang itu bagus. Cuman yang jadi masalah, seringkali terjadi di kita punya negeri, begitu masuk pemilihan pemimpin, kita disuruh pilih antara Serigala sama Buaya. Jangankan umat, kiai aja bingung,” keluhnya.
Kondisi itu, terang Habib Rizieq, bisa terjadi karena banyak partai-partai yang tidak lagi memperjuangkan agama. Ketika sebuah partai atau calon pemimpin sedang memperjuangkan agama, malah disebut sebagai politik identitas. Kalau politik identitas yang dimaksud oleh sejumlah orang itu adalah gerakan Islam.
“Begitu memperjuangkan agama, apa disebut? Politik identitas. Sekarang ini yang dimaksud politik identitas tuh politik Islam. Mereka pura-pura aja ‘politik identitas tuh politik yang membawa identitas atau suku atau ini’, enggak. Yang dia maksud politik identitas adalah gerakan Islam,” terangnya.
Habib Rizieq melanjutkan, “Gerakan Islam nih dianggep politik identitas semua. Kita nih dikerdilkan, kita nih dikucilkan, kita nih dijelek-jelekkan oleh mereka saudara. Padahal politik identitas tuh dulu justru dimainkan oleh para pejuang kita.”
Setelah itu, Habib Rizieq menjelaskan soal politik identitas yang digunakan para pejuang dulu. Pasalnya, ia menilai semua orang atau partai pasti memakai politik identitas. “Lihat Imam Bonjol berjuang, pakai politik identitas. Dia pakai syariat Islam, pakaiannya juga pakaian seorang ulama, dia lawan Belanda, itu politik identitas,” ulasnya.
Begitu juga Pangeran Diponegoro pada saat lawan Belanda, sambung dia, itu juga politik identitas. “Pangeran Diponegoro kita lihat dong, pakai jubah, pakai imamah, dia ulama, dia pakai baju ulamanya, berarti politik identitas,” papar Habib Riziq.
Ditambahkan salah seorang keturunan Nabi Muhammad SAW ini, “Siapa yang enggak pakai politik identitas? Mau partai-partai yang mengaku sebagai demokrat, nasionalis, semuanya pakai identitas. Identitas demokrasi, identitas kebangsaan, itu namanya identitas. Jangan Islam saja yang dituduh politik identitas.”
Habib Rizieq Shihab (HRS) dan Ustadz Abdul Somad (UAS) masuk nominasi tokoh potensial menjadi calon presiden (capres) di Pemilu 2024 versi lembaga survei Indonesia Political Opiniom (IPO). IPO baru saja merilis hasil surveinya terkait elektabilitas 19 tokoh potensial sebagai capres 2024.
semarak.co-Hasilnya, UAS berada di urutan ke-12 dengan perolehan 0,4% suara dan Habib Rizieq Shihab (HRS) berada di urutan ke-18 dengan 0,1%. Elektabilitas kedua tokoh Islam ini masih tertinggal jauh dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang berada di posisi teratas dengan perolehan 24,8%.
“Kemudian diurutan kedua Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo pada posisi ketiga atau keduanya berada di bawah Prabowo,” kata Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah Putra dalam keterangannya secara daring di Jakarta, Rabu (26/10/2022) democrazy.id/Oktober 26, 2022 dari populis.
Survei IPO ini dilakukan pada 18-24 Oktober 2022 dengan jumlah 1.200 responden yang tersebar proporsional secara nasional. Survei ini memiliki margin of error 2,90% dengan tingkat akurasi data 95%. Setting pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling (MRS) atau pengambilan sampel bertingkat. [net/moc/pop/otv/smr]
sumber: onlineindo.tv di WAGroup ANIES MAJU UNTUK NKRI (postJumat9/12/2022)/democrazy.id