Hari Tari Sedunia, Harapan Seniman Masyarakat Bisa Terima Profesi Penari

ilustrasi pertunjukan tari. foto: nstagram @sukuyola/indopos.co.id

Profesi penari belum sepenuhnya diterima di Indonesia dan masih dianggap sebagai pekerjaan sampingan. Tidak heran jika seniman tari tidak terlalu banyak di Indonesia sebab mereka cenderung menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan atau hobi.

semarak.co -Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta Yola Yulfianti mengatakan, seni tari di Indonesia masih dianggap bagian dari ritual adat saja. Para orangtua pun kebanyakan akan melarang anaknya untuk menjadi seniman tari lantaran pekerjaan tersebut dianggap tidak menjanjikan untuk masa depan.

Bacaan Lainnya

“Padahal seniman tari enggak harus nari, konteksnya banyak bisa jadi pengamatnya, direktur artistiknya, tari untuk pembukaan apa itu kan fee-nya lumayan juga sebenarnya. Kita kampanyenya juga dikit ya soal profesi ini,” kata Yola saat dihubungi Antara, Rabu (29/4/2020).

Yola juga berharap stigma negatif terhadap profesi penari bisa berubah. Jika pekerjaan ini bisa diterima oleh masyarakat, maka pendapatannya pun bisa menjanjikan seperti bidang profesi lain.

“Kadang-kadang kita dianggap negatif karena kita kerja dengan tubuh. Terus lebih diterima masyarakat terhadap profesi ini. Diterima tuh maksudnya terkadang dalam satu acara, tarian cuma ornamen doang,” imbuhnya.

Dari situ ketika profesi ini dianggap, nilai Yola, akan ada income yang baik juga. Maka akan banyak muncul seniman tari. “Di Indonesia pekerjaan ini masih disambi, kalau di luar negeri kan i am a dancer atau i am a choreographer,” jelas Yola, penerima penghargaan Pearl dalam ajang Dance Film Internasional di Berlin, Jerman.

Di Jerman mereka kerja jam 9-5 di studio, lanjut Yola, kalau di Indonesia kita tidak bisa hidup dari situ. Di masa pandemi COVID-19 ini, Yola juga berharap agar para seniman tari tidak menyerah dan alih profesi lantaran tidak ada pemasukan. “Mesti nulis juga, jaga toko dulu,” lanjutnya.

Ia takut profesi yang sudah sedikit ini akan semakin berkurang. “Teman-teman seniman tari jangan menyerah, jangan alih profesi. Kita takut setelah COVID-19 ini enggak ada penari lagi. Kita tetap menjaga seniman tetap seniman,” kata Yola. (net/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *