Ibu hamil pun dapat terkena diabetes yang dikenal dengan diabetes gestasional, yaitu kondisi naiknya gula darah secara drastis pada saat kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada minggu ke-24 hingga ke-28 kehamilan dan dapat berlangsung hingga proses melahirkan.
Ya, semua ibu pasti mendambakan kehamilan dan hadirnya buah hati di tengah keluarga. Namun, jangan sampai karena ingin hamil lalu tergesa-gesa tanpa ada persiapan fisik dan mental atau karena khawatir janin kekurangan asupan lalu ibu pun makan tak terkontrol.
Dr. Handojo Tjandra, MD., MMed O&G (M’Sia)., Sp.OG, Dokter Spesialis Obstetrics & Gynecology OMNI Hospitals Alam Sutera mengatakan, Diabetes Gestasional terjadi karena beberapa hal, seperti akibat obesitas (kegemukan), adanya riwayat diabetes pada keluarga, terkena diabetes pada kehamilan sebelumnya, riwayat bayi besar pada persalinan sebelumnya (bayi lahir dengan berat di atas 4 kg), kenaikan berat badan berlebihan selama kehamilan dan sindrom ovarium polikistik (Poly Cystic Ovarian Syndrome).
Penyebab pasti terjadinya diabetes pada ibu hamil masih belum diketahui. Namun, ada kemungkinan hormon ikut berperan karena tubuh perempuan menghasilkan beberapa hormon dalam jumlah banyak pada saat hamil.
Salah satunya adalah hormon yang mengganggu bekerjanya insulin. Ada hormon yang erat kaitannya dengan diabetes, yaitu hormon pertumbuhan (GH), human placenta lactogen (hPL), dan kortisol insulin. Jika terjadi gangguan pada hormon tersebut dapat menyebabkan intoleransi gula dan menyebabkan diabetes.
“Agar tidak terkena diabetes, sebaiknya makanan yang tinggi kalori dan karbohidrat dikonsumsi oleh ibu hamil secara terkontrol agar tidak berlebihan. Akan lebih baik selama masa kehamilan, ibu mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin,” ujar dr. Handojo dalam rilis Humas Sequis, Sabtu (22/12).
Asam folat dengan dosis minimal 4 mg per hari juga sebaiknya rutin dikonsumsi calon ibu dengan riwayat diabetes. “Asam folat dapat dikonsumsi rutin 3 bulan sebelum masa kehamilan. Bicarakan juga dengan dokter kandungan dan ahli gizi untuk mengetahui diet dan kadar nutrisi yang tepat untuk kondisi Anda,” imbuhnya.
Perempuan yang memiliki riwayat diabetes biasanya cenderung lebih sulit hamil dan memiliki risiko yang lebih tinggi jika hamil (high risk pregnancy), serta rentan terjadi risiko kematian pada janin dibanding ibu hamil yang tanpa diabetes. Bagi perempuan dengan riwayat diabetes yang ingin merencanakan kehamilan sebaiknya dilakukan jika gula darah sudah terkontrol dengan baik.
Hal ini untuk menghindari terjadinya komplikasi ketika hamil dan pada janin. dr.Handojo menyarankan agar ibu hamil tetap mengontrol dan rutin mengecek gula darah selama masa kehamilan. “Menjaga gula darah selama masa kehamilan sangat penting. Dosis insulin disesuaikan dengan kadar gula darah ibu. Dosisnya bisa saja sama dengan sebelum hamil atau justru malah dikurangi atau ditambahkan oleh dokter, “ tambahnya.
Head of Health Claim Department Sequis, dr. A.P.Hendratno menguatkan pendapat ini. Selain memperhatikan asupan dan mengontrol gula darah, aktivitas yang tidak kalah penting adalah olahraga.
“Ibu hamil apalagi yang terkena diabetes sebaiknya melakukan olahraga secara teratur karena dapat membantu menurunkan kadar gula darah, membantu meminimalisir sakit, membuat tubuh lebih bugar, memudahkan jalan rahim elastis saat persalinan bahkan pada beberapa kasus olahraga sangat membantu persalinan normal tidak memerlukan jahitan” ujarnya.
dr Hendra menyarankan agar ibu hamil rutin jalan pagi 90 menit pada pukul 06.00-08.30 pagi. Sebisa mungkin juga banyak melakukan relaksasi, seperti bersantai di kolam renang yang tidak dalam. Walaupun ibu hamil disarankan berolahraga. Namun olahraga yang dilakukan tersebut katanya, tidak ditujukan untuk menurunkan berat badan.
Diabetes gestasional bisa saja tidak dialami janin setelah dilahirkan dan tidak terpengaruh oleh penyakit Diabetes Melitus (DM) ibu. Namun, jika sang Ibu sudah ada riwayat diabetes tipe I maka harus di cek apakah janin menyandang DM setelah dilahirkan.
Diabetes bila sudah memerlukan insulin maka dapat menjadi Diabetes Melitus (DM) seumur hidup dan jika sudah terkena diabetes gestasional, rentan terkena diabetes tipe 2 pada rentang 5 hingga 10 tahun setelah melahirkan. Untuk itu, pola gizi serta diet sehat harus dilakukan agar tetap dapat beraktivitas selayaknya orang sehat.
Ada baiknya ibu hamil dengan diabetes atau penderita diabetes memiliki alat pengecekan gula darah sendiri. Dengan mengecek gula darah sendiri secara rutin sesuai petunjuk dokter, ibu hamil akan lebih mudah mengetahui perkembangan tubuh dan lebih cepat pengobatannya, ibu juga akan lebih nyaman beraktivitas.
Kunci untuk mencegah terjadinya risiko komplikasi pada penderita diabetes gestasional menurut dr.Hendra adalah dengan membiasakan gaya hidup sehat dan mengenali penyakit yang diderita. “Biasanya orang sulit menerima kondisi bahwa dirinya adalah penderita diabetes.
Padahal jika sudah terlanjur terdiagnosa dengan diabetes maka tidak bisa disembuhkan jadi sebaiknya penderita mengenal dengan baik penyakitnya bahkan menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan dan aktivitas. Sehingga akan lebih mudah mengendalikan penyakit diabetes tersebut,” tambah dr.Hendra. (lin)