Perkembangan teknologi semakin pesat dan persaingan era industri 4.0 di depan mata. Tak dipungkiri, banyak aspek-aspek yang telah terdisrupsi oleh adanya kemajuan teknologi. Baik ke arah perkembangan yang positif, seperti lebih mudahnya akses karena bantuan teknologi atau justru ke arah negatif karena tak sanggup bertahan sehingga tersapu zaman.
semarak.co-Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan A. Djalil mengemukakan, tantangan era industri 4.0 akan semakin beragam akibat perkembangan teknologi yang kian masif. Ia menyebut bahwa berdasarkan beberapa prediksi, dalam 20 tahun ke depan akan banyak profesi yang saat ini ada, tetapi menjadi tidak relevan di masa depan.
“Pekerjaan tertentu bisa saja dapat digantikan oleh kecerdasan artifisial atau AI dan robot, serta segala hal yang berbasis digital,” ujar Menteri Sofyan dalam Kuliah Umum di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Selasa (28/12/2021) seperti dirilis humas melalui WAGroup Forum Mitra ATR/BPN, Kamis (30/12/2021).
Menteri Sofyan menegaskan, penting bagi seluruh pihak untuk mempersiapkan generasi saat ini dalam menghadapi tantangan di masa depan. Ia berkata perlunya penerapan pendidikan holistik berbasis karakter bagi anak. Pendidikan holistik berbasis karakter melihat keseimbangan antara kecerdasan otak, kecerdasan hati, dan kecerdasan tangan.
“Seringkali pendidikan Indonesia hanya menekankan kepada kecerdasan otak dan tangan, tapi lupa untuk mengembangkan kecerdasan hati. Banyak orang yang merasa bisa, tapi ternyata hanya sedikit yang bisa merasa. Bagaimana dapat memposisikan diri untuk punya empati kepada orang lain. Ini yang disebut kecerdasan emosi,” terangnya.
Ia juga menyebut seringkali pendidikan Indonesia terlalu mengedepankan kecerdasan IQ semata, padahal penting menerapkan kecerdasan secara holistik. Fungsi-fungsi otak yang optimal itu mulai dari bagaimana berpikir kreatif, pemecahan masalah, motivasi yang tinggi, dapat melakukan koordinasi dan kerja tim yang baik, serta kemampuan interpersonal dan sosial yang baik.
Ini, kata dia, dimulai dari pendidikan dasar seperti Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). “Guru harus menggugah para siswanya untuk berpikir kreatif dan out of the box, serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,” ujar Menteri ATR/BPN Sofyan A. Djalil.
Dalam kuliah umum kali ini, Sofyan Djalil juga sedikit membahas soal pertanahan di Indonesia. Ia menjelaskan, tanah di Indonesia yang masuk dalam kewenangan Kementerian ATR/BPN, total persentasenya kurang lebih seluas 37%, sedangkan 67% sisanya masuk dalam kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Hal ini yang seringkali batas hutan dan batas kawasan nonhutan biasa jadi masalah. Karena itu, pihaknya terus berupaya melakukan strategi untuk mengatasi administrasi pertanahan. Mulai dari pendaftaran tanah, penyelesaian sengketa dan konflik.
“Hingga memerangi mafia tanah. Kita perbaiki terus administrasi pertanahan dan pelayanan-pelayanan yang sudah semakin baik. Kita harapkan lima tahun ke depan, administrasi pertanahan sudah beres,” ujarnya. (ar/re/smr)