Video kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Pemilihan Presiden (Pilpres) yang disuarakan dengan membawakan lagu In the End dari Linkin Park dihapus oleh Twitter.
semarak.co– Penarikan itu dilakukan setelah band tersebut mengajukan pemberitahuan penghapusan hak cipta yang menuntut agar lagu itu tidak diputar selama kampanye Trump. Linkin Park mengonfirmasi bahwa pihaknya telah mengambil tindakan untuk menghapus video tersebut.
“Linkin Park tidak pernah dan tidak akan mendukung Trump, juga tidak mengizinkan organisasinya untuk menggunakan musik kami. Pengajuan pemberhentian telah dikeluarkan,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan di Twitter.
Kepala media sosial (medsos) Gedung Putih sebelumnya telah menguggah video Donald Trump di Twitter pada Jumat (17/7/2020). Pesan dalam video itu kini tertulis, “Media ini telah dinonaktifkan sebagai tanggapan terhadap laporan oleh pemilik hak cipta”.
Basis Data Lumen dari pemberitahuan penghapusan DMCA menunjukkan adanya pengajuan oleh Machine Shop Entertainment, lengan bisnis dan perusahaan manajemen Linkin Park. Pemberitahuan tersebut secara formal meminta penghapusan video di bawah undang-undang Digital Millennium Copyright Act AS pada 18 Juli.
Vokalis Linkin Park Chester Bennington yang meninggal dua tahun lalu pada 20 Juli 2017, sangat antiTrump. “Aku ulangi. Trump adalah ancaman yang lebih besar bagi AS daripada terorisme! Kita harus mengambil kembali suara kita dan membela apa yang kita yakini,” tulis Chester di Twitter beberapa bulan sebelum kematiannya, seperti dikutip Variety, Selasa (21/7/2020).
Trump dan kampanyenya telah sering mendapat pengajuan keberatan dari para artis yang menuntut agar ia berhenti menggunakan musik mereka di iklannya atau di rapat umum.
Beberapa musisi teresbut termasuk Rolling Stones, Neil Young, Panic! At the Disco, Pharrell Williams, R.E.M., Aerosmith, Adele, The Village People, dan keluarga Tom Petty. Lagu In the End milik Linkin Park yang digunakan dalam video Trump, dinyanyikan oleh Tommee Profitt yang menampilkan Fleurie dan Jung Youth.
“Sebelumnya hari ini, aku mengetahui bahwa trump secara ilegal menggunakan lagu cover yang saya nyanyikan dalam sebuah video propaganda yang ia unggah di Twitter.
Siapa pun yang mengenalku tahu bahwa aku berdiri dengan tegas melawan kefanatikan dan rasisme. Banyak cinta untuk semua orang di komunitas twitter yang membantu menurunkan videonya!!” tulis Jung Youth di Twitter.
Trump dan rekan-rekannya telah sering melakukan pelanggaran pelanggaran hak cipta dalam konten yang diunggah online. Pada 1 Juli 2020, Twitter menghapus unggahan foto Trump yang ia ambil dari fitur New York Times 2015 setelah Times mengajukan permintaan penghapusan DMCA.
Pada Juni 2020, Twitter dan Facebook menghapus video yang dibagikan Trump yang dipalsukan dan seolah-olah telah ditayangkan di CNN, setelah klaim pelanggaran hak cipta dari pemilik asli video tersebut.
Selain itu, Twitter dan Facebook menghapus video kampanye Trump 2020 yang memperlihatkan gambar dan rekaman video George Floyd bersama dengan protes dan kerusuhan setelah pembunuhan Floyd oleh polisi Minneapolis.
Mereka bertindak atas permintaan penghapusan DMCA dari pemegang hak salah satu gambar video kampanye yang telah disalahgunakan. Tahun lalu, Twitter menghapus video Trump yang mengambil sampel Photograph oleh Nickelback.
Itu setelah adanya keluhan dari Warner Music Group, serta video kampanye Trump yang menggunakan bagian dari film Batman keluaran Warner Bros, The Dark Knight Rises. (pos/smr)