Ribuan warga Selandia Baru turun ke jalan memprotes kebijakan vaksin Covid-19 dan penguncian (lockdown) yang diterapkan negara itu. Protes ini dilakukan di gedung parlemen Selandia Baru yang disebut Beehive.
semarak.co-Akibat protes ini, hanya dua pintu masuk gedung parlemen yang dibuka. Sementara itu, sisanya ditutup akibat banyak pendemo dan polisi yang berada di luar parlemen. Tak hanya itu, banyak pengunjuk rasa yang tidak menggunakan masker kala melakukan aksi tersebut.
Meski demikian, demonstrasi berlangsung dengan damai. Para demonstran menyerukan slogan kebebasan bersamaan dengan tuntutan mereka yang meminta pemerintah untuk membatalkan kewajiban vaksinasi dan mencabut lockdown.
Saya tidak akan dipaksa untuk menerima sesuatu yang saya tidak mau ada di dalam diri saya,” kata seorang pengunjuk rasa di luar parlemen, dikutip Reuters yang dilansir CNNIndonesia.com, Selasa, 09 Nov 2021 10:49 WIB.
“Saya meminta pemerintah untuk kembali seperti 2018. Semudah itu. Saya ingin kebebasan saya kembali,” kecam pendemo berapi-api dengan membentang poster dan spanduk. Kemudian disambut teriakan pendemo lain tak jauh di lokasi demo yang sama.
“Perlakukan kami seperti manusia! Saya di sini untuk kebebasan. Pemerintah, apa yang mereka lakukan, merupakan tindakan anti-kebebasan,” seru pendemo ketika ditanya terkait sikap pemerintah yang akan mewajibkan vaksinasi.
Sebelumnya, penambahan angka kasus harian Covid-19 di Selandia Baru pecahkan rekor, Sabtu (6/11). Kasus baru di negara ini mencapai lebih dari 206 atau tambahan terbanyak selama pandemic Covid-19.
Akibat varian Delta yang mengganas, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern harus mengubah taktik penanganan Covid-19, dari yang tadinya nol-Covid menjadi hidup bersama Covid.
Walaupun demikian, keadaan di Selandia Baru masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Pembatasan ketat di negara itu membuat total kasus infeksi virus corona di bawah 7.000 dengan jumlah kematian sebanyak 31 orang.
Mengutip suara.com/news/2021/10/29/Maskapai United Airlines menghabiskan nyaris USD3 juta per bulan untuk mempertahankan ratusan karyawannya, termasuk pilot yang menolak divaksin dengan cuti berbayar.
Menyadur CBS News Jumat (29/10/2021), dalam dokumen hukum terungkp bahwa perusahaan mengeluarkan USD1,4 juta setiap dua minggu untuk tunjangan cuti pekerja yang belum divaksin. Laporan menyebut beberapa karyawan tidak divaksinasi di United untuk menentang kebijakan vaksinasi perusahaan di pengadilan yang mewajibkan vaksinasi untuk semua staf.
Perusahaan mengatakan 99,7% dari 67.000 karyawan telah mematuhi mandat tersebut dan divaksin akan menghadapi PHK, CEO United Scott Kirby mengatakan pada CBS Mornings awal bulan ini.
Pertarungan hukum United mencerminkan dorongan yang lebih luas oleh pengusaha untuk membuat pekerja mereka divaksinasi terhadap virus, dan penolakan berikutnya oleh beberapa orang.
Ribuan pekerja berhenti atau dipecat karena menolak menerima vaksin. Banyak konflik semacam itu terjadi secara diam-diam sementara yang lain terjadi di depan umum, seperti reporter ESPN Allison Williams. Washington State University juga memecat pelatih sepak bola Nick Rolovich karena menolak untuk divaksin.
Di United, beberapa karyawan yang tidak divaksinasi mengajukan gugatan terhadap perusahaan bulan lalu dan mengumpulkan tunjangan cuti yang diperpanjang sampai masalah itu terungkap di pengadilan.
Menanggapi gugatan tersebut, Hakim Pengadilan Distrik AS Mark Pittman dari Texas menempatkan perintah penahanan sementara pada United yang melarangnya menerapkan mandat vaksinnya.
Hal yang dipermasalahkan adalah karyawan yang tidak mau divaksinasi memiliki alasan medis atau agama yang mencegah mereka menerima vaksin. Banyak maskapai penerbangan mengizinkan karyawan mereka untuk memilih keluar dari mandat vaksin, tetapi United tidak menawarkan kelonggaran seperti itu. (sua/cnn/net/smr)