Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membacakan sebuah puisi di acara Rapimnas Golkar 2017, yang dihelat di Balikpapan, Kalimantan Timur. Gatot mengatakan isi puisi tersebut bercerita soal tangisan di suatu wilayah Indonesia.
“Ini tangisan suatu wilayah, dulu dihuni Melayu, di Singapura, sekarang menjadi seperti ini (sambil memperlihatan slide tentang pengungsi). Kalau kita tak waspada, suatu saat bapak ibu sekalian, anak cucunya tidak lagi tinggal di sini. Gampangnya, kita ke Jakarta semua teratur rapi, punya Betawi di sana?” sebut Gatot.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad memberi tanggapan terkait puisi yang dibacakan Panglima Gatot itu. Menurut dia hal tersebut adalah sikap prihatin yang ditunjukan lewat cara elegan. “Ini lebih suara keprihatian Panglima TNI terhadap situasi terkini. Beliau sudah sampaikan berulang-ulang di media masa bahwa keadaan negara ini sudah demikian parahnya. Dia tetap berkali-kali sampaikan ke forum-forum agar mendapat perhatian elite, karena pemberi keputusan itu elite,” ujar Dasco saat berbincang pada wartawan di Senayan, Jakarta, Selasa (23/5).
Menurut Dasco apa yang dilakukan Gatot bukan suatu bentuk perlawanan. Penyampaian melalui sajak adalah cara tepat untuk memberi tahu tanpa menyinggung siapapun. “Kalau menurut saya itu bukan soal perlawanan karena kalau melawan Panglima itu tidak begitu, tentara melawan itu akan lakukan tindakan militer. Ini lebih suara keprihatian Panglima TNI. Dia menyampaikannya dengan cara yang sangat tidak biasa, tapi tidak menyinggung siapa-siapa lewat sajak,” bela Dasco.
Ia mengatakan Panglima TNI tidak akan berhenti mengingatkan elite politik dalam acara apapun. Menurut dia, Jenderal Gatot menyampaikan tersebut dengan memberikan paparan yang sangat ilmiah. “Dia tidak akan bosan sampaikan itu dalam acara-acara. Dia memberikan masukan tentang keadaan Indonesia dengan cara yang cukup santun. Dia juga memberikan paparan yang sangat ilmiah terhadap situasi Indonesia,” tutur Dasco. (dts/lin)
Berikut puisi lengkap ‘Tapi Bukan Kami Punya‘ yang dibacakan Jenderal Gatot:
Sungguh Jaka tak mengerti
Mengapa ia dipanggil ke sini.
Dilihatnya Garuda Pancasila
Tertempel di dinding dengan gagah.
Dari mata burung Garuda
Ia melihat dirinya
Dari dada burung Garuda
Ia melihat desa
Dari kaki burung Garuda
Ia melihat kota
Dari kepala burung Garuda
Ia melihat Indonesia
Lihatlah hidup di desa
Sangat subur tanahnya
Sangat luas sawahnya
Tapi bukan kami punya
Lihat padi menguning
Menghiasi bumi sekeliling
Desa yang kaya raya
Tapi bukan kami punya
Lihatlah hidup di kota
Pasar swalayan tertata
Ramai pasarnya
Tapi bukan kami punya
Lihatlah aneka barang
Dijual belikan orang
Oh makmurnya
Tapi bukan kami punya