Oleh @yudisudiyono *
semarak.co-Publik dalam sepekan ini dikejutkan dengan keberanian seorang dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun alias Ubed yang melaporkan dua anak Jokowi ke KPK atas dugaan Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Laoran ini membuat para pencari berita berlomba-lomba mengejar informasi langsung sekaligus konfirmasi kepada terlapor yang dalam hal ini adalah Gibran Rakabuming Raka yang juga Walikota Surakarta tersebut.
Saat ditanya awak media Gibran menjawab dengan logat khas Solo nya yang mempersilahkan menanyakan langsung kepada adiknya Kaesang Pangarep. Benarkah anak Jokowi itu memang tenang saja dan tidak panik?
Gibran seperti biasa menunjukkan sikap tenang meskipun sebenarnya kita tidak pernah tau dalamnya hati seseorang, mengingat dia bicara didepan kamera tentunya dia berusaha menjaga sikapnya agar tidak terlihat takut atau ketakutan.
Dan dia juga tau konsekwensinya kalau asal bicara akan semakin tambah runyam urusan, apalagi sampai emosional pasti akan semakin menarik kasusnya. Lain Gibran lain pula Kaesang, pengusaha yang menjuluki dirinya ‘Sang Pisang’ pengusaha snack kulit pisang ini belum bisa ditemui wartawan.
Namun ada hal aneh, Kaesang menghapus semua postingannya di akun Instagram miliknya yang berisikan promosi bisnisnya dan klub sepak bola yang baru diakuisisinya hasil patungan dengan menteri BUMN Erick Thohir tersebut. Patut dipertanyakan alasan Kaesang menghapus sesuatu yang mungkin suatu saat nanti bisa dijadikan sebagai alat bukti tersebut jika KPK serius dalam mengusut tuntas kasus ini.
Kini publik dan ICW semakin tak sabar menunggu dengan mendesak KPK segera mengusut tuntas dugaan kasus KKN anak-anak Jokowi ini, mengingat Ubed malah dilaporkan balik ke Polda Metro Jaya oleh Ketua Jokowi Mania (JoMan) Immanuel Ebenezer dengan tuduhan pencernaan nama baik.
Teringat kembali pada era rezim Soeharto atau Orde Baru. Anak-anak Soeharto dituding bisa kaya raya menjadi konglomerat berkat adanya KKN, bukan hasil kerja keras sendiri mulai dari bawah.
Pada 1998 Soeharto akhirnya jatuh karena didemo terus menerus dengan mengusung tema KKN. Betapa menyedihkan ketika melihat Soeharto dituntun oleh putrinya Tutut keluar dari Istana setelah dilengserkan dari kursi presiden. Kini masalah KKN kembali mencuat dan menghantam kedua anak Jokowi.
Benarkah sejarah akan berulang? Kembali terjadi ada presiden yang dijatuhkan gara-gara kasus KKN? Ubed sendiri bilang bahwa laporan dugaan tindak pidana korupsi dan atau pencucian uang oleh anak Jokowi itu dipastikan sebagai hasil riset atau dengan kata lain bukan laporan “kaleng-kaleng” yang asal lapor saja.
Riset yang dilakukannya berawal dari satu konsep baru yang ditemukannya berkait dengan relasi kekuasaan dengan tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Konsep itu juga sudah Ubed tuangkan dalam sebuah artikel berjudul ‘New Kleptokrasi’ dan sudah dipublikasikan.
Ubedilah Badrun pun menegaskan, dalam risetnya itu pihaknya tidak hanya menggunakan metode penelitian kuantitatif ataupun kualitatif, tapi sebuah mixed method (research) yang meyakinkan.
Penulis meyakini bahwa gempa politik di Solo pasti sedikit banyak dirasakan getarannya hingga istana, meski istana menanggapinya dengan retorika tanpa ada tanda-tanda ketegasan dari Jokowi dengan mempersilahkan KPK untuk segera memproses laporan yang menyeret kedua anaknya tersebut.
Mungkinkah terjadi gempa susulan yang bisa mengakibatkan tsunami politik di Istana?
Jaksel, 16 Januari 2022
*) Pengamat Politik dan Sosial
sumber: WAGroup PAMEKASAN GERBANG SALAM (postMinggu16/1/2022/suryanto)