Gempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter (SR) dengan pusat gempa di Lombok Utara, Minggu (5/8), juga dirasakan masyarakat di Lombok Timur. Akibat gempa tersebut, ditambah gempa-gempa susulan dan gempa besar kedua, Minggu (19/9), membuat sekitar 200 rumah roboh di Desa Gunung Malang, Kecamatan Pringebaya, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kepala Desa Gunung Malang Nurlan mengatakan, selain 200 rumah itu, rumah-rumah warga lainnya juga rusak parah dan tidak bisa dihuni. Sehingga masyarakat terpaksa mengungsi. Mereka mengungsi di lapangan dengan tenda dan terpal seadanya, sehingga di saat siang hari mereka terkena teriknya sinar matahari dan kedinginan pada malam hari.
“Awalnya, pada gempa pertama 5 Agustus, warga Gunung Malang merasakan gempa tapi tidak begitu parah. Dengan adanya gempa-gempa susulan dan gempa besar kemarin, ada 200 rumah roboh,” kata Nurlan, di Lombok Timur, Selasa (21/8) saat dihubungi melalui sambungan ponselnya.
Di Desa Gunung Malang sendiri terdapat sekitar 5.000 warga yang menempati lima dusun. Rata-rata mereka meninggalkan rumah, karena tidak berani menempati rumah mereka yang telah rusak akibat gempa bumi. Hingga kini mereka belum mendapatkan bantuan yang memadai dari pihak pemerintah.
Selama ini, warga di pengungsian itu baru menerima mie instan dan air mineral yang jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah pengungsi yang ada. “Bantuan dari pemerintah itu tidak ada sebenarnya, bisa dikatakan tidak ada. Walaupun ada, itupun 3 dus mie, 20 atau 10 kotak air. Itu yang sudah kita terima,” ungkap Nurlan di lokasi pengungsian.
Nurlan mengungkapkan pihaknya baru menerima dua terpal, sementara pengungsi yang ada di tempat itu sekitar 5.000 orang. Pihaknya masih sangat membutuhkan bantuan pemerintah berupa terpal, tenda, logistik, obat-obatan, perlengkapan bayi, dan tenaga medis. “Saya berharap agar pemerintah bisa secepatnya membantu, terutama tenda atau terpal, obat-obatan dan tenaga medis, termasuk sembako yang dibutuhkan masyarakat,” katanya.
Jadi, sambung Nurlan, bantuan yang datang kepada warga hanya berasal dari donatir-donatur yang jumlahnya belum bisa memenuhi kebutuhan mendesak warga di lima Dusun. “Sekarang sudah teruma bantuan dari donatur yang lewat tapi dari pemerintah sama sekali belum ada,” ujarnya.
Namun hingga kini, sayangnya kata dia, permintaan bantuan tersebut belum juga terealisasi bagi warganya yang kini harus tinggal di tenda-tenda darurat dan seadanya di tengah lapangan besar. “Kita minta dua unit tenda besar saja hingga kini belum dikasih. Untuk pelayanan kesehatannya juga nggak ada. Semuanya belum ada ini. Kita binggung jadinya melihat ini. Minta terpalnya juga ngak ada,” keluhnya.
“Semua masyarakat kita di pengungsian. Sudah tidak berani masuk ke dalam rumah. Rumahnya sudah tidak layak lagi dihuni sehingga terpaksa mereka membuat tenda seadanya di tanah-tanah lapang,” jelas Nurlan kemudian. (lin)