PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) dengan agenda salah satunya menyepakati rencana mengakuisisi perusahaan asuransi umum/kerugian tahun ini.
Aksi korporasi ini untuk melengkapi bisnis di industri jasa keuangan. Layanan jasa keuangan BRI saat ini hanya belum memiliki perusahaan asuransi umum/kerugian. BRI sudah memiliki bisnis di bidang asuransi jiwa, melalui anak usahanya PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera atau BRILife dan perusahaan pembiayaan (multifinance) melalui PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance).
Direktur Utama BRI Suprajarto mengungkapkan, BRI mengalokasikan dana sekitar Rp 1,5 triliun untuk aksi korporasi ini. Rencana ini memang sudah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Nantinya perusahaan asuransi kerugian itu, harap Suprajarto, selesai semester I tahun ini.
“Banyak hal yang akan kita lakukan, untuk anak usaha Insya Allah kita akan akuisisi asuransi kerugian. Bidangnya masih di rentang kendali kita. Tapi, kita akan coba supaya cepat tumbuh dan berkembang. Kami akan akuisisi perusahaan asuransi kerugian. Biayanya sekitar Rp 1,5 triliun more or less,” papar Suprajarto saat gelar RUPSLB di gedung BRI, kawasan Soedirman, Jakarta Selatan, Kamis petang (3/1).
BRI, lanjut Suprajarto, belum punya asuransi kerugian. Jadi itu masih bukan di bawah BRI. BRI dikabarkan juga tertarik untuk mengakuisisi bank kecil. Namun Suprajarto menegaskan, untuk rencana akuisisi bank, BRI masih menimbang lebih lanjut. “Kami ingin punya asuransi kerugian supaya lengkap sebagai industri jasa keuangan,” tandasnya.
Diakuinya, akuisisi perusahaan sekuritas sudah digaungkan sejak 2017. Tujuannya untuk mempermudah perusahaan untuk melakukan aksi korporasi seperti pembelian saham perusahaan lain.
Selain asuransi, BRI juga sempat memiliki rencana akuisisi bank. Namun bank umum kegiatan usaha (BUKU) I dan BUKU II dinilai terlalu mahal. “Imbauan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kan bank BUKU I dan II, tapikan mahal. Jadi sekarang anorganik dulu,” imbuh dia.
Total aset Perseroan pada 30 September 2018 tercatat Rp 1.183,4 triliun tumbuh 13,9%. Penyaluran kredit Rp 808,9 triliun tumbuh 16,5%. Kemudian rasio non performing loan (NPL) BRI secara gross tercatat 2,54% lebih rendah dibandingkan September 2017 2,66%.
RUPSLB pun menghasilkan pergantian formasi pengurus perseroan. Direktur BRI Handayani menjelaskan hasil RUPSLB menyetujui perubahan pengurus seperti mengukuhkan pemberhentian Jeffry J. W sebagai Komisaris perseroan.
Kemudian rapat juga memutuskan untuk memberhentikan dengan hormat saudara Kuswiyoto sebagai direksi perseroan. “RUPSLB juga menambah nomenklatur Wakil Direktur Utama dengan mengangkat Sunarso sebagai Wakil Direktur Utama perseroan,” kata Handayani. (lin)
Berikut Komisaris dan Direksi BRI Baru:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama/Komisaris Independen: Andrinof A. Chaniago
Wakil Komisaris Utama/Komisaris: Gatot Trihargo
Komisaris: Hadiyanto
Komisaris: Nicolaus Teguh Budi Harjanto
Komisaris Independen: A. Fuad Rahmany
Komisaris Independen: A. Sonny Keraf
Komisaris Independen: Mahmud
Komisaris Independen : Rofikoh Rokhim
Dewan Direksi
Direktur Utama: Suprajarto
Wakil Direktur Utama: Sunarso
Direktur Manajemen Risiko: Mohammad Irfan
Direktur Human Capital: R. Sophia Alizsa
Direktur Keuangan: Haru Koesmahargyo
Direktur Hubungan Kelembagaan: Sis Apik Wijayanto
Direktur Ritel dan Menengah: Supari
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi: Indra Utoyo
Direktur Mikro dan Kecil: Priyastomo
Direktur Jaringan dan Layanan: Osbal Saragi R.
Direktur Kepatuhan: Achmad Solichin Lutfiyanto
Direktur Konsumer: Handayani