Dewan Pengurus Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI) menggelar Kongres Luar Biasa di sebuah hotel di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (1/12). Dalam agenda utama pemilihan ketua umum, Abdul Azis terpilih secara aklamasi dalam kongres dengan tamu undangan utama Ketua DPR, Bambang Soesatyo.
Bamsoet, sapaan Bambang Soesatyo mengutip ucapan Bung Karno, “Beri Aku 10 Pemuda, Maka Akan Kuguncang Dunia” dalam memberikan sambutan di depan anggota KNPI.
“Saya memiliki optimisme sangat tinggi pemuda-pemuda di droan saya saat ini mampu memberikan peran aktif terhadap proses pembangunan dan menjadi solusi atas permasalahan bangsa,” ucap Bamsoet.
Selain memilih Ketua Umum DPP KNPI, kongres membentuk tim formatur periode kepengurusan 2018 – 2021. Tim Formatur mewakili perwakilan dari Dewan Pengurus Daerah (DPD) KNPI seluruh provinsi di Indonesia, sekaligus menentukan Abdul Azis sebagai Ketua Umum periode 2018 – 2021.
Usai terpilih, Abdul Azis menyampaikan, dia bakal mencoba mengembalikan KNPI kepada fitrah sebagai organisasi pemuda dapat merangkul semua kalangan pemuda. “Saya akan mencoba jadikan KNPI kembali pada fitrahnya sebagai organisasi dapat merangkul semua kalangan pemuda,” tutur dia.
Untuk jangka pendek, Abdul Azis bersama tim formatur akan fokus terlebih dahulu mengurus legalitas KNPI ke Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (Kemenkumham). Abdul Azis menggantikan Ketua Umum DPP KNPI lama, Fahd A. Rafiq.
“Jangka panjang setelah semua normal dan berjalan ideal, saya akan menjadikan kembali KNPI sebagai rumah bagi seluruh organisasi pemuda di Indonesia. Baik itu dari pengembangan sumber daya manusia dan lainnya,” tambah dia.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) KNPI demisioner Ilyas Indra Damar Jati menambahkan, kongres kali ini penuh dinamika dalam tubuh KNPI. “Namun yang menjadi terpenting adalah kongres luar biasa ini sah dan legitimasi. Sehingga bisa didaftarkan ke Kemenkumham,” pungkasnya.
Di bagian lain Abdul Aziz mengapresiasi reuni akbar 212, Minggu (2/12) kemarin yang berlangsung tertib dan damai. Meskipun begitu, ia berharap aksi damai tersebut tidak dimanfaatkan oleh kepentingan politik. “Mengapresiasi gerakan 212 bisa berjalan tertib dan bermartabat, dan saya selalu berharap gerakan ini tidak dipersempit oleh kepentingan politik praktis,” ujarnya.
Ia menyayangkan jika reuni 212 yang semestinya murni sebagai gerakan menyatukan masyarakat dalam keragaman, namun justru dibelokkan menjadi kepentingan politik tertentu. “Saya sendiri juga merupakan alumni dari gerakan 212, pada saat itu seingat saya 212 nafasnya sangat jelas, yaitu menegakkan marwah agama,” katanya. (int/ipo/lin)